POSKOTA.CO.ID - Tahun 2025 menjadi momentum penting bagi tenaga kerja Indonesia. Pemerintah melalui Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) mengumumkan bahwa terdapat 639 ribu lowongan kerja luar negeri di tiga negara tujuan utama Jepang, Korea, dan Jerman. Angka ini bukan sekadar statistik, melainkan sebuah peluang yang bisa mengubah wajah perekonomian keluarga Indonesia.
Menteri P2MI, Abdul Kadir Karding, menegaskan bahwa negara-negara tujuan bahkan secara khusus meminta pekerja asal Indonesia. Kepercayaan ini menunjukkan reputasi positif pekerja migran Indonesia yang dikenal ulet, ramah, dan cepat beradaptasi.
“Negara-negara tersebut bahkan meminta agar pekerja yang dikirim berasal dari Indonesia,” ujar Abdul dalam konferensi pers di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung, 28 Agustus 2025.
Baca Juga: Turun dan Bantu Demo, Lisa Mariana Tuai Pujian Netizen: Gua Tiban Apa Nih Gedung?
Migrant Center UPI: Ekosistem Baru untuk Calon Pekerja Migran
Kesempatan besar ini tentu memerlukan persiapan serius. Menjawab tantangan tersebut, P2MI menggandeng UPI membentuk Migrant Center di Gedung CEO UPI. Pusat layanan ini menjadi ekosistem vokasi terpadu yang menyediakan:
- Pelatihan bahasa asing (Jepang, Korea, Jerman).
- Penguatan keterampilan teknis sesuai sektor kerja.
- Pemahaman budaya dan etika kerja.
- Literasi keuangan untuk manajemen pendapatan.
Langkah ini penting karena tingkat kelulusan calon pekerja Indonesia di lembaga pelatihan kerja (LPK) masih rendah, hanya 20–30 persen. Migrant Center hadir sebagai solusi agar para calon pekerja migran memiliki standar kompetensi global sebelum berangkat.
Pendidikan Tinggi dan Kelas Migran
Rektor UPI, Prof. Didi Sukyadi, menyambut baik kolaborasi tersebut. Dengan lebih dari 45 ribu mahasiswa aktif, UPI siap memanfaatkan keunggulan akademik dan sumber daya bahasa asing untuk menyiapkan calon pekerja migran.
Tak berhenti di sana, Abdul Kadir Karding bahkan mengusulkan pembentukan kelas migran atau jurusan khusus migran di perguruan tinggi. Konsep ini memungkinkan mahasiswa sejak dini mendapat bekal bahasa, budaya, hingga wawasan kerja global.
Hal ini sejalan dengan tren globalisasi tenaga kerja, di mana keterampilan lintas budaya dan literasi digital menjadi modal utama. Jika program ini terealisasi, UPI bisa menjadi universitas pertama di Indonesia dengan jurusan migran resmi.
Target Negara dan Sektor Kerja
Tiga negara utama yang membuka peluang besar adalah:
- Jepang → Fokus di sektor perawatan lansia (kaigo), manufaktur, dan pertanian modern.
- Korea Selatan → Membutuhkan pekerja di sektor industri, perhotelan, serta perikanan.
- Jerman → Membuka kesempatan luas di bidang perawatan kesehatan, logistik, dan teknologi.
Total 639 ribu posisi terbuka pada 2025, dengan prioritas utama bagi tenaga kerja asal Indonesia. Sektor-sektor tersebut bukan hanya membutuhkan tenaga kerja fisik, tetapi juga keterampilan komunikasi dan adaptasi budaya.
Tantangan: Rendahnya Kelulusan dan Kesiapan
Meski peluangnya besar, tantangan tetap nyata. Rendahnya tingkat kelulusan LPK menandakan masih ada kesenjangan keterampilan dan disiplin belajar. Selain itu, banyak calon pekerja yang terkendala pada:
- Penguasaan bahasa asing.
- Pemahaman regulasi kerja luar negeri.
- Kesiapan mental menghadapi budaya berbeda.
- Literasi keuangan untuk mengelola gaji di luar negeri.
Migrant Center diharapkan dapat menutup celah ini. Melalui pelatihan intensif, mentoring, dan sertifikasi kompetensi, calon pekerja bisa dipastikan lebih siap menghadapi dunia kerja global.
Bagi sebagian orang, 639 ribu lowongan itu mungkin hanya angka. Namun bagi ribuan keluarga Indonesia, ini adalah jalan keluar dari lingkaran kemiskinan.
Seorang mahasiswa lulusan UPI, misalnya, yang mengikuti program Migrant Center bisa langsung melamar pekerjaan di Jepang. Dengan gaji setara Rp25–30 juta per bulan, ia bisa membiayai pendidikan adiknya, memperbaiki rumah orang tuanya, atau bahkan membuka usaha setelah kembali ke tanah air.
Kisah seperti ini menunjukkan bahwa kerja luar negeri bukan sekadar mencari penghasilan, tetapi juga membawa perubahan sosial-ekonomi yang nyata.
Perlindungan Hak dan Regulasi
Abdul Kadir Karding menegaskan bahwa persiapan yang matang bukan hanya meningkatkan peluang diterima, tetapi juga menjamin perlindungan hak-hak pekerja migran.
Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan negara tujuan untuk memastikan kontrak kerja sesuai regulasi internasional. Informasi lengkap bisa diakses melalui BP2MI dan situs resmi Kementerian Ketenagakerjaan RI.
Hal ini penting agar calon pekerja tidak terjebak pada praktik ilegal atau penipuan yang sering menimpa pekerja migran.
Baca Juga: Geger Rekaman Video Kapolri Perintahkan Tembak Massa yang Masuk Markas, Publik Heboh
Harapan dan Langkah ke Depan
Ke depan, kolaborasi pemerintah, universitas, dan lembaga terkait diharapkan menghasilkan tenaga kerja migran profesional yang siap bersaing di pasar global. Jika Migrant Center UPI berhasil, model ini bisa direplikasi di universitas lain di Indonesia.
Dengan dukungan teknologi, sistem pelatihan daring, serta penguatan regulasi, Indonesia berpeluang menjadi salah satu penyumbang tenaga kerja profesional terbesar di dunia.
“Dengan dukungan pemerintah, universitas, dan lembaga terkait, peluang kerja luar negeri 2025 bagi pekerja Indonesia bisa dimaksimalkan secara optimal,” tutup Abdul.
Peluang kerja luar negeri 2025 bukan sekadar kabar baik, tetapi juga tantangan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Dengan 639 ribu lowongan terbuka, jalan menuju kesejahteraan lebih luas terbentang.
Namun, kesiapan mental, keterampilan bahasa, dan literasi budaya tetap menjadi kunci. Migrant Center UPI menjadi bukti bahwa Indonesia serius menyiapkan warganya agar tidak hanya bekerja di luar negeri, tetapi juga berprestasi, dihargai, dan membawa pulang nilai-nilai positif.
Pada akhirnya, pekerja migran Indonesia bukan hanya pencari nafkah, tetapi juga duta bangsa yang mengharumkan nama Indonesia di mata dunia