POSKOTA.CO.ID - Sejak rilis pertamanya pada tahun 2013, The Conjuring telah menjelma menjadi ikon baru dalam sinema horor dunia.
Dengan fondasi cerita berdasarkan kisah nyata pasangan penyelidik paranormal Ed dan Lorraine Warren, film ini tidak hanya menyajikan ketegangan supranatural, tetapi juga menyinggung sisi paling rapuh dari kehidupan manusia: ketakutan, iman, dan cinta.
Kini, setelah perjalanan lebih dari satu dekade, The Conjuring: Last Rites hadir sebagai bab terakhir dari saga utama. Film ini bukan sekadar tontonan menakutkan, tetapi juga penutup emosional yang menegaskan mengapa kisah Warren selalu relevan dengan penonton di seluruh dunia.
Baca Juga: Diduga Hasut Massa Bakar Mabes Polri, Wanita Ini Jadi Tersangka
Sinopsis The Conjuring: Last Rites
Dalam The Conjuring: Last Rites, Ed dan Lorraine Warren kembali dipertemukan dengan kasus paling gelap sepanjang karier mereka. Kisah berawal dari keluarga Smurl Jack, Janet, dan anak-anak mereka yang pindah ke rumah impian baru di Pennsylvania. Namun, kebahagiaan itu segera berubah menjadi mimpi buruk ketika gangguan supranatural mulai muncul.
Tanda-tanda awal seperti suara-suara aneh, benda bergerak sendiri, hingga mimpi buruk yang dialami anak-anak berubah menjadi serangan fisik. Lorraine dengan kepekaan spiritualnya segera merasakan kehadiran entitas jahat yang jauh lebih kuat dibanding kasus-kasus sebelumnya.
Film ini menyoroti bukan hanya pertarungan melawan iblis, tetapi juga perjuangan Ed dan Lorraine menjaga iman, cinta, serta keteguhan hati dalam menghadapi kegelapan yang seakan tak terbatas.
Kisah ini mengingatkan bahwa di balik kengerian, ada sisi rapuh manusia yang berjuang melawan ketidakpastian. Dalam konteks modern, horor bukan hanya tentang makhluk gaib, melainkan juga tentang ketakutan batin manusia: kehilangan, keraguan, dan keputusasaan.
Perjalanan Ed dan Lorraine: Lebih dari Sekadar Detektif Paranormal
Pasangan ini bukan tokoh fiksi murni. Ed dan Lorraine Warren adalah figur nyata yang sepanjang hidupnya mengabdikan diri menyelidiki ratusan kasus supranatural. Dalam film, mereka digambarkan bukan hanya sebagai penyelidik, tetapi juga sebagai pasangan dengan dinamika emosional yang nyata.
- Ed Warren: digambarkan sebagai sosok rasional dan protektif, menggunakan kekuatan iman serta strategi logis dalam menghadapi kegelapan.
- Lorraine Warren: berperan sebagai medium spiritual yang sensitif, seringkali menanggung beban emosional dan risiko besar dari visinya.
Keduanya menjadi simbol bahwa cinta dan keberanian dapat menjadi senjata paling kuat melawan teror, baik nyata maupun metaforis.
Kapan dan di Mana The Conjuring: Last Rites Tayang?
Film ini resmi dirilis di Indonesia pada 5 September 2025 dan ditayangkan di berbagai jaringan bioskop besar, seperti:
- CGV
- XXI (21 Cineplex)
- Cinepolis
- Platinum Cineplex
- New Star Cineplex (NSC)
Harga tiket bervariasi antara Rp35.000 – Rp50.000, tergantung lokasi dan waktu pemutaran. Penonton dapat membeli tiket melalui platform resmi seperti Tix.id, aplikasi 21 Cineplex, atau website masing-masing jaringan bioskop.
Posisi The Conjuring: Last Rites dalam Semesta The Conjuring Universe
The Conjuring Universe merupakan salah satu waralaba horor paling sukses sepanjang sejarah. Dengan total sembilan film dalam lini utama dan spin-off seperti Annabelle, The Nun, dan The Curse of La Llorona, semesta ini telah menorehkan jejak mendalam.
Sebagai penutup, Last Rites berfungsi seperti epilog—menyatukan berbagai benang merah, sekaligus memberikan kesan final bagi penggemar yang telah mengikuti perjalanan ini selama lebih dari satu dekade.
Film horor sering dianggap hiburan ringan untuk sekadar menakut-nakuti. Namun, jika dicermati lebih dalam, horor sebenarnya adalah cermin psikologis manusia. Ada beberapa alasan mengapa film seperti The Conjuring terus diminati:
- Katarsis emosi – Rasa takut di bioskop justru membantu penonton melepaskan stres kehidupan sehari-hari.
- Refleksi spiritual – Kisah Ed dan Lorraine mengingatkan pada pertanyaan mendasar tentang iman, kehidupan setelah mati, dan pertempuran antara baik dan jahat.
- Kedekatan emosional – Film horor modern tidak lagi hanya soal hantu, melainkan juga menyelipkan drama keluarga dan cinta yang membuat kisahnya lebih manusiawi.
- Budaya kolektif – Menonton horor bersama teman atau keluarga menciptakan pengalaman sosial yang unik.
Baca Juga: Angelina Sondakh Ungkap Gaji DPR Rp104 Juta per Bulan, Mengapa Masih Dibilang Tak Cukup?
Review Awal dan Ekspektasi Penonton
Meskipun baru akan dirilis resmi, trailer The Conjuring: Last Rites sudah menimbulkan hype besar. Banyak penggemar berharap film ini:
- Menyajikan teror yang lebih intens dibanding pendahulunya.
- Memberikan penutupan emosional yang layak bagi Ed dan Lorraine.
- Tidak hanya mengandalkan jumpscare, tetapi juga membangun atmosfer yang menghantui dalam jangka panjang.
Bagi sebagian orang, film ini menjadi semacam "perpisahan" dengan karakter yang sudah dianggap seperti sahabat lama dalam perjalanan menonton horor.
The Conjuring: Last Rites bukan hanya sekadar film horor yang menakutkan. Ia adalah penutup dari sebuah kisah panjang tentang keberanian, cinta, dan iman yang teruji oleh kegelapan.
Bagi penonton, film ini adalah undangan untuk merenungkan sisi terdalam dari diri sendiri apakah kita cukup kuat untuk melawan "setan" dalam kehidupan nyata, entah berupa rasa takut, kesedihan, atau kehilangan?
Dengan segala kelebihan dan ketegangan yang ditawarkan, film ini layak ditonton di layar lebar. Lebih dari itu, ia adalah pengalaman emosional yang menegaskan bahwa horor terbaik selalu meninggalkan renungan, bukan sekadar rasa takut sementara.