Ilustrasi obrolan warteg Bung Heri, Mas Bro, dan Bang Yudi tentang penguatan identitas Betawi, termasuk pemasangan simbol budaya di ruang publik sebagai bagian edukasi dan sosialisasi. (Sumber: Poskota/Arif Setiadi)

SERBA-SERBI

Obrolan Warteg: Penguatan Identitas Betawi, Caranya?

Selasa 30 Sep 2025, 06:00 WIB

POSKOTA.CO.ID - Jakarta masih berstatus sebagai ibu kota negara, meskipun Presiden Prabowo Subianto telah menetapkan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur sebagai Ibu Kota Politik Indonesia pada 2028.

Ini yang ditegaskan Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung Wibowo, saat menerima kunjungan kelas Lemhannas RI, di Balai Kota, Jakarta, Rabu pekan lalu.

Terlebih, sesuai UU Nomor 2 Tahun 2024, Jakarta ditetapkan tetap menjadi ibu kota, sekaligus diarahkan menjadi kota global yang inklusif dengan budaya Betawi sebagai identitas utamanya. Nantinya, penguatan identitas Betawi akan diterapkan di wilayah Jakarta.

“Ini yang menarik, penguatan identitas Betawi, di tengah Jakarta masih tetap sebagai ibu kota negara, kota global dan multikultural,” ujar mas Bro mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, bung Heri dan bang Yudi.

Baca Juga: Obrolan Warteg: Fraksi Rakyat Bergerak

“Lantas bagaimana caranya, penguatan identitas Betawi itu?,” tanya Yudi.

“Pasti banyak cara yang bisa dilakukan. Pemprov DKI Jakarta sudah menyiapkan sejak awal ditetapkan sebagai kota global,”kata Heri.

“Kalau bicara identitas berarti tak lepas dari adat, seni dan budaya Betawi.Ini perlu simbol yang dengan mudah dapat dilihat dan dipahami warga masyarakat,” kata mas Bro.

“Seperti dikatakan bung Pram, panggilan akrab Pramono,  nantinya batas – batas kecamatan, batas kotanya akan dipasang billboard dengan simbol – simbol Betawi. Kalian sebagai warga Jakarta tahu dong, simbol – simbol Betawi,” kata Heri.

“Banyaklah. Ondel – ondel dan lenong sebagai ikon budaya Betawi. Lagunya pun ada: yok kita nonton ondel – ondel yang hingga kini masih cukup populer dikenal publik,” kata Yudi.

“Selain kesenian, ada juga pakaian adat Betawi seperti baju sadariah dan kebaya kerancang serta baju ujung serong,” kata Heri.

“Untuk makanan mulai dari nasi uduk, kerak telor hingga kue cucur. Minuman terkenal bir pletok dan es selendang. Itulah ciri khas Betawi,” ujar Yudi.

” Gue paling suka ondel – ondel karena bentuknya yang unik. Kini malah sudah merambah ke sejumlah daerah. Acap muncul di perkampungan sebagai sarana hiburan,”  kata mas Bro.

Baca Juga: Obrolan Warteg: Jangan Cuma Kejar Target

“Acap muncul di perempatan – perempatan lampu merah juga ya,” kata Yudi.

“Tak perlu diperdebatkan, yang terpenting edukasi agar tampilan tetap positif. Itu tugas kita semua, utamanya pemprov DKI Jakarta,” ujar Heri.

“Apakah semua ciri khas Betawi nantinya akan dipampang melalui billboard batas wilayah?,” kata Yudi.

‘Pemasangan simbol – simbol Betawi di tempat umum bagian edukasi dan sosialisasi. Yang lebih penting lagi adalah edukasi identitas Betawi kian menguatkan identitas jati diri dalam kehidupan sehari – hari seperti sikap ramah, toleransi tinggi, menghargai pluralisme, jujur dan adil,” jelas mas Bro. (Joko Lestari)

Tags:
obrolan wartegBetawiibu kota negaraPrabowo SubiantoJakarta

Tim Poskota

Reporter

Fani Ferdiansyah

Editor