Tidak lama setelah aksi massa, beredar video Ayu Puspita digelandang menuju kantor polisi. Dalam rekaman yang diunggah akun X/@menggunakannya, ia terlihat mengenakan kerudung hitam dan kemeja bergaris, dikerubungi korban yang berteriak menuntut keadilan.
Di hadapan penyidik, Ayu mengaku terbukti lalai. Ia menyatakan manajemen keuangan WO miliknya “sangat berantakan”. Pengakuannya semakin mengejutkan: dana dari klien baru dan hasil pameran digunakan untuk menutupi biaya acara klien lama yang belum terlaksana.
Lebih parah lagi, uang para calon pengantin itu juga dialihkan untuk kepentingan pribadi. Ayu berjanji akan mengembalikan dana dengan cara menjual aset dan peralatan bisnisnya, meski proses mediasi dilaporkan berjalan alot karena pihak pelaku dinilai terus berkelit.
Polda Metro Jaya Ambil Alih Penyidikan
Saat ini, pelaku beserta sejumlah orang terdekatnya, termasuk suami dan tim marketing, masih menjalani pemeriksaan intensif. Kapolres Jakarta Utara, Kombes Pol Guruh Arif Darmawan, dalam konferensi pers singkatnya mengatakan, penyidikan telah ditingkatkan ke penyelidikan dan kemungkinan akan dilimpahkan ke Polda Metro Jaya.
“Modusnya sudah jelas, money game berkedok jasa wedding organizer. Kita akan usut tuntas, termasuk apakah ada pihak lain yang terlibat,” tegas Guruh.
Kasus ini menjadi pengingat pahit bagi calon pengantin untuk lebih cermat memilih vendor pernikahan. Paket harga miring seringkali menjadi umpan untuk menjebak korban dalam penipuan berkedok jasa profesional.
