POSKOTA.CO.ID - Banjir yang terjadi di sejumlah wilayah di Aceh tidak hanya membawa kerusakan fisik pada infrastruktur dan rumah warga, tetapi juga meninggalkan material berupa lumpur tebal yang telah mengering dan mengeras.
Dalam beberapa lokasi, endapan tersebut bahkan mencapai tinggi hingga hampir setinggi dinding rumah. Kondisi ini menambah tantangan bagi warga dalam proses pemulihan pasca bencana karena material yang telah mengeras sangat sulit dibersihkan tanpa alat berat.
Melansir dari Instagram @indotodays, material lumpur ini terbawa oleh derasnya arus banjir yang berasal dari sungai-sungai dan aliran air permukaan daerah perbukitan.
Ketika aliran banjir meluap, lumpur, pasir, hingga sedimen halus ikut terbawa dan mengendap di wilayah pemukiman. Setelah air mulai surut dan cuaca kembali panas, material tersebut mengalami pengeringan secara bertahap, mengubah konsistensinya dari cair menjadi keras menyerupai lapisan tanah padat.
Banyak warganet yang berkomentar kondisi tersebut dimana banyak dari mereka merasa miris dan sedih oleh kejadian pasca banjir tersebut.
"Bingung gimana bersihinnya, setinggi itu" ujar @ilh***
"Kira kira kalo sudah begitu apakah, tanah nya bisa di tempati lagi, atau ntar jadi kampung mati" ujar @top***
"gimana yaa kalo tanah setinggi itu dibawahnya masih ada korban ya allah, gak kebayang di injek org org dilewati banyak org padahal ada korban disana" ujar @fit***
Baca Juga: Motorola Moto G57 Resmi Diluncurkan. di Indonesia, Cek Harga dan Spesifikasinya
Penyebab Terbentuknya Lapisan Lumpur Mengeras
Secara ilmiah, proses pembentukan endapan lumpur pasca banjir terjadi melalui beberapa tahapan geologis alami:
Transportasi Material Sedimen
Arus banjir membawa partikel mineral, lumpur, pasir, dan material organik dari daerah hulu ke wilayah dataran rendah.
Pengendapan
Ketika kecepatan air melambat di area permukiman, material berat mulai mengendap dan membentuk lapisan lumpur.
Pengeringan dan Pemadatan
Cuaca panas mempercepat proses evaporasi air, menyebabkan lumpur kehilangan kelembapan dan berubah menjadi keras seperti tanah liat padat.
Fenomena ini bukan hanya terjadi di Aceh, tetapi juga di berbagai wilayah rawan banjir di Indonesia seperti Banten, Kalimantan Selatan, dan daerah aliran sungai Bengawan Solo.
Dampak terhadap Warga dan Infrastruktur
Lapisan lumpur yang menutupi rumah, halaman, sekolah, serta akses jalan bukan hanya menyulitkan mobilitas warga, tetapi juga memengaruhi kualitas hunian dan kesehatan.
Beberapa dampak yang tercatat antara lain:
- Terhambatnya Proses Evakuasi dan Pembersihan: Material keras hanya bisa dibersihkan menggunakan cangkul, sekop, hingga alat berat.
- Risiko Kesehatan: Lumpur yang bercampur limbah domestik berpotensi membawa bakteri E. coli, jamur, hingga parasit berbahaya.
- Kerusakan Struktur Bangunan: Endapan lumpur dapat memasuki pori pondasi dan menyebabkan kelembapan jangka panjang.
- Gangguan Aktivitas Ekonomi: Akses tertutup lumpur menyebabkan pasar, sekolah, dan transportasi terhambat.
Beberapa ahli menyatakan bahwa risiko penyakit pasca banjir, seperti diare, leptospirosis, dan gangguan pernapasan meningkat signifikan dalam keadaan seperti ini.
Mitigasi dan Penanganan Pasca Banjir
Untuk menghadapi kondisi ini, sejumlah langkah penanganan dapat diterapkan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Langkah Jangka Pendek
- Membersihkan sedimentasi menggunakan alat berat (excavator mini atau loader).
- Melakukan penyemprotan air bertekanan tinggi untuk melembutkan permukaan lumpur mengeras.
- Menyediakan bantuan masker, sarung tangan, dan disinfektan bagi warga.
- Mengaktifkan posko kesehatan serta dapur umum bagi korban terdampak.
Langkah Jangka Panjang
- Rehabilitasi dan penataan daerah aliran sungai.
- Pembangunan drainase adaptif berbasis analisis curah hujan.
- Reforestasi kawasan gundul untuk mengurangi erosi sedimen.
- Edukasi kebencanaan dan simulasi kesiapsiagaan banjir rutin.
Baca Juga: BGN Dukung Layanan Gizi Center di SPPG Margomulyo, Perkuat Edukasi Gizi
Meskipun air telah surut, warga tetap diimbau meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi banjir susulan dan kondisi tanah jenuh air di sekitar permukiman. Tanah yang jenuh berisiko menyebabkan pergerakan massa tanah, terutama di daerah pemukiman berbasis lereng.
BMKG juga menyarankan masyarakat untuk terus memantau informasi prakiraan cuaca, aliran sungai, serta kondisi hidrologis melalui sumber resmi pemerintah.
Kondisi pasca banjir di Aceh menjadi pengingat bahwa bencana tidak hanya terjadi pada saat banjir berlangsung, tetapi juga saat fase pemulihan. Endapan lumpur mengeras yang menutupi permukiman menjadi tantangan besar sekaligus evaluasi penting untuk peningkatan sistem mitigasi bencana.
Saran dari warganet dalam kejadian pasca banjir tersebut seharusnya dilakukan Dengan langkah strategis, gotong royong masyarakat, serta dukungan pemerintah daerah dan nasional, pemulihan dapat dilakukan secara bertahap dan lebih terencana.