POSKOTA.CO.ID - Di balik sorotan lampu politik yang seringkali terpusat pada sosok Ridwan Kamil, terdapat sebuah perjalanan hidup yang tak kalah menarik dan penuh transformasi.
Ia adalah Atalia Praratya, seorang wanita yang selama ini banyak dikenal publik sebagai "istri Ridwan Kamil" atau "Ibu Cinta", figur pendamping yang anggun di setiap acara resmi. Namun, narasi tersebut hanyalah satu sisi dari koin yang lebih kompleks.
Sebelum namanya lekat dengan dunia politik praktis, Atalia telah membangun identitasnya sendiri melalui dedikasi di bidang sosial, pendidikan, dan pemberdayaan masyarakat.
Dari latar belakang akademis yang mentereng hingga perannya sebagai pemimpin organisasi massa di Jawa Barat, langkah-langkahnya telah menyiapkan panggung untuk sebuah babak baru yang lebih mandiri.
Baca Juga: Profil Lengkap Atalia Praratya: Perjalanan Cinta, Pendidikan, dan Karier Politik
Kini, dengan segudang pengalaman dan keteguhan yang teruji menghadapi ujian hidup, Atalia Praratya berdiri tegas di Senayan, menantikan untuk mendefinisikan ulang kontribusinya bagi bangsa di luar bayangan sang suami.
Latar Belakang Atalia
Lahir di Bandung pada 20 November 1973 dari pasangan arsitek-dosen Ahmad Syarif Puradimadja dan Nyi Raden Kasomi, Atalia menunjukkan ketekunan dalam mengejar pendidikan.
Jejak akademisnya mengesankan: D3 Perpajakan Unpad, S1 Hubungan Internasional Unpar, S2 Ilmu Komunikasi Unpas, hingga gelar Doktor Ilmu Komunikasi dari Unpad.
Pendidikan itu bukan sekadar titel. Ia menjadi fondasi bagi aktivitasnya di ruang publik. Saat Ridwan Kamil memimpin Kota Bandung dan Jawa Barat, Atalia bukan hanya berdiri di samping, tetapi memimpin dengan peran strategis.
Ia mengelola TP PKK di kedua level pemerintahan, menjadi Bunda PAUD Jabar, dan bahkan memegang tampuk Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jawa Barat.
Cinta, Keluarga, dan Ujian Kehidupan
Kisah cinta Atalia dengan Ridwan Kamil memang layaknya cerita film. Pertemuan di sebuah pameran pada 1994 memantik "love at first sight" dari sang arsitek.
Dengan strategi yang kreatif, termasuk mendekati ibu Atalia terlebih dahulu, Ridwan berhasil memenangkan hati "sang primadona" dari banyak pesaing. Mereka menikah pada 7 Desember 1996 setelah dua tahun berpacaran.
Perjalanan rumah tangga mereka diwarnai kebahagiaan dengan dua anak, Emmeril Kahn Mumtadz (Memeil) dan Camilla Laetitia Azzahra, serta mengadopsi putra ketiga, Arkana Aidan Misbach.
Namun, badai besar menghantam dengan tragedi meninggalnya Memeil di Swiss pada 2022. Ujian lain datang berupa isu perselingkuhan yang dihadapi dengan keteguhan oleh Atalia, memilih mendukung suami di tengah guncangan.
Baca Juga: Apa Alasan Atalia Praratya Gugat Cerai Ridwan Kamil? Orang Ketiga Diduga Jadi Penyebabnya
Langkah ke Arena Politik Nasional
Tahun 2023 menandai babak baru yang menunjukkan kemandirian politik Atalia. Ia mengambil langkah berani dengan mendaftar sebagai bakal calon legislatif Partai Golkar untuk Pemilu 2024.
Langkah ini bukan sekadar formalitas. Dengan kerja keras dan jejaring yang dibangunnya selama ini, ia berhasil meraih kursi di Senayan.
Kini, sebagai anggota DPR RI dari Dapil Jawa Barat I yang duduk di Komisi VIII (membidangi agama, sosial, pemberdayaan perempuan), Atalia Praratya sedang menulis babak barunya.
Perannya tidak lagi sekadar sebagai "pendamping" atau "istri gubernur," tetapi sebagai pembuat kebijakan yang langsung bersinggungan dengan isu-isu krusial bangsa.
Profil Singkat Atalia Praratya
- Nama: Atalia Praratya, S.I.P., M.I.Kom., Ph.D.
- Lahir: Bandung, 20 November 1973.
- Pasangan: Ridwan Kamil (menikah 1996).
- Anak: Alm. Emmeril Kahn Mumtadz, Camilla Laetitia Azzahra, Arkana Aidan Misbach (anak adopsi).
- Pendidikan: D3 Perpajakan Unpad, S1 Hubungan Internasional Unpar, S2 Ilmu Komunikasi Unpas, S3 Ilmu Komunikasi Unpad.
- Jabatan Saat Ini: Anggota DPR RI Fraksi Golkar, Komisi VIII.
- Media Sosial: @ataliapr (Instagram), @ataliapraratya.official (TikTok).
Atalia Praratya adalah contoh figur yang terus berevolusi. Ia merangkul peran sebagai ibu, pendamping suami, aktivis sosial, dan kini, politisi dengan kapasitasnya sendiri.
Melalui Komisi VIII DPR RI, tantangan terbesarnya adalah mengubah citra "primadona masa muda" dan "istri pejabat" menjadi "legislator berkontribusi" yang karyanya berbicara lebih lantang daripada sekadar latar belakang keluarganya.
Perjalanannya dari Bandung ke Senayan adalah cerita tentang pemberdayaan diri dan transformasi yang masih terus berlangsung.