POSKOTA.CO.ID - Harga emas dunia tengah mencetak rekor tertinggi sepanjang masa (all-time high/ATH) dan diprediksi terus melesat hingga akhir 2025.
Faktor pendorongnya antara lain ketidakpastian geopolitik global, penurunan suku bunga The Fed, serta melemahnya nilai tukar rupiah.
Para analis optimistis harga emas bisa menembus Rp 3 juta per gram, menjadikannya salah satu instrumen investasi paling menarik saat ini.
Kilau Emas yang Tak Pernah Pudar
Harga emas dunia kini kembali mencuri perhatian. Setelah sempat stagnan di awal tahun, logam mulia ini berhasil menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah (ATH). Menurut data terbaru, harga emas global sudah mencapai US$ 4.341 per troy ons, bahkan sempat menyentuh US$ 4.380.
Kenaikan ini bukan sekadar fluktuasi musiman. Banyak analis percaya bahwa tren bullish emas masih akan berlanjut hingga akhir tahun, bahkan hingga pertengahan 2026. Di Indonesia sendiri, harga emas diperkirakan bisa menembus Rp 3 juta per gram, angka yang sebelumnya dianggap mustahil.
Prediksi Analis: Emas Bisa Tembus Rp 3,15 Juta per Gram
Pengamat mata uang dan komoditas Ibrahim Assuaibi memperkirakan harga emas dunia berpotensi mencapai US$ 4.500 per troy ons hingga akhir 2025. Jika skenario ini terjadi, harga emas domestik dapat melesat hingga Rp 3.150.000 per gram.
“Saya optimis harga emas dunia bisa di US$ 4.500 per troy ons. Kalau tercapai, di Indonesia bisa tembus sekitar Rp 3.150.000 per gram,” ujar Ibrahim Assuaibi, Analis Komoditas.
Ibrahim menjelaskan bahwa lonjakan harga emas ini tidak lepas dari ketidakpastian global yang semakin kompleks. Mulai dari konflik AS–China, perang di Timur Tengah dan Eropa, hingga rencana penurunan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) yang dijadwalkan antara November dan Desember 2025.
Menurutnya, kombinasi faktor-faktor tersebut menjadi pemicu kuat bagi investor untuk kembali menempatkan dana mereka ke aset aman seperti emas.
Stok Emas Langka dan Rupiah Melemah, Harga Domestik Ikut Naik
Selain faktor global, pasar emas dalam negeri juga menghadapi tantangan tersendiri. Ibrahim mengungkapkan bahwa pasokan emas semakin langka, sementara permintaan meningkat tajam, baik dari kalangan investor individu maupun institusi seperti bank sentral.
“Modal investasi emas sekarang makin mahal karena stoknya terbatas. Ditambah lagi nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar AS, harga emas domestik otomatis ikut terdorong naik,” jelasnya.
Kondisi ini menyebabkan harga emas lokal cenderung lebih cepat naik dibandingkan turun. Setiap kali rupiah melemah, harga emas batangan di pasar ritel langsung menyesuaikan, bahkan sebelum harga global benar-benar stabil.
Dengan kurs rupiah yang terus bergerak di kisaran Rp 16.000 per dolar AS, peluang emas menembus rekor baru di atas Rp 3 juta per gram menjelang akhir 2025 dinilai sangat realistis.
Prediksi dari Doo Financial: Tren Naik Masih Panjang
Senada dengan Ibrahim, Lukman Leong, analis dari Doo Financial Futures, juga memperkirakan harga emas global masih memiliki ruang untuk naik lebih tinggi. Ia menilai tren kenaikan ini bukan sekadar fenomena sesaat, melainkan bagian dari siklus panjang yang bisa berlangsung 3–5 tahun ke depan.
“Permintaan emas dunia masih sangat tinggi, terutama dari bank sentral. Dalam tiga hingga lima tahun ke depan, tren kenaikan ini masih berlanjut,” ujar Lukman Leong, Analis Doo Financial Futures.
Menurut Lukman, harga logam mulia ini bisa menembus US$ 4.400–US$ 4.600 per troy ons, yang berarti harga emas di Indonesia berpotensi mencapai sekitar Rp 3 juta per gram di penghujung 2025.
“Kenaikan tahun ini memang sudah besar, tapi emas masih bisa mengejutkan. Idealnya, harga ditutup di kisaran US$ 4.400 hingga US$ 4.600 per troy ons,” tambahnya.
Faktor-Faktor yang Mendorong Harga Emas Naik
Beberapa faktor utama yang menjadi pendorong kenaikan harga emas antara lain:
- Ketegangan geopolitik global – Konflik di berbagai kawasan membuat investor mencari aset aman.
- Kebijakan moneter longgar – The Fed diprediksi akan menurunkan suku bunga, meningkatkan minat terhadap aset non-yield seperti emas.
- Permintaan dari bank sentral – Banyak negara meningkatkan cadangan emas untuk diversifikasi aset.
- Melemahnya dolar AS dan rupiah – Kedua faktor ini mendorong kenaikan harga emas lokal.
- Keterbatasan pasokan tambang – Produksi emas dunia tidak tumbuh secepat permintaan.
Kombinasi faktor-faktor tersebut menjadikan emas semakin langka dan bernilai tinggi, terutama bagi investor yang mengincar stabilitas jangka panjang.
Baca Juga: BP Tapera Umumkan Hasil Seleksi Administrasi Tahap 2 2025: Begini Cara Cek Nama yang Lolos
Emas Masih Jadi “Safe Haven” Paling Dicari
Meski harganya sudah tinggi, emas tetap dianggap sebagai aset safe haven paling aman. Di tengah ketidakpastian ekonomi, fluktuasi mata uang kripto, dan pasar saham yang tak menentu, emas menawarkan nilai intrinsik dan stabilitas yang sulit ditandingi aset lain.
Namun, para analis mengingatkan agar calon investor tidak terburu-buru membeli dalam jumlah besar. Strategi terbaik adalah berinvestasi secara bertahap (dollar-cost averaging) agar tidak terjebak di harga puncak.
Dengan strategi yang tepat, emas bisa menjadi portofolio pelindung nilai (hedging) yang efektif, terutama bagi mereka yang berorientasi pada investasi jangka panjang.
Kenaikan harga emas ke level Rp 3 juta per gram bukan sekadar spekulasi. Dengan kombinasi antara geopolitik yang memanas, kebijakan moneter longgar, permintaan tinggi, dan rupiah yang melemah, tren bullish ini diperkirakan akan terus berlanjut hingga akhir 2025.
Bagi investor, ini adalah momen untuk menyusun strategi investasi emas yang bijak, baik dalam bentuk fisik, digital, maupun ETF emas.