POSKOTA.CO.ID - Belakangan ini media sosial sempat viral dengan film Merah Putih: One For All yang dianggap tidak memenuhi kualitas tayangan.
Bukan karena alur ceritanya, namun animasi yang ditampilkan dalam film tersebut terbilang rendah dibandingkan film animasi lain yang beredar.
Banyak warganet pun memberikan kritik kepada produksi film ini, bahkan dari awal Juli 2025 tagar Merah Putih One For All trending di berbagai platform.
Mulai hari ini, salah satu penyedia layanan pemutaran film bioskop, Cinepolis diketahui membatalkan penayangannya.
Baca Juga: One Piece Chapter 1157: Era Rocks, Misteri Shakky, dan Jalan Menuju Insiden God Valley
Hal tersebut diumumkan langsung melalui akun media sosial resmi Cinepolis, oleh karena itu penonton dipastikan tidak bisa menyaksikannya.
"Film Merah Putih: One For All, yang sebelumnya dijadwalkan tayang untuk menyambut momen kemerdekaan, resmi tidak jadi ditayangkan di seluruh jaringan Cinepolis Indonesia. Terima kasih atas pengertiannya," tulis dalam unggahan akun Instagram resmi.
Film Merah Putih: One For All
Film ini dirilis menjelang peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia dan diharapkan menjadi tontonan keluarga yang menggabungkan hiburan dan pesan moral kebangsaan.
Diproduksi oleh Perfiki Kreasindo, film ini berada di bawah arahan sutradara Endiarto bersama Bintang, dengan produser Toto Soegriwo.
Baca Juga: Biodata Risma Ardhi Chandra, Nama yang Disebut-sebut Akan Menggantikan Sudewo di Pati
Menurut unggahan resmi di Instagram produser, cerita mengangkat keberagaman budaya Nusantara melalui delapan karakter anak dari suku Betawi, Papua, Medan, Tegal, Jawa Tengah, Makassar, Manado, hingga Tionghoa.
Mereka bersatu menjalankan misi heroik menyelamatkan bendera pusaka yang hilang hanya tiga hari sebelum upacara kemerdekaan.
Produksi Cepat dan Anggaran Fantastis
Proses produksi film berdurasi 70 menit ini dimulai pada Juni 2025. Produser eksekutif Sonny Pudjisasono mengungkapkan bahwa total biaya produksi mencapai Rp6,7 miliar.
Angka tersebut menjadi salah satu anggaran terbesar untuk proyek animasi nasional bertema nasionalisme.
Baca Juga: Kronologi Lengkap Kekasih Marshanda Tewas Terjatuh dari Lantai 26 Apartemen di California
Pihak produksi berharap film ini dapat membangkitkan semangat persatuan, persahabatan, dan kecintaan terhadap tanah air, terutama di kalangan generasi muda.
Namun nilai investasi tersebut justru memicu perdebatan publik, terutama terkait hasil akhir visual dan kualitas animasi.
Kritik dari Warganet
Sejak trailer resmi dirilis, akun media sosial produser dibanjiri komentar kritis. Sebagian warganet mempertanyakan kesesuaian kualitas animasi dengan dana yang telah digelontorkan.
Perbandingan pun muncul dengan film animasi lokal terdahulu seperti Jumbo atau Meraih Mimpi yang dinilai lebih matang secara visual.
Salah satu sorotan adalah adegan gudang senjata yang dinilai kurang tepat untuk film anak-anak bertema nasionalisme.
Kritik lain menyinggung kurangnya riset visual yang memadai, bahkan ada yang menyebut film ini "layak tayang di era 1940-an" atau menjadi "aib negara" di bidang animasi. Isu yang diangkat tidak hanya teknis, tetapi juga efektivitas pemanfaatan dana publik.