Potret Rahmah El Yunusiah yang baru diberi gelar Pahlawan Nasional. (Sumber: Wikipedia)

Nasional

Siapa Rahmah El Yunusiyah? Tokoh Sumatera Barat yang Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional oleh Prabowo Subianto

Senin 10 Nov 2025, 15:55 WIB

POSKOTA.CO.ID - Presiden Prabowo Subianto menanugerahi gelar Pahlawan Nasional kepada 10 tokoh di Indonesia, termasuk Soeharto hingga Marsinah.

Dari daftar tersebut, ada satu tokoh bernama Rahmah El Yunusiah, seorang pelopor pendidikan Islam dan merupakan pendiri Diniyah Putri.

Pemberian gelar Pahlawan Nasional ini didasarkan pada Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 116/TK/Tahun 2025 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional, yang ditetapkan di Jakarta pada 6 November 2025.

Prabowo pun menyampaikan bahwa para tokoh ini memberikan pengorbanan yang besar demi kemerdekaan dan kedaulatan bangsa Indonesia.

Baca Juga: Siapa Marsinah yang diberikan Gelar Pahlawan Nasional Hari Ini oleh Prabowo, Cek Profilnya!

Ia pun menyebutkan untuk generasi bangsa tidak melupakan jasa para pahlawan.

“Janganlah kita sekali-kali melupakan jasa mereka, kepahlawanan mereka,” ujar Prabowo dikutip dari laman Setneg pada Senin, 10 November 2025.

Profil Rahmah El Yunusiah

Rahmah El Yunusiah merupakan seorang reformator pendidikan Islam dan pejuang kemerdekaan Indonesia. Ia lahir pada 26 Oktober 1900, Padang Panjang, Sumatera Barat.

Ia dikenal sebagai pendiri Diniyah Putri yang meliputi taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Ia juga menjadi pelopor unit perbekalan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Padang Panjang.

Baca Juga: Tokoh yang Mendapat Gelar Pahlawan Nasional 2025: Soeharto hingga Marsinah Masuk dalam Daftar

Selain menjamin seluruh perbekalan, ia juga membantu pengadaan alat senjata para tentara.

Di sisi pendidikan, ia sempat belajar di sekolah diniyah yang dipimpin oleh kakaknya, Zainuddin Labay El Yunusy. Merasa tak puas dengan sistem pendidikan yang mencampuradukan pelajar putra dan putri dalam satu kelas.

Akhirnya ia secara inisiatif menemui beberapa ulama di Minangkabau untuk mendalami agama. Hal yang tidak lazim bagi perempuan di awal abad ke-20.

Ia pun belajar ilmu-ilmu praktis yang nantinya diajarkan kepada murid-muridnya. Rahmah mendapat dukungan dari sang kakak untuk merintis Diniyah Putri dan tercatat pada 1 November 1923 sebagai sekolah Agama Islam khusus perempuan pertama di Indonesia.

Baca Juga: Soeharto Raih Gelar Pahlawan Nasional, Ini Jasanya

Masa Penjajahan Jepang

Sewaktu Jepang menduduki Sumatera Barat, Rahmah menjadi pemimpin Haha No Kai di wilayah Padang Panjang untuk membantu perwira Giyugun.

Ia pun mengerahkan muridnya untuk melawan penjajah sesuai kesanggupannya pada masa perang kemerdekaan, seperti menyediakan makanan dan obat-obatan. Pada 7 Januari 1949, Rahmah ditangkap oleh Belanda dan menjadi tahanan.

Indonesia Merdeka

Setelah Indonesia merdeka, Rahmah turut serta dalam pemilu 1955. Ia terpilih sebagai anggota DPR mewakili Masyumi dan membawa aspirasi tentang pendidikan dan pelajaran Islam.

Pada 15 Agustus 1955, Imam Besar Al-Azhar Abdurrahman Taj berkunjung ke Indonesia dan melihat perkembangan pendidikan Islam Indonesia, termasuk Diniyah Putri.

Baca Juga: Najib Atamimi Serukan Pemerintah Jadikan Soeharto Pahlawan Nasional, Sudah Saatnya Menghargai Jasa Besarnya kepada Bangsa

Abdurrahman Taj pun mengungkapkan kekagumannya terhadap sistem pendidikan tersebut, pasalnya Al-Azhar belum memiliki bagian khusus perempuan.

Kemudian pada Juni 1957, Rahmah pun berangkat ke Timur Tengah usai menunaikan ibadah haji dan mengunjungi mesir dan melakukan kunjungan balasan ke Universitas Al-Azhar. Bahkan dalam kunjungan tersebut, ia mendapat gelar kehormatan “Syekhah” atau gelar untuk syekh perempuan.

Sekembalinya dari kunjungan Timur Tengah itu, Rahmah turut serta  bergerilya mendukung Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Alasan ia bergabung karena merasa Presiden Soekarno telah terbawa arus kuat PKI.

Pasca pergolakan PRRI, Rahmah kembali memimpin perguruannya dan pada tahun 1964 ia menjalani operasi tumor payudara di RS Pirngadi, Medan.

Kondisi fisiknya semakin melemah hingga ia meninggal mendadak dalam keadaan berwudhu pada 26 Februari 1969.

Tags:
Rahmah El YunusiahMarsinahSoehartogelar Pahlawan NasionalPrabowo Subianto

Muhammad Dzikrillah Tauzirie

Reporter

Muhammad Dzikrillah Tauzirie

Editor