JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Pemerintah memutuskan untuk tidak melanjutkan pemberian insentif untuk mobil listrik Completely Built Up (CBU), mulai tahun 2026.
Hal ini ditegaskan langsung oleh Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, dalam pengumuman resmi Kemenperin, Jumat, 12 September 2025.
Agus menjelaskan, insentif berupa pembebasan bea masuk dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) untuk mobil listrik impor utuh ini hanya berlaku sampai akhir tahun 2025. Setelah itu, izin insentif CBU tidak akan diperpanjang.
“Tahun ini, insentif untuk CBU tidak akan kami keluarkan lagi. Keputusan ini berdasarkan Peraturan Menteri Investasi Nomor 6 tahun 2023 yang diikuti dengan Nomor 1 tahun 2024,” kata Agus.
Baca Juga: Perluas Layanan Purna Jual, MG Tambah Dealer di Yogya dan Sukabumi
Keputusan ini diambil dengan tujuan mendorong para produsen untuk lebih fokus membangun pabrik dan memproduksi mobil listrik secara lokal.
Menurut Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Setia Diarta, program insentif CBU sebelumnya memang dimanfaatkan sebagian brand sebagai langkah awal sebelum membangun fasilitas produksi di Indonesia.
“Beberapa merek, seperti BYD, kini sedang berinvestasi dan membangun pabrik di dalam negeri. Oleh sebab itu, pemberian insentif untuk CBU kita hentikan,” jelas Setia.
Langkah ini juga diharapkan bisa menghidupkan kembali industri otomotif domestik sekaligus mengurangi risiko pemutusan hubungan kerja (PHK) yang masih menjadi kekhawatiran di sektor manufaktur.
Enam Perusahaan dan Sembilan Merek Terlibat
Sejauh ini, terdapat enam perusahaan otomotif dengan sembilan merek yang memanfaatkan insentif mobil listrik CBU, antara lain:
- National Assemblers (Indomobil Group) yang memproduksi Citroen, Aion, Maxus, dan Volkswagen
- BYD Auto Indonesia
- Geely Motor Indonesia
- VinFast Automobile Indonesia
- Era Industri Otomotif (Xpeng)
- Inchcape Indomobil Energi (GWM)
BYD dan VinFast diketahui sedang membangun pabrik di kawasan industri Subang, Jawa Barat, sementara GWM memperluas kapasitas produksi di Wanaherang, Jawa Barat.