Achmad Ridwan Pengusaha yang Merangkak dari Bawah

Sabtu 02 Feb 2019, 04:45 WIB

BAKAT mandiri dan jiwa kepemimpinannya sudah terlihat sejak duduk di bangku sekolah menengah dan perguruan tinggi. Achmad Ridwan Tento, aktivis mahasiswa, ini kini sukses memimpin 300 orang. Kendati terlahir dari keluarga mampu. Namun Ridwan panggilan sapaan sehari-hari, selalu ingin mandiri. Ini terlihat ketika duduk di bangku kuliah, dia belajar dari temannya, bagaimana memperbaiki kulkas. Sampai pada akhirnya ikut membantu menjadi tukang service kulkas di waktu senggang seusai kuliah. “Kebetulan waktu itu tahun 1977, saya kuliah ambil jurusan teknik sipil, jadi sambil belajar praktik di lapangan,” kenang Ridwan. Sempat kuliah teknik sipil sampai 1980, penasaran kepengin menjadi pelaut, Ridwan akhirnya kuliah kembali ke AIP (Akademi Ilmu Pelayaran) sekarang STIP (sekolah tinggi ilmu pelayaran) dan lulus tahun 1984. Selama sekolah di AIP, jiwa mandiri dan bisnisnya muncul. Sampai akhirnya dia mengumpulkan beberapa temannya untuk membuat satu koperasi. Dengan wadah tersebut serta modal sedikit akhirnya koperasi yang dipimpinnya mampu memenuhi kebutuhan taruna AIP. IKUT BERLAYAR Setelah tamat AIP tahun 1984, Ridwan berlayar ikut kapal Admiral Line sampai tahun 1989 dengan predikat mualim 3. Namun rasa keinginan tahunya membuat pria satu ini selalu ingin mencoba hal-hal yang baru. Pada akhirnya dia meninggalkan laut dan bekerja di darat. Nah dari pekerjaan di darat inilah awal kariernya dimulai dari pekerja lapangan sebagai cheker kontener pada satu kantor pelayaran Pulau Laut. Beberapa tahun bekerja, Ridwan diangkat menjadi asisten manajer. Berkat kerajinan dan bertanggungjawab dalam pekerjaan, ia diangkat menjadi manajer dan melanjutkan S1 Tata Laksana Pelayaran dan Kepelabuhanan tahun 1991. Ingin memperluas dan menimba ilmu lainnya, akhirnya Ridwan mencoba pindah kerja di grup Humpus milik keluarga Cendana. Karir dimulai dari bawah junior staf tahun 1994 sampai 1999 di Senawangi FF anak perusahaan Humpus ini tutup. BIKIN PERUSAHAAN Karena bekerja selalu dari bawah dan selalu mendapatkan kedudukan dalam perusahaan, dia ingin mendapatkan pengalaman bagaimana mengolah satu perusahaan. “Sehingga tahun 1999, saya bikin perusahaan sendiri. Namanya Transporindo Lima Perkasa sampai sekarang,” cerita Ridwan. Bermula perusahaan kecil, namun dengan tata kelola serta tidak pernah memilih dalam hal berteman, hingga akhirnya perusahaannya kini dipercaya menangani berbagai macam barang milik Bulog, maupun BUMN lainnya serta swasta. Kendati sibuk mengurusi perusahaan, namun Ridwan tidak mau meninggalkan dunia pendidikan. Setelah lulus S1 tahun 2015 menyelesaikan kuliah S2 Magister Hukum, namun karena belum mengambil S1 hukum diapun sekolah hukum S1 dan lulus tahun 2017 dilanjutkan tahun 2018 menyelesaikan sekolah pendidikan. (dwi/bi)


News Update