JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Momen libur sekolah Natal dimanfaatkan warga Jabodetabek untuk berwisata ke Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara. Sejak pagi hingga siang, kawasan pantai tampak ramai dipadati pengunjung yang ingin berlibur bersama keluarga.
Salah satu pengunjung, Dewa, 40 tahun, warga Bogor, mengaku datang ke Ancol secara spontan memanfaatkan libur sekolah anak-anaknya. Sebelumnya, ia dan keluarga mengunjungi Sea World Ancol.
“Kebetulan anak-anak lagi libur sekolah, jadi pagi ke Sea World, siangnya ke pantai sini,” kata Dewa, Selasa, 25 Desember 2025.
Menurut Dewa, Ancol menjadi pilihan karena jaraknya relatif dekat dan biaya liburan masih terjangkau. Ia menyebut sudah beberapa kali berkunjung ke kawasan tersebut.
“Worth it lah buat kita. Jaraknya nggak terlalu jauh, dan secara cost juga nggak terlalu mahal. Masih affordable buat liburan keluarga,” ujarnya.
Dewa menilai fasilitas di Ancol cukup memadai, terutama dari sisi keamanan. Kehadiran petugas penjaga pantai atau lifeguard membuat pengunjung merasa aman saat beraktivitas di pantai.
“Yang penting kan ada lifeguard, jadi safety lebih terjamin. Wisatawan juga jadi nyaman,” katanya.
Fasilitas umum seperti toilet dan tempat bilas juga dinilai bersih dan layak digunakan. Menurut Dewa, Ancol tetap layak dikunjungi warga Jabodetabek saat libur sekolah.
Hal serupa disampaikan Azizah, 30 tahun, pengunjung asal Karawang, yang datang secara mendadak karena cuaca cerah sejak pagi.
“Tadi siang dadakan. Karena lihat cuaca dari pagi cerah, nggak mendung, jadi langsung on the spot,” ujar Azizah.
Ia menilai fasilitas yang tersedia di Ancol lengkap dan memadai.
“Bagus sih, lengkap. Musala ada, toilet ada, tempat bilas juga sudah disiapkan,” katanya.
Dari sisi keamanan, Azizah menyebut pengelola Ancol memberikan rasa aman bagi pengunjung.
“Keamanan juga bagus. Kalau liburan, memang sering ke sini,” ujarnya.
Baca Juga: 5 Wisata Bogor Ramah di Kantong, Solusi Liburan Nataru 2025 Seru Tanpa Bikin Dompet Menjerit
Meski kawasan Ancol ramai, pedagang kecil belum tentu merasakan peningkatan signifikan. Hal itu dirasakan Titin, pedagang kaki lima yang sudah puluhan tahun berjualan di kawasan tersebut.
Titin, lahir 1930, sudah berada di Ancol sejak 1970, bahkan sebelum kawasan ini dikenal seperti sekarang. Ia sempat menjadi karyawan Ancol pada masa bernama Binaria.
“Dari tahun ’70, Nak. Dulu namanya Binaria. Saya dulu karyawan sini, di panggung,” kenangnya.
Kini, di usia senja, Ibu Titin berjualan gorengan, sate, dan lontong dengan modal terbatas. Kondisi fisik yang menurun akibat operasi kaki membuatnya tak mampu membawa dagangan banyak.
“Sekarang jualan seadanya. Modal juga kurang. Namanya orang jualan, nggak tentu dapetnya,” katanya.
Ia mengakui libur sekolah membuat Ancol lebih ramai, terutama akhir pekan. Namun peningkatan pengunjung belum tentu berdampak signifikan pada pendapatannya.
“Rame itu Sabtu, Minggu. Kalau liburan sekolah ya rame, tapi ya alhamdulillah segini aja,” ujarnya.
Ia menyebut jika modal dagangan lengkap, bisa mencapai Rp1 juta. Namun keuntungan biasanya diputar kembali untuk kebutuhan hidup sehari-hari, termasuk biaya tempat tinggal.
“Kalau dapet 700 ribu itu diputar lagi buat bayar rumah segala. Kebutuhannya banyak,” katanya.
Meski hidup sebatang kara sejak kehilangan ketiga anaknya, Titin tetap bertahan berjualan demi menyambung hidup.
“Yang penting sehat, Nak,” ucapnya lirih. (Dhiya Ahmad Fauzan/M2)