MEDAN SATRIA, POSKOTA.CO.ID - Di tengah hiruk-pikuk Kota Bekasi yang dikenal sebagai kota metropolitan, ratusan siswa Unit Sekolah Baru (USB) SMPN 62 Kota Bekasi harus menempuh pendidikan di bangunan nyaris roboh tidak layak huni.
Sejak 2022, kegiatan belajar mengajar dilakukan di gedung bekas Kantor Kelurahan Medan Satria yang kini difungsikan sementara sebagai sekolah.
Namun, kondisi bangunan tersebut memprihatinkan dengan atap yang bolong, tembok retak, hingga lantai becek akibat rembesan air dari kamar mandi.
Nur Abidah, 15 tahun, siswi kelas 9B, menceritakan, kondisi sekolah sudah rusak sejak pertama kali ia belajar di sana dan belum pernah mendapat perbaikan berarti.
Baca Juga: Kedapatan Curi Motor, Pria di Bintara Bekasi Ditangkap Warga
“Sejak saya masuk sekolah kondisinya sudah seperti ini. Pernah atapnya tiba-tiba roboh pas kami lagi belajar. Kalau hujan pasti bocor, jadi kami harus ngepel dan bersihin air. Bangku juga banyak yang rusak dan hilang,” kata Abidah saat ditemui di ruang kelasnya, Rabu, 8 Oktober 2025.
Kondisi serupa juga dialami Nadila Aida, siswi kelas 8B yang kerap harus belajar tanpa meja dan kursi karena keterbatasan fasilitas.
“Kelas saya bersebelahan dengan toilet. Air sering rembes dan becek dari kamar mandi. Kami belajar tanpa meja dan kursi, pas ujian paling capek karena harus lesehan,” ujarnya.
Keduanya berharap pemerintah segera memperhatikan nasib mereka yang setiap hari belajar di bawah ancaman bangunan ambruk.
“Kami ingin sekolah yang layak, biar bisa belajar dengan tenang dan nyaman. Mudah-mudahan bangunannya segera diperbaiki,” tuturnya.
Sementara itu, Pelaksana Harian (Plh) Wakil Kepala Sekolah USB SMPN 62 Kota Bekasi, Deni Permadi menjelaskan, sekolah tersebut masih berstatus Unit Sekolah Baru yang berada di bawah naungan SMPN19 Kota Bekasi.
Menurut Deni, gedung yang digunakan saat ini merupakan hibah dari Pemerintah Kota Bekasi, karena wilayah Medan Satria sebelumnya belum memiliki SMP negeri.
“Awalnya ini gedung bekas kantor kelurahan. Karena di Medan Satria belum ada SMP negeri, akhirnya diusulkan warga dan FKRW untuk dijadikan sekolah. Kami sudah berjalan hampir tiga tahun,” ucapnya.
Kerusakan bangunan, kata Deni, sudah sering terjadi. Beberapa kali atap ruang kelas dan ruang guru roboh, meski tidak sampai menimbulkan korban.
“Sudah tiga kali atap ruangan roboh, tapi untungnya kejadiannya malam hari saat libur sekolah,” tuturnya.
Baca Juga: Pemkot Bekasi Bongkar Ratusan Bangunan Liar di Atas Lahan Milik Perum Jasa Tirta
Karena keterbatasan ruang, kegiatan belajar mengajar di SMP 62 dilakukan secara dua shift. Dari total sekitar 320 siswa, hanya tersedia empat ruang kelas aktif yang dipakai bergantian.
“Kelas 8 dan 9 belajar pagi, sedangkan kelas 7 masuk siang. Kalau ujian semester, biasanya kami menumpang di SMP 19,” ujar Deni.
Meski dalam kondisi serba terbatas, semangat belajar para guru dan siswa tidak surut. Mereka berharap Pemerintah Kota Bekasi segera merealisasikan pembangunan gedung baru melalui Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) 2026.
“Kami berharap pembangunan sekolah baru bisa segera direalisasikan. Kondisi sekarang sudah sangat memprihatinkan, dan kami ingin siswa bisa belajar dengan aman serta nyaman,” tuturnya.
Baca Juga: Dealer JAECOO Resmi Dibuka di Bekasi, Layani Penjualan hingga Servis
Hingga kini, para siswa SMPN 62 Kota Bekasi tetap berjuang menimba ilmu di bangunan tua yang nyaris roboh, menaruh harapan besar agar perhatian pemerintah segera hadir untuk mewujudkan hak mereka mendapatkan pendidikan yang layak. (CR-3)