Ilustrasi obrolan warteg tentang sulitnya melupakan keburukan masa lalu, menggambarkan tema “Obrolan Warteg: Jangan Terjebak Perbedaan Masa Lalu.” (Sumber: Poskota/Arif Setiadi)

SERBA-SERBI

Obrolan Warteg: Jangan Terjebak Perbedaan Masa Lalu

Rabu 12 Nov 2025, 06:13 WIB

POSKOTA.CO.ID - “Masa lalu kamu adalah milikmu.Masa lalu aku, adalah milikku.Masa depan adalah milik kita berdua.” Itu kalimat yang dipajang mas Bro dalam status medsosnya.

Merespons status tersebut, kedua sohibnya, bung Heri dan bang Yudi, tertawa.

”Memangnya kamu lagi jatuh cinta lagi. Bro,” celetuk Heri mengawali obrolan warteg.

“Pepatah itu cocok bagi para pasangan yang hendak membentuk mahligai rumah tangga yang bahagia dan sejahtera. Tujuannya agar masing – masing berjanji melupakan keburukan masa lalu calon pasangannya,” tambah Yudi.

Baca Juga: Obrolan Warteg: Pahlawan Dulu dan Kini

“Loh, melupakan keburukan masa lalu, juga berlaku bagi mereka yang sudah menjadi pasangan, berkeluarga. Coba kalau sudah belasan tahun, masa lalu masih juga sering diungkit, apa nggak sakit?,” ujar mas Bro.

“Ini curhat? Apa karena keburukan masa lalumu begitu banyak sehingga  tiada habisnya untuk diungkit,” tanya Yudi.

“Sedikit banyak itu relatif, tetapi mengungkit – ungkit keburukan masa lalu itu tidaklah baik. Terlebih sekarang orangnya sudah baik, tak seperti masa lalu. Lain soal, diungkit karena kembali melakukan keburukan seperti masa lalu ,” kata mas Bro.

“Setuju nggak perlu mengungkit keburukan masa lalu, apalagi orang sudah meninggal,” kata Heri.

“Ada pitutur luhur dalam bahasa Jawa yang mengatakan: mikul duwur, mendem jero. Artinya menjunjung tinggi kehormatan, kebaikan orang tua, dan leluhur, sambil terus menutup aib, kekurangan dan keburukannya,” urai mas Bro.

“Filosofi ini mencerminkan ajaran etika sosial dan moral agar tidak mengumbar keburukan orang lain, terlebih terhadap orang tua, mereka yang telah berjasa merawat dan membesarkan kita,” urai Heri.

Baca Juga: Obrolan Warteg: Demam Politisi Zohran Mamdani  

“Kepada mereka yang telah tiada, kenang kebaikannya, lupakan keburukannya,” ujar mas Bro. “Jangan malah sebaliknya, mengenang keburukannya, melupakan jasanya.”

“Pemberian gelar pahlawan nasional kepada 10 tokoh bangsa yang baru – baru ini dilakukan merupakan bentuk penghormatan dan penghargaan negara kepada warganya yang telah berjasa. Bahwa terdapat perbedaan pandangan terhadap masa lalunya, itu dinamika,” kata Heri.

“Yang terpenting jangan selamanya terjebak perbedaan masa lalu karena dapat menutup peluang hadirnya kebaikan dan kebahagian masa depan,” ujar Yudi.

“Jika terjebak di masa lalu, lantas kapan kita mau maju. Sementara di depan peluang begitu luas terbentang. Bukankah masa depan yang bahagia dan sejahtera menjadi miliki kita bersama?,” urai mas Bro. (Joko Lestari).

Tags:
masa laluobrolan warteg

Tim Poskota

Reporter

Fani Ferdiansyah

Editor