Ahmad Sayudin, petani tambak di Kampung Sembilangan, Desa Sumber Jaya, Kecamatan Samudra Jaya, Kabupaten Bekasi. (Sumber: POSKOTA | Foto: Nurpini Aulia Rapika)

JAKARTA RAYA

Ratusan Hektare Lahan Tambak di Tarumajaya Tergenang Rob, Petani Gagal Panen Jelang Tahun Baru

Minggu 07 Des 2025, 20:07 WIB

TARUMAJAYA, POSKOTA.CO.ID - Puluhan petani tambak ikan, udang, hingga rumput laut di Kampung Sembilangan, Desa Samudra Jaya, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, terpaksa menelan kerugian besar setelah banjir rob merendam wilayah tersebut selama hampir lima hari.

Banjir rob yang terjadi sejak Rabu, 3 Desember 2025 itu, membuat ratusan hektare tambak hanyut dan gagal panen. Padahal, hasil panen sedianya direncanakan untuk dijual menjelang pergantian tahun.

Salah satu petani yang terdampak, Ahmad Sayudin, 35 tahun, mengaku, kerugiannya mencapai jutaan rupiah karena bibit ikan dan udang di tambak seluas 1 hektare hilang terbawa arus.

“Saya kemarin nebar bibit di lahan seluas 1 hektare. Kurang lebih nanam bibit ikan sekitar Rp3 jutaan. Kalau 2 hektare kan, hampir Rp6 juta ruginya,” ujar Sayudin, Minggu, 7 Desember 2025.

Menurutnya, saat banjir rob naik, ikan-ikan langsung mengikuti aliran air dan keluar menuju laut.

Baca Juga: Banjir Rob Lumpuhkan Aktivitas Warga Sembilangan Bekasi

“Disaat banjir rob itu ikan-ikan pada nyusur, pada nyari aliran. Jadi ya kemungkinan larinya ke laut semua,” ucapnya.

Sayudin menjelaskan, biaya penebaran bibit biasanya tergantung jenis ikan. "Per bibit ada yang 500 perak. Satu empang ini 1 hektare ada 3.000 bibit," ungkapnya.

"Dari awal ya paling Rp3 juta atau Rp4 jutaan. Tapi kalaupun jadi, ya syukur alhamdulillah. Tapi dampak banjir kayak gini enggak mungkin, habis semua,” ungkapnya.

Normalnya, Sayudin bisa panen dua hingga tiga kali dalam setahun. Namun, harapan itu terpaksa pupus lantaran banjir Rob yang melanda wilayahnya.

“Biasanya panen 4 bulan sekali. Rencananya Desember ini. Tapi karena banjir, mau nggak mau harus ikhlas karena sudah enggak ada harapan bakal panen,” katanya.

Areal persawahan di Kampung Sembilangan, Desa Samudra Jaya, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, terendam banjir rob. (Sumber: POSKOTA | Foto: Nurpini Aulia Rapika)

Ia menjelaskan, sistem panen di wilayah tersebut biasanya dilakukan dengan dua cara, yakni sistem pemancingan atau penjualan per kilogram kepada pembeli.

“Kalau pemancingan, 1 hektare bisa dapat 6 sampai 7 juta. Kalau ke pembeli bisa Rp25.000-Rp30.000 per kilo. Tapi tahun ini putus harapan, enggak mungkin, habis semua,” jelasnya.

Sayudin mengungkapkan, banjir rob tahun ini jauh lebih parah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

“Dulu paling 5 tahun sekali. Tapi sekarang hampir setahun sekali, bahkan setahun bisa tiga kali. Air laut besar, bahaya juga,” ungkapnya.

Kerusakan ekosistem laut dan pesisir juga dinilai memperburuk kondisi tambak warga.

“Ekosistem dari alam udah enggak mungkin. Banyak sekali di laut itu yang ditutup pagar. Jadi kami enggak bisa mengandalkan budidaya alami. Semua bibit harus beli. Dari udang beli, bibit ikan beli. Jadi kalau banjir gini ya habis,” keluhnya.

Hingga kini, petani tambak di Sembilangan masih berjuang memulihkan kondisi lahan mereka sambil berharap pemerintah hadir memberikan solusi agar kejadian serupa tidak terus berulang setiap tahun.

