JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Pengamat politik dan kebijakan publik dari Universitas Bung Karno, Cecep Handoko menilai, keputusan Rahayu Saraswati Djojohadikusumo mundur dari anggota DPR RI adalah langkah berani yang patut diapresiasi.
Menurutnya, keputusan Saraswati mundur setelah ucapannya menuai polemik menunjukkan adanya kesadaran moral dan tanggung jawab etik yang selama ini jarang ditunjukan pejabat di Indonesia.
“Keputusan ini langka di Indonesia. Biasanya pejabat memilih bertahan meski sudah mendapat penolakan publik,” ujar Ceko, sapaan Cecep, kepada awak media, Kamis, 11 September 2025.
"Rahayu Saraswati justru memberi teladan bahwa jabatan bukan segalanya. Integritas dan tanggung jawab jauh lebih penting," jelasnya.
Ia menyebut, di banyak negara maju, pengunduran diri pejabat adalah hal biasa ketika muncul kontroversi. Indonesia seharusnya mulai membangun tradisi serupa.
Baca Juga: Profil Rahayu Saraswati, Keponakan Prabowo Subianto yang Resmi Mundur dari DPR RI
“Mundur bukan aib, justru kehormatan. Dengan mundur, seorang pejabat menunjukkan kepedulian pada etika dan menjaga marwah jabatannya,” kata Ceko.
Lebih lanjut, dia berharap langkah Rahayu Saraswati dapat menjadi momentum perubahan budaya politik Indonesia, di mana pejabat berani mengakui kesalahan dan tidak menjadikan jabatan sebagai hak istimewa yang harus dipertahankan dengan segala cara.
“Kalau tradisi seperti ini tumbuh, publik akan kembali percaya pada politik dan pejabat publik kita. Ini teladan yang harus ditiru,” ungkap Ceko.
Sebelumnya, Rahayu Saraswati mengundurkan diri dari jabatannya sebagai anggota DPR RI setelah pernyataannya dalam sebuah podcast pada Februari 2025 kembali viral di media sosial.
Potongan video berdurasi sekitar dua menit itu, dianggap menyinggung pelaku UMKM dan menuai kritik luas.