Atlet Voli Duduk Ini Akhirnya jadi Pemain Nasional

Kamis 27 Sep 2018, 06:08 WIB

JAKARTA- Musibah yang menimpanya pernah membuat Nina Gusmita mengubur mimpinya untuk menjadi atlet bola voli. Namun siapa yang sangka jika musibah itu justru membawa Nina bisa tampil untuk memperkuat Timnas Indonesia dari cabang olahraga voli duduk pada Asian Para Games 2018 yang akan digelar di Jakarta pada 6-13 Oktober mendatang. Kini Nina dan kawan-kawan berharap bisa mempersembahkan medali emas untuk Indonesia pada pesta olahraga multievent antar negara se-Asia bagi para penyandang disabilitas tersebut. Bagi Nina, ini merupakan kesempatan keduanya secara pribadi untuk bisa mewujudkan impiannya. "Saya pribadi ingin emas. Apapun targetnya saya ingin tampilkan terbaik bersama tim," kata Nina yang sudah memulai pelatnas sejak awal tahun ini selama persiapan mengikuti Asian Para Games 2018. Orang yang mendengar mungkin itu menganggap harapan itu terlalu muluk apalagi voli putri baru pertama kali tampil di Asian Para Games 2018. Tapi bagi atlet berusia 20 tahun itu, target tersebut menjadi keinginannya yang harus tercapai. Tekadnya yang tinggi bahkan sudah ditunjukkan oleh Nina saat menghadapi kondisi terpuruk di usia yang masih sangat muda. Ya, sejak kecil ia memang sudah bercita-cita untuk menjadi atlet bola voli. Dia rajin berlatih hingga sebuah peristiwa kecelakaan membuat dia kehilangan sebagian kaki kanannya. Masih jelas dalam ingatan Nina saat kecelakaan itu terjadi. Pada suatu malam di tahun 2016, Nina sedang dalam perjalanan pulang seusai berlatih voli. Di tengah perjalanan, sepeda motor yang dia kendarai bersenggolan dengan kendaraan lain. Nina terjatuh dari motor. Di saat bersamaan, ada sebuah truk yang menghantam tubuhnya dari belakang. Dia tak sempat menghindar dan truk itu tak mampu berhenti karena jaraknya terlalu dekat. “Kejadiannya seminggu sebelum saya Ujian Akhir Sekolah (UAS), Maret 2016. Saat kejadian itu saya masih sadar dan sempat bangun,” ungkap Nina. KAKI HANCUR "Saat jatuh, syok saja. Saya duduk dan diam. Kemudian lihat kaki saya sudah ancur banyak. Batin saya bilang,'ya udah lah sudah tidak bisa main voli lagi. Kemudian dibawa ke rumah sakit dan tulang belakang saya patah. Operasi pertama memperbaiki kaki. Rupanya sadar dari operasi saya batuk darah tapi saat scan paru-paru saya sobek karena usus ke atas jadi harus operasi torak. Prediksi dua hari tapi sampai tiga hari saya baru bangun. Orang tua juga sudah sempat ikhlasin tapi saya bangun," lanjut Nina di sela-sela pemusatan latihan di Solo, belum lama ini. Pada operasi ketigalah, Nina akhirnya memutuskan untuk mengamputasi kakinya untuk menghindari infeksi dan kanker tulang. Apalagi saat itu, Nina sudah cukup lama dirawat di ICU. "Lalu operasi terakhir itu karena ada luka besar juga di bagian kaki kiri. Itu operasi menambah daging akhirnya operasi. Jadi total empat kali operasi," jelas wanita kelahiran Medan, 8 Agustus 1998 tersebut yang total telah menjalani rawat inap di rumah sakit selama sekitar 1,5 bulan lamanya. Hampir lima bulan pemulihan di rumah tak membuat Nina mengubur mimpinya. Asanya untuk tetap menjadi atlet tersalurkan lewat ajakan seniornya saat di tim voli untuk masuk kembali menjadi atlet khusus penyandang disabilitas. Nina yang saat itu masih tercatat sebagai siswa SMA Negeri 3 Medan terpaksa mengerjakan ujian nasional di rumah sakit. Sebelum menyandang disabilitas, Nina Gusmita gemar berlatih voli dan tergabung dalam tim voli junior Medan. Awalnya dia turun di cabang para atletik nomor lempar cakram dan tolak peluru. Hanya bertahan satu sampai dua bulan, Nina mendapat tawaran untuk lanjut di voli duduk. Kini dia sudah bisa melupakan musibah itu dan menatap harapan baru sebagai atlet bola voli duduk bersama Timnas Indonesia. “Dulu malah belum masuk Timnas. Setelah kecelakaan justru bisa masuk Timnas. Awalnya coba-coba dulu. Lihat seperti apa. Karena saat itu tahu passing dan mukul. Ternyata ngesotnya ternyata harus cepat. Dua bulan baru terbiasa lah," kata pemain berposisi all around ini. "Lebih bersyukur karena setiap kejadian ada hikmahnya. Saya dikasih begini melihat yang lain, tuna netra, fisik normal, tapi tidak bisa melihat, sama saja. Jadi saya bersyukur bisa diberi gini. Enggak pernah marah sama diri sendiri, keluarga," kata Nina yang juga berharap melalui voli duduk dirinya bisa membanggakan orang tuanya. "Saya ingin sukses balas jasa orang tua. Kemarin di rumah sakit kasian mengurusi saya. Biasanya aku tak bisa diam, sekarang diam saja. Sedih juga sih lihat orang tua begitu," tuntasnya. (junius/bu)


News Update