Situasi kawasan Kebon Pala Tanah Rendah, Kampung Melayu, Jakarta Timur, Jumat, 10 Oktober 2025. (Sumber: Poskota/M. Tegar Jihad)

JAKARTA RAYA

Meski Sering Banjir, Warga Kebon Pala Tanah Rendah Was-Was Fenomena La Nina

Jumat 10 Okt 2025, 17:23 WIB

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Di ujung timur Jakarta, berdiri deretan rumah tingkat berlantai dua saling berimpitan di bantaran Kali Ciliwung yang airnya berwarna coklat pekat.

Hujan deras, debit air Ciliwung naik, dan pintu air Katulampa dibuka. Itulah tiga tanda yang paling ditunggu-tunggu sekaligus dikhawatirkan warga Kebon Pala Tanah Rendah, Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur.

Bagi Siti Romlah 52 tahun, warga asli yang sudah tinggal di kawasan itu sejak lahir, banjir bukan lagi hal baru.

Rumah berisini empat kepala keluarga dengan total 15 orang, berdiri dekat bantaran Kali Ciliwung wilayah yang disebut Kebon Pala Tanah Rendah.

Baca Juga: DPRD Minta Pemprov Jakarta Pastikan Kesiapan Infrastruktur Hadapi La Nina

Siti menyebutkan, Kali Ciliwung akan meluap diguyur hujan. Jika pintu air Katulampa Bogor dibuka, rumah warga akan tenggelam.

“Kalau hujan gede-gede terus, apalagi kalau dari Bogor airnya udah enggak bisa nampung, rumah saya itu udah pasti kena. Air langsung naik dari bawah, rata semua,” kata Siti saat ditemui Poskota, Jumat, 10 Oktober 2025.

Menurutnya, pengurus RT/RW langsung mengumumkan siaga banjir lewat toa masjid jika hujan deras datang. Warga kemudian mengevakuasi barang-barang berharga ke tempat lebih tinggi.

“Biasanya diumumin lewat toa, ‘siaga satu, siaga dua’, gitu. Kalau udah gitu, ya kita langsung ngangkat-ngangkat barang ke atas. Rumah saya dua lantai, jadi antisipasinya begitu,” ujarnya.

Bantaran Kali Ciliwung dikhawatirkan meluap saat hujan deras, Jumat, 10 Oktober 2025. (Sumber: Poskota/M. Tegar Jihad)

Ia mengatakan, hampir seluruh rumah di wilayah Kebon Pala Tanah Rendah kini sudah bertingkat dua sebagai bentuk adaptasi. Namun tidak jarang banjir hingga ke lantai atas.

“Paling parah itu tahun 2017. Semua rumah tenggelam, padahal udah dua lantai. Air naik cepet banget, semua kelelep,” ujar dia.

Lebih lanjut, Siti menyebut, meski sudah terbiasa, warga tetap merasa waswas menghadapi kabar dari BMKG soal potensi La Niña akhir tahun ini yang bisa memicu curah hujan ekstrem.

“Dibilang was-was ya was-was, tapi ya mau gimana lagi. Kita udah biasa. Paling penting siap-siap aja,” ujar Siti.

Siti berharap, agar pemerintah daerah dapat segera melakukan antisipasi usai muncul potensi fenomena La Nina tersebut.

"Ya harapannya sih buat pemerintah bisa lah ngatasi banjir gitu maksudnya udah harus diantisipasi lah," katanya.

Cerita serupa datang dari Efrina , warga lain yang juga lahir dan besar di bantaran Kali Ciliwung. Ia menuturkan, banjir di wilayahnya sudah seperti rutinitas tahunan, bahkan kini tak menentu waktunya.

Baca Juga: BPBD Jakarta Siapkan Langkah Antisipasi Hadapi La Nina

“Kalau dulu banjir itu biasanya bulan 6 atau 12. Tapi sekarang udah gak nentu. Kemarin pas bulan puasa, Maret, tiba-tiba banjir juga,” kata Efrina.

Menurutnya, kondisi terparah terjadi pada tahun 2019, ketika air naik hingga menenggelamkan lantai dua rumah-rumah warga.

“Itu parah banget, air udah sampai lantai dua. Kita sampai berenang nyari aman ke atas,” ujarnya.

Meski begitu, Erina menyampaikan, bukan sekadar soal air yang meluap, tapi soal minimnya bantuan dari pemerintah.

Baca Juga: Antisipasi La Nina, Pengamat Ekonomi Pertanian IPB: Pemerintah Harus Memetakan Wilayah Rawan Banjir

“Kita ini dibilang ‘kampung mati’. Kalau banjir, gak pernah ada bantuan yang sampai ke bawah. Biasanya yang dapat itu warga atas yang ngungsi ke tenda. Kita paling dikasih nasi box, itu pun kadang,” ungkapnya. (cr-4)

Tags:
banjirKali CiliwungJakarta Timur La Nina

Tim Poskota

Reporter

Febrian Hafizh Muchtamar

Editor