Sebelumnya, Kepala Dusun 3 Desa Samudra Jaya, Nurhasan, mengatakan, banjir rob tahun ini membawa kerugian besar. Para petani tambak yang bersiap panen ikan dan udang menjelang tahun baru kini harus menelan pil pahit.

“Kurang lebihnya ada 300 KK dengan 600 jiwa. Karena adanya banjir rob ini, masyarakat ya gagal panen. Yang rencananya akan panen ikan, udang untuk Tahun Baru, tapi dengan terjadinya banjir rob ini ya gagal panen,” ujarnya

Meski banjir sudah berlangsung selama lima hari dengan ketinggian air mencapai 50 hingga 80 sentimeter, Nurhasan mengaku belum ada bantuan maupun kunjungan dari pihak pemerintah.

“Belum pernah ada bantuan di sini. Dan tahun 2025 ini sangat luar biasa banjir rob-nya. Melebihi dari tahun-tahun yang sudah lewat,” tegasnya.

Salah satu warga, Saiful 35 tahun, mengatakan banjir rob sepanjang tahun ini terjadi lebih dari delapan kali, jauh lebih parah dibanding tahun sebelumnya yang hanya dua kali.

“Udah sekitar 5 hari berturut-turut ya. Puncaknya kemarin di hari Jumat, dan hari ini juga lumayan besar juga. Untuk ketinggian variasi sih ya. Kalau di sini sekitar 50 sentimeter, paling dalam sampai 80 sentimeter,” katanya.

Baca Juga: Banjir Rob Rendam Permukiman Warga di Tarumajaya Bekasi, Petambak Ikan dan Udang Rugi Besar

Menurutnya, kondisi ini diperparah oleh tanggul yang terkikis abrasi serta pendangkalan kali.

“Satu, tanggul yang mulai terkikis abrasi. Yang kedua juga dari pendangkalan kali, yang mungkin perlu dinormalisasi,” tuturnya.

Saiful menyebut banjir rob berdampak besar terhadap ekonomi dan kesehatan warga.

“Kekhawatiran kami utamanya di ekonomi. Pertukaran ekonomi enggak lancar. Yang kedua kesehatan, seperti gatal-gatal, demam, anak-anak, itu yang kami khawatirkan.”

Selain itu, akses jalan warga juga lumpuh. Para petani tambak yang mengandalkan motor untuk mobilitas kini kesulitan menjual hasil panen.

“Kalau banjir kayak gini yang paling susah itu akses jalan. Mayoritas warga di sini ekonominya petani tambak. Kalau sudah seperti ini, motor juga sudah susah, enggak bakal bisa lewat,” ucapnya.

Kegiatan sekolah dan aktivitas ke pasar pun ikut terganggu. Anak-anak sempat dipulangkan karena air naik dengan cepat.

“Sekolah sempat diliburin beberapa hari. Kalau ke pasar biasanya nunggu air surut. Kalau banjir rob ini hitungannya jam, mulai dari jam 10 pagi surutnya baru habis magrib.”

Saiful menuturkan ratusan hektare tambak kini terendam. Para petani pun kehilangan harapan panen akhir tahun.

“Yang namanya galangan tambak sudah pasti habis kerendam semua. Harapannya pupus. Kerugian bisa puluhan juta per tambak.”

Saiful berharap pemerintah kabupaten maupun provinsi segera turun langsung memberikan solusi nyata.

“Harapan ke depannya buat pemerintah daerah untuk memperhatikan kembali warga pesisir Kabupaten Bekasi seperti Tarumajaya, Babelan, dan Muara Gembong. Untuk dibuatkan tanggul dan normalisasi kali,” pintanya.

Ia juga meminta perbaikan jalan yang sudah lima hingga enam tahun tak kunjung dibenahi.

“Buat Pak Bupati, Pak Gubernur, tinjaulah sekali-sekali. Kami butuh solusi. Jangan sampai wilayah kami jadi langganan banjir terus-menerus,” ujarnya. (cr-3)

Tags:
SembilangansawahtambakBekasi Tarumajayabanjir rob

Tim Poskota

Reporter

Mohamad Taufik

Editor