MEDAN SATRIA, POSKOTA.CO.ID - Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bekasi, Alexander Zulkarnain, meninjau langsung kondisi Unit Sekolah Baru (USB) SMPN 62 Kota Bekasi yang berada di Jalan Harapan Indah No. 1, Kelurahan Medan Satria, Kecamatan Medan Satria, pada Kamis 9 Oktober 2025.
Dalam peninjauannya, Alexander mengungkapkan bahwa gedung yang kini digunakan sebagai sekolah tersebut sejatinya merupakan bekas kantor Kelurahan Medan Satria, sehingga tidak dirancang untuk kegiatan belajar-mengajar.
“Ya, gedung ini jelas tidak dirancang untuk sekolah. Itu sebabnya penataan ruangannya juga tidak sesuai standar sekolah. Kalau SMP, ukurannya 8x8 sama dengan 64 meter persegi,” ujar Alexander kepada wartawan, Kamis.
Ia menjelaskan, ruang gerak ideal bagi siswa seharusnya sekitar dua meter per anak, sementara ruang kelas di USB tersebut tidak memadai karena diisi hingga 44 sampai 50 siswa per kelas, padahal idealnya hanya 32 siswa.
“Jadi memang tidak cocok untuk anak-anak SMP. Ukuran ruangannya tidak memenuhi syarat,” tegasnya.
Baca Juga: Gedung USB SMPN 62 Kota Bekasi Rusak, Disdik Sebut Pembangunan Bukan Kewenangannya
Alexander menegaskan bahwa pihaknya tidak menyarankan rehabilitasi pada bangunan tersebut. Menurutnya, perbaikan justru tidak efektif dan berpotensi menghamburkan anggaran.
“Kalau tindak lanjutnya rehab, saya rasa juga tidak efektif. Malah cenderung boros. Kami justru usulkan membangun gedung sekolah baru, satu unit sekolah baru. Unit sekolah baru itu sudah ada gedungnya dan guru-gurunya. Baru kami bisa usulkan untuk dijadikan nama sekolah baru,” katanya.
Terkait rencana pembangunan gedung baru untuk USB SMP 62, Alexander menjelaskan bahwa kewenangan tersebut berada di Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Pertanahan (Perkimtan), bukan di Dinas Pendidikan.
“Saya tidak tahu kapan dibangun. Kami hanya mengurusi pemeliharaan gedung sekolah yang rusak ringan. Kalau rusaknya sedang sampai berat, itu urusan Perkimtan. Termasuk unit sekolah barunya,” ungkapnya.
Meski begitu, Alexander memastikan bahwa pihaknya akan mengusulkan percepatan pembangunan setelah melihat langsung kondisi di lapangan.
“Langsung kami usulkan, ya. Tadi kami juga lihat dan foto. Sudah lengkap dan kami usulkan,” katanya.
Menurut Alexander, secara struktur bangunan memang masih cukup kokoh, namun dari sisi kelayakan tidak memenuhi syarat untuk dijadikan sekolah.
“Kalau nanti dibangun, kami cari tempat terdekat dari sini untuk sementara kegiatan belajar. Pasti ada solusinya,” jelasnya.
Alexander juga menanggapi desakan dari pihak DPRD Kota Bekasi agar pemerintah segera membangun gedung baru.
Baca Juga: Orang Tua Murid Keluhkan Kondisi Bangunan SMPN 62 Bekasi yang tidak Layak dan Nyaris Roboh
“Kalau saya, makin cepat makin bagus. Kasihan anak-anak. Biar mereka cepat memperoleh akses pendidikan yang layak,” ujarnya.
Ia menambahkan, selain ruang kelas, sejumlah fasilitas penting juga belum tersedia, seperti laboratorium, perpustakaan, hingga toilet yang memadai.
“Ini saja lab-nya enggak ada, perpustakaan enggak ada, toiletnya juga kurang. Padahal itu program wali kota untuk perbaikan. Dulu mungkin pemilihannya kurang tepat kalau di sini, karena gedung ini sifatnya sementara,” jelasnya.
Alexander menegaskan, pembangunan gedung baru adalah solusi paling tepat.
“Artinya yang penting sekarang gedung ini enggak layak untuk sekolah. Harus segera dibangun unit sekolah baru. Kalaupun direhab, rehabnya berat. Buat apa direhab kalau bisa bangun baru sesuai kebutuhan sekolah,” ujarnya.
Selain kondisi bangunan yang tidak layak, Alexander juga menemukan ada satu kelas yang harus belajar dengan kondisi lesehan dan berdekatan dengan kamatersebut Ia mengatakan pihaknya akan segera mengirimkan mebeler ke sekolah tersebut.
“Paling lama minggu depan kami kirim meja dan bangkunya,” ujarnya
Sebelumnya, Nur Abidah 15 tahun, siswi kelas 9B, menceritakan bahwa kondisi sekolah sudah rusak sejak pertama kali ia belajar di sana dan belum pernah mendapat perbaikan berarti.
“Sejak saya masuk sekolah kondisinya sudah seperti ini. Pernah atapnya tiba-tiba roboh pas kami lagi belajar. Kalau hujan pasti bocor, jadi kami harus ngepel dan bersihin air. Bangku juga banyak yang rusak dan hilang,” ujar Abidah saat ditemui di ruang kelasnya, Rabu 8 Oktober 2025.
Kondisi serupa juga dialami Nadila Aida, siswi kelas 8B, yang kerap harus belajar tanpa meja dan kursi karena keterbatasan fasilitas.
“Kelas saya bersebelahan dengan toilet. Air sering rembes dan becek dari kamar mandi. Kami belajar tanpa meja dan kursi, pas ujian paling capek karena harus lesehan,” keluh Nadila.
Keduanya berharap pemerintah segera memperhatikan nasib mereka yang setiap hari belajar di bawah ancaman bangunan ambruk.
“Kami ingin sekolah yang layak, biar bisa belajar dengan tenang dan nyaman. Mudah-mudahan bangunannya segera diperbaiki,” tambah Abidah.
Sementara itu, Pelaksana Harian (Plh) USB SMP 62 Kota Bekasi, Deni Permadi, menjelaskan bahwa sekolah tersebut masih berstatus Unit Sekolah Baru yang berada di bawah naungan SMP Negeri 19 Kota Bekasi.
Karena keterbatasan ruang, kegiatan belajar mengajar di SMP 62 dilakukan secara dua shift. Dari total sekitar 320 siswa, hanya tersedia empat ruang kelas aktif yang dipakai bergantian.
“Kelas 8 dan 9 belajar pagi, sedangkan kelas 7 masuk siang. Kalau ujian semester, biasanya kami menumpang di SMP 19,” ujar Deni. (cr-3)