POSKOTA.CO.ID - Jakarta, sebagai ibu kota Indonesia, bukan hanya pusat pemerintahan dan bisnis, tetapi juga rumah bagi beragam budaya, agama, dan tradisi.
Di tengah keragaman itu, hadir sebuah ikon baru yang langsung mencuri perhatian: Murugan Temple Jakarta atau dikenal juga dengan nama Shri Sanathana Dharma Aalayam.
Kuil ini menjadi sorotan publik karena menyandang predikat sebagai kuil Hindu terbesar di Asia Tenggara, sebuah pencapaian monumental yang mengukuhkan Jakarta sebagai kota multikultural dengan wajah baru dalam peta wisata religi internasional.
Peresmian dan Sejarah Pembangunan
Melansir dari situs Muri.org, Murugan Temple resmi diresmikan pada 2 Februari 2025, setelah melalui proses pembangunan yang panjang dan penuh dedikasi. Peresmian ini menandai babak baru bagi umat Hindu di Jakarta, khususnya mereka yang menghormati Dewa Murugan sebagai simbol keberanian, kebijaksanaan, dan perlindungan.
Menurut catatan dari situs resmi Pemerintah Kota Jakarta Barat, kuil ini adalah kuil pertama di Jakarta yang secara khusus dipersembahkan untuk Dewa Murugan. Kehadirannya tidak hanya memperkaya keberagaman tempat ibadah di Jakarta, tetapi juga menjadi simbol harmoni lintas budaya yang berakar di tanah Nusantara.
Keistimewaan Arsitektur
Salah satu daya tarik utama dari Murugan Temple adalah arsitektur megahnya. Kuil ini memadukan unsur India, Jawa, dan Bali, menciptakan harmoni visual yang menakjubkan. Menara utamanya menjulang setinggi 40 meter, sementara total bangunan kuil mencapai 53 meter. Angka ini menjadikannya kuil tertinggi di Asia Tenggara.
Di bagian depan kuil, terdapat arca Dewa Murugan setinggi 21 meter. Meski saat ini masih dalam tahap penyelesaian, patung tersebut digadang-gadang akan menjadi patung Dewa Murugan terbesar ketiga di dunia.
Menurut pengurus kuil, Radjen, pembangunan patung ini bukan sekadar proyek fisik, tetapi juga simbol spiritual yang diharapkan dapat menginspirasi umat Hindu maupun masyarakat luas.
Murugan Temple sebagai Pusat Budaya dan Edukasi
Lebih dari sekadar rumah ibadah, Murugan Temple juga dirancang sebagai pusat budaya dan edukasi. Hal ini tercermin dari banyaknya kegiatan keagamaan sekaligus sosial yang diadakan di kuil. Salah satu di antaranya adalah perayaan Navaratri, sebuah ritual sakral yang berlangsung selama sembilan malam penuh.
Dalam kesempatan perayaan tersebut, Dewan Pembina Yayasan Shri Sanathana Dharma Aalayam, AS Kobalen, menyebutkan bahwa Navaratri bukan hanya perayaan ritual, tetapi juga bentuk penguatan nilai-nilai spiritual, seni, dan budaya Hindu di tengah masyarakat modern.