Sarinah Terbakar di Thamrin, Siapa Pemilik Mall Ikonik Jakarta Ini? Berikut Sejarah dan Fakta Kepemilikannya

Senin 29 Des 2025, 18:04 WIB
Gedung Sarinah di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat, ikon pusat perbelanjaan bersejarah yang tetap beroperasi normal pasca insiden kebakaran pada Minggu malam. (Sumber: Dok/Sarinah Jakarta)

Gedung Sarinah di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat, ikon pusat perbelanjaan bersejarah yang tetap beroperasi normal pasca insiden kebakaran pada Minggu malam. (Sumber: Dok/Sarinah Jakarta)

Tidak hanya menyandang status sebagai pusat perbelanjaan tertua, Sarinah juga mencatatkan kinerja bisnis yang positif. PT Sarinah (Persero) membukukan penjualan sebesar Rp726 miliar dari target Rp741 miliar, mencerminkan kepercayaan masyarakat terhadap transformasi Sarinah sebagai etalase produk dalam negeri. Perusahaan optimistis dapat meningkatkan angka penjualan hingga Rp941 miliar pada tahun 2025.

Kepemilikan dan Gagasan Besar Bung Karno

Gedung Sarinah merupakan aset milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan kepemilikan 100 persen oleh Negara Republik Indonesia. Sarinah beroperasi sejak 17 Agustus 1962 dengan nama awal PT Department Store Indonesia, sebelum resmi berganti menjadi PT Sarinah (Persero) pada 10 April 1978.

Mengutip situs resmi perusahaan, gagasan pendirian Sarinah lahir dari Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno. Bung Karno membayangkan Sarinah sebagai pusat perdagangan produk dalam negeri yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan memperkuat identitas bangsa. Nama “Sarinah” sendiri diambil dari nama pengasuh Bung Karno semasa kecil, sebagai simbol ketulusan dan pengabdian.

Baca Juga: Pantau Arus Lembang, Kapolres Cimahi Petakan Tiga Titik Rawan

Saksi Bisu Perjalanan Sejarah Jakarta

Sejak resmi beroperasi pada 15 Agustus 1966, Sarinah telah menjadi saksi berbagai peristiwa penting. Gedung ini pernah menjadi lokasi gerai pertama McDonald’s di Indonesia pada 1991, tempat berlindung warga dan jurnalis saat demonstrasi 22 Mei 2019, hingga menjalani revitalisasi besar-besaran senilai Rp1,8 triliun sebelum kembali dibuka untuk publik pada Maret 2022.

Menariknya, meski telah mengalami sejumlah renovasi, revitalisasi terakhir Sarinah tetap mempertahankan bentuk fisik asli bangunan sebagai wujud penghormatan terhadap nilai sejarahnya.

Kebakaran yang terjadi Minggu malam lalu menjadi pengingat bahwa Sarinah bukan hanya bangunan komersial, melainkan bagian dari ingatan kolektif bangsa.

Respons cepat dan transparan dari manajemen menunjukkan komitmen menjaga warisan sejarah sekaligus memastikan keamanan publik. Di tengah tantangan zaman dan persaingan pusat perbelanjaan modern, Sarinah tetap berdiri sebagai simbol ketahanan, transformasi, dan kebanggaan nasional.


Berita Terkait


News Update