POSKOTA.CO.ID - Persib Bandung dalam tiga tahun terakhir menunjukkan keberanian membuka pintu bagi pemain asal Italia. Langkah ini bukan hanya memperkaya warna permainan Maung Bandung, tetapi juga menghadirkan cerita manusiawi tentang adaptasi, profesionalisme, dan kerinduan pada keluarga yang kerap menjadi tantangan tersendiri bagi pesepak bola asing.
Nama Stefano Beltrame menjadi membantu mengingatkan publik bagaimana kisah itu bermula. Mantan pemain Juventus tersebut resmi bergabung dengan Persib Bandung pada bursa transfer paruh musim Super League 2024–2025. Kedatangannya disambut harapan besar, mengingat latar belakang Beltrame yang ditempa di sepak bola Eropa.
Beltrame tidak datang sebagai pelengkap. Selama membela Persib, ia mencatatkan 16 penampilan, menyumbangkan empat gol dan tiga assist, serta menjadi bagian dari skuad yang mengantarkan Persib meraih gelar juara.
Kontribusinya di lini serang memberi dimensi baru pada permainan tim asuhan Bojan Hodak kala itu.
Namun, di tengah pencapaian tersebut, kabar mengejutkan datang pada Juli 2024. Stefano Beltrame memutuskan untuk mengakhiri kebersamaannya dengan Persib Bandung. Bukan persoalan teknis atau kontrak yang menjadi pemicu, melainkan alasan personal yang sangat mendasar: keluarga.
“Aku tidak tahu harus berkata apa. Sedih rasanya, kalian tahu perjalanan bersama Persib sudah selesai. Karena saya mengambil keputusan untuk tetap dekat dengan keluarga saya. Semoga kalian paham,” tulis Beltrame dalam pesan perpisahannya.
Ia juga menyampaikan apresiasi kepada klub dan bobotoh yang telah menerimanya dengan hangat. Kepergian Beltrame menjadi pengingat bahwa di balik profesionalisme seorang atlet, ada sisi emosional yang tak bisa diabaikan.
Federico Barba dan Bayangan Masa Lalu
Kini, kisah serupa berpotensi terulang. Federico Barba, bek asal Italia yang direkrut Persib untuk menghadapi musim Super League 2025–2026, mulai mengungkapkan kegelisahan yang mengingatkan publik pada cerita Beltrame.
Barba tampil cukup impresif sejak kedatangannya. Pemain yang berposisi sebagai bek tengah itu telah mencatatkan 10 penampilan dan secara mengejutkan menyumbang tiga gol sebuah catatan produktif untuk pemain bertahan. Kehadirannya memperkuat lini belakang Persib dan memberi kontribusi signifikan dalam persaingan papan atas liga.
Namun, di balik performa solid tersebut, Barba menyimpan beban emosional. Dalam pernyataannya kepada media, ia mengaku merindukan keluarganya dan mengungkapkan bahwa dirinya sempat melalui masa yang sangat sulit, bahkan hingga harus menjalani perawatan di rumah sakit.
“Saya merindukan keluarga. Saya menjalani periode yang cukup rumit,” ujar Barba.
Ia menambahkan bahwa kondisi kesehatan dan jarak dengan keluarga menjadi tantangan berat selama berkarier di Indonesia.
“Saya mengalami sakit dan saya masuk rumah sakit dan itu tidak mudah. Jadi saya harus jujur sekarang, tapi saya masih di sini. Saya masih jadi pemain Persib dan berusaha memberikan yang terbaik,” lanjutnya.
Pescara Mengintai, Persib Menanti Kepastian
Situasi ini semakin menarik setelah muncul kabar bahwa Pescara, klub asal Italia yang saat ini berlaga di Serie B, dikabarkan tertarik menggunakan jasa Federico Barba. Meski bursa transfer belum dibuka, rumor tersebut menambah spekulasi mengenai masa depan sang pemain.
Barba sendiri belum memberikan kepastian. Ia menegaskan statusnya masih sebagai pemain Persib dan berkomitmen penuh terhadap klub. Namun, pernyataan tentang kerinduan pada keluarga membuat kemungkinan hengkang tetap terbuka.
Jika Barba benar-benar kembali ke Italia, ia akan mengikuti jejak Stefano Beltrame dua pemain Italia dengan cerita yang berbeda di lapangan, tetapi memiliki kesamaan dalam alasan perpisahan: keluarga.
Baca Juga: Huawei MatePad 12X 2026 Meluncur 9 Januari, Tablet Produktivitas dengan Kinerja Kelas PC
Dilema Klub dan Realitas Pemain Asing
Bagi Persib Bandung, situasi ini menjadi dilema. Di satu sisi, klub membutuhkan stabilitas skuad untuk menjaga konsistensi performa. Di sisi lain, manajemen juga dihadapkan pada realitas bahwa pemain asing membawa latar belakang budaya dan ikatan personal yang tidak bisa diabaikan.
Kisah Beltrame dan Barba menegaskan bahwa adaptasi pemain Eropa di sepak bola Asia bukan hanya soal taktik dan fisik, tetapi juga soal mental dan emosional. Dukungan klub, lingkungan, serta kenyamanan keluarga sering kali menjadi faktor penentu keberlangsungan karier seorang pemain.
Persib kini menanti keputusan Federico Barba. Apakah ia akan bertahan dan melanjutkan kontribusinya bersama Maung Bandung, atau memilih pulang demi mendekatkan diri dengan keluarga. Apa pun hasilnya, kisah ini kembali menegaskan bahwa sepak bola bukan semata tentang skor dan trofi, melainkan juga tentang pilihan hidup.