POSKOTA.CO.ID - Dalam dunia kerja dan bisnis, semua orang ingin organisasi mereka berjalan lancar, efisien, dan produktif. Tapi, bagaimana caranya memastikan setiap tim tahu arah yang sama dan bekerja ke tujuan yang selaras?
Jawabannya ada pada sasaran operatif (operational objectives).
Kalau strategi adalah peta besar menuju tujuan akhir perusahaan, maka sasaran operatif adalah langkah-langkah konkret yang diambil setiap hari untuk sampai ke sana.
Simak pembahasan mendalam tentang pengertian, jenis, manfaat, dan cara membuat sasaran operatif yang efektif agar organisasi kamu bisa lebih terarah dan gesit menghadapi perubahan.
Baca Juga: Bacaan Teks Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 Asli, Ini Makna di Setiap Poinnya
Pengertian Sasaran Operatif
Menurut HubSpot, sasaran operatif adalah target jangka pendek (biasanya 6–12 bulan) yang membantu organisasi mewujudkan sasaran taktis dan strategisnya.
Sasaran ini berfungsi seperti “checkpoints” di tengah perjalanan organisasi agar setiap langkah punya arah dan ukuran keberhasilan yang jelas.
Ciri khas sasaran operatif biasanya:
- Spesifik: Fokus pada satu hasil yang jelas.
- Terukur: Ada angka atau parameter untuk menilai kemajuan.
- Action-oriented & time-bound: Harus ada tindakan nyata dan tenggat waktu.
Jadi, bukan sekadar “meningkatkan performa tim”, tapi lebih ke arah “meningkatkan kecepatan respon pelanggan sebesar 20% dalam 3 bulan”.
Nah, itulah kekuatan dari sasaran operatif—jelas, konkret, dan bisa dipantau.
Jenis-Jenis Sasaran Operatif yang Umum Digunakan
Setiap organisasi punya prioritas berbeda, tapi secara umum, sasaran operatif bisa dibagi menjadi beberapa kategori utama berikut:
1. Sasaran Biaya (Cost Objectives)
Tujuannya untuk menekan pengeluaran atau meningkatkan efisiensi biaya.
Contoh: Mengurangi biaya produksi per unit sebesar 5% dalam 9 bulan.
Biasanya, sasaran ini melibatkan optimalisasi proses, efisiensi sumber daya, dan penghapusan aktivitas yang tidak produktif.
2. Sasaran Kualitas (Quality Objectives)
Fokusnya pada peningkatan mutu produk atau layanan agar pelanggan puas.
Contoh: Meningkatkan tingkat kepuasan pelanggan menjadi lebih dari 90% dalam satu semester.
Kualitas yang konsisten bukan hanya menaikkan reputasi, tapi juga menciptakan loyalitas pelanggan jangka panjang.
