Mengenal sosok Timothy Anugerah Saputra, mahasiswa berprestasi Unud yang tewas bunuh diri. Menyisakan pelajaran mendalam tentang bahaya bullying. (Sumber: X/@FroggieOnee)

HIBURAN

Profil dan Tragedi Timothy Anugerah Saputra, Mahasiswa Unud Korban Perundungan yang Berujung Bunuh Diri

Sabtu 18 Okt 2025, 13:43 WIB

POSKOTA.CO.ID - Dunia pendidikan Indonesia kembali tercabik oleh sebuah tragedi memilukan. Timothy Anugerah Saputra (22), mahasiswa Universitas Udayana (Unud) yang dikenal sebagai pribadi cemerlang dan ramah.

Ia ditemukan meninggal dunia setelah diduga mengakhiri hidupnya di Gedung FISIP kampus, Rabu, 15 Oktober 2025. Peristiwa ini saja sudah cukup menyisakan duka yang dalam bagi keluarga dan kampus.

Namun, luka itu semakin dalam ketika kabar duka tersebut justru disambut dengan gelombang ejekan dan canda tak pantas di grup chat mahasiswa.

Potret buram perundungan yang mungkin telah dihadapinya akhirnya terbuka, mengungkap kisah pilu di balik senyum lembut seorang mahasiswa berprestasi yang harus berakhir dalam kesunyian.

Baca Juga: Chat Terakhir Timothy Anugrah Saputra Terungkap: Fakta Baru di Balik Aksi Lompat dari Gedung Unud Bali

Sosok di Balik Kesunyian

Timothy, mahasiswa Sosiologi asal Bandung dengan IPK 3.91, dikenang sebagai pribadi yang cerdas, sopan, dan penuh perhatian.

I Made Anom Wiranata, Wakil Dekan III FISIP Unud, menggambarkannya sebagai "mahasiswa teladan" yang memiliki kecintaan tinggi pada ilmu pengetahuan dan kerap terlibat dalam penelitian bersama senior.

"Hal-hal kecil seperti merapikan kursi sebelum kelas dimulai adalah cerminan dari pribadinya yang tertib dan penuh kesadaran," kenang Anom.

Kenangan manis juga diungkapkan sahabat dan keluarga. Deon, sahabat dekatnya, menyebut Timothy sebagai sosok yang selalu menyebarkan energi positif.

Sementara ibunya, dengan suara bergetar, berbagi kenangan tentang bagaimana putranya selalu memujinya dengan tulus setiap kali ia berdandan, sebuah detail sederhana yang kini terasa sangat bermakna.

Baca Juga: Erika Carlina Putus dengan DJ Bravy? Heboh Foto Sang Kekasih Raib dari Instagram

Kronologi Kelam: Dari Ejekan Digital hingga Tragedi

Tragedi ini tidak terjadi dalam ruang hampa. Kronologi yang terungkap menunjukkan Timothy telah lama menjadi sasaran perundungan verbal di grup chat WhatsApp.

Tangkapan layar yang viral di media sosial, khususnya melalui akun @unudmenfess, memperlihatkan betapa kabar duka cita kematiannya justru disambut dengan komentar-komentar tak pantas dan canda yang menusuk dari sesama mahasiswa.

Yang ironis, para pelaku perundungan tersebut adalah mahasiswa yang aktif dalam organisasi kemahasiswaan, individu-individu yang diharapkan menjadi panutan.

Baca Juga: Link Video Julee dan Safrie Ramadhan 7 Menit Viral, Fakta atau Rekayasa? Heboh Diduga Selingkuh dari Na Dae-hoon

Respons Institusi: Konsekuensi dan Pertanggungjawaban

Menanggapi kemarahan publik, Universitas Udayana mengambil tindakan tegas. Pada Jumat, 17 Oktober 2025, enam mahasiswa yang teridentifikasi terlibat dalam percakapan tak beretika tersebut dikenai sanksi berat.

Mereka dipecat dari jabatan mereka di berbagai organisasi kampus, seperti Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik (Himapol), BEM, dan DPM.

Himapol Unud dalam pernyataan sikapnya menyebut tindakan para mahasiswa tersebut sebagai perbuatan "amoral dan menambah luka bagi yang berduka." Selain sanksi organisasi, para pelaku juga dikenai sanksi akademik dan diminta untuk meminta maaf secara terbuka melalui video di media sosial.

Baca Juga: Terungkap! Alasan Andre Taulany Ajukan Cerai: Tagihan Gofood Istri Tembus Rp2 Juta Sehari

Refleksi Nasional: Belajar dari Luka Timothy

Kisah Timothy Anugerah Saputra telah menjadi cermin kelam bagi masyarakat Indonesia, khususnya di lingkungan kampus. Tragedi ini memicu diskusi nasional yang mendesak tentang pentingnya kesehatan mental, bahaya laten perundungan siber, dan kebutuhan mendesak untuk menciptakan ekosistem kampus yang empatik dan mendukung.

Keluarga Timothy, dalam ketegaran mereka, disebutkan telah memilih untuk memaafkan dan tidak melaporkan kasus ini secara hukum. Namun, keputusan itu tidak lantas meredam seruan kolektif untuk perubahan.

Pelajaran terbesar dari tragedi ini adalah bahwa perundungan, dalam bentuk apa pun, bukanlah lelucon. Ia adalah bom waktu yang diam-diam merenggut harapan.

Kisah Timothy adalah pengingat pilih untuk kita semua: bahwa di balik setiap senyuman, bisa jadi tersimpan sebuah pertempuran sunyi. Sudah waktunya kita lebih peka, lebih peduli, dan berani memutus mata rantai kekejaman yang dibungkus candaan.

Tags:
perundungan verbalTimothy AnugerahTimothy Anugerah SaputraUniversitas UdayanaUnud

Aldi Harlanda Irawan

Reporter

Aldi Harlanda Irawan

Editor