POSKOTA.CO.ID - Nama Muzakir Manaf atau yang akrab disapa Mualem kembali memenuhi ruang publik setelah sebuah video emosional merekam dirinya menahan tangis saat diwawancarai jurnalis senior Najwa Shihab.
Video tersebut viral di berbagai media sosial dan menuai beragam respons dari publik. Wawancara berlangsung di tengah situasi darurat bencana banjir besar di Aceh, yang hingga saat itu belum ditetapkan sebagai bencana nasional.
Dalam momen tersebut, Najwa menanyakan apakah ketidakhadiran status bencana nasional menyulitkan upaya penanganan. Dengan suara bergetar, Mualem menjawab singkat, “Saya pada prinsipnya hanya berusaha, hanya berdoa…” sebelum akhirnya menunduk dan menangis.
Potongan video yang diunggah melalui kanal YouTube Najwa Shihab pada 9 Desember 2025 itu menyebar cepat dan menjadi viral di berbagai platform.
Baca Juga: ACL Two 2025/26: Jelang Persib vs Bangkok United, Bojan Hodak Berharap Bobotoh Penuhi GBLA
Respons Netizen
DIkutip dari instagram @najwashihab, momen haru tersebut menuai simpati netizen, terutama karena masyarakat Aceh mengetahui bahwa Mualem turun langsung ke lokasi bencana setiap hari, termasuk di malam hari. Publik melihatnya sebagai simbol empati dan kepedulian seorang pemimpin terhadap warganya.
"Tak banyak bersuara, tapi dia selalu ada, Fokus dengan apa yang dia bisa lakukan, Bukan menunggu mereka -mereka tanpa kepastian. Sehat terus pak" ujar @ang***
"Ya Allah Bapakk, semoga Allah ringankan dan mudahkan urusan Bapak. Sehat selalu Pakk, kami rakyat Indonesia selalu mendukung Bapak & masyarakat Aceh. Semoga Aceh segera pulih" ujar @rum***
"Beliau pasti sering membaca kisah kisah parah kafillah dan nabi nabi. Smga Allah jg jaga gubernur Aceh dan bisa melembutkan hati pejabat lain untuk mencontoh apa yg beliau lakukan dan fikirkan aamiin" ujar @fev
Dalam wawancara itu, Mualem juga mengungkap fakta lapangan yang mengkhawatirkan di Aceh Tamiang, diduga terdapat kendaraan yang hanyut bersama jenazah di dalamnya. Pernyataan ini menjadi penanda beratnya situasi krisis yang terjadi.
Selain menangis, beberapa hari sebelumnya Mualem juga menunjukkan ketegasannya. Ia marah kepada Bupati Aceh Selatan, Mirwan MS, yang tetap berangkat ibadah umrah meskipun wilayahnya dalam keadaan darurat banjir.
Profil dan Latar Belakang Sosok Muzakir Manaf
Muzakir Manaf lahir pada 3 April 1964 di Seunuddon, Aceh Utara. Ia menyelesaikan pendidikan formal hingga tingkat menengah di kampung halamannya sebelum kemudian bergabung dalam Gerakan Aceh Merdeka (GAM) pada 1986.
Julukan "Mualem" bukan sekadar sapaan. Dalam tradisi Aceh, sebutan tersebut diberikan kepada seseorang yang memiliki kompetensi mendalam dalam suatu ilmu, terutama militer. Gelar ini berkaitan erat dengan kiprahnya sebagai mantan Panglima Gerakan Aceh Merdeka.
Melansir dari berbagai sumber, ia pernah menempuh pelatihan militer di Libya bersama anggota GAM lainnya. Setelah gugurnya pimpinan sebelumnya, ia menjadi Panglima Tertinggi GAM hingga Perjanjian Damai Helsinki 2005.
Transisi dari Militer ke Politik
Pasca damai, Mualem beralih ke ranah politik formal. Ia memimpin Komite Peralihan Aceh (KPA) dan mendirikan Partai Aceh pada 2007, yang kemudian menjadi partai lokal terbesar di provinsi tersebut.
Karier politiknya mencakup:
- Wakil Gubernur Aceh (2012–2017)
- Ketua Umum Partai Aceh
- Ketua Koni Aceh (2015)
- Ketua Pramuka Aceh (2013)
- Gubernur Aceh (2025–2030, hasil Pemilihan 2024)
Pada 12 Februari 2025, ia resmi dilantik sebagai Gubernur Aceh berpasangan dengan Fadhlullah.
Baca Juga: Identifikasi Korban Kebakaran Gedung Terra Drone Masih Menunggu Surat Penyidik
Kepemimpinan di Masa Krisis
Dalam situasi bencana, pendekatan kepemimpinan Mualem tampak jelas: tegas, langsung ke lapangan, dan menuntut tanggung jawab penuh dari seluruh pemangku jabatan.
Dalam rapat penanganan bencana Aceh, ia pernah menegaskan:
“Saya harapkan kepada Bupati/Wali Kota yang cengeng, letakkan jabatannya. Ganti yang lain, apa salahnya.”
Pernyataan tersebut memperlihatkan karakter kepemimpinan yang tegas, terutama terkait tanggung jawab struktural terhadap masyarakat di masa krisis.
Selain penanganan banjir, ia juga menolak keputusan luar daerah terkait status empat pulau yang disengketakan dengan Sumatera Utara. Mualem menyatakan bahwa berdasarkan data sejarah dan administrasi, pulau-pulau tersebut merupakan bagian dari Aceh.