POSKOTA.CO.ID - Film animasi Merah Putih: One For All tiba-tiba menjadi sorotan di media sosial.
Namun, bukan karena kualitasnya yang memukau, melainkan karena kontroversi dugaan penggunaan aset 3D berbayar yang dianggap tidak orisinal.
Isu ini mencuat setelah seorang desainer grafis membeberkan temuannya, menunjukkan kemiripan mencolok antara karakter dalam film dengan model 3D yang dijual di platform seperti Daz3D.
Empat model yang diidentifikasi Jayden (karya Junaid Miran), Tommy (Chihuahua Studios), serta Ned dan Francis (Reallusion) dibanderol sekitar $43,50 (Rp700 ribu).
Baca Juga: Lirik Lagu Sway dari Michael Buble yang Viral di TikTok
Tak hanya karakter, latar belakang adegan juga diduga dibeli dari toko aset digital, seperti terungkap oleh YouTuber Yono Jambul.
Ia menyoroti adegan jalanan yang menggunakan aset "Street of Mumbai", sehingga terasa janggal untuk film bertema kebangsaan.
Publik pun geram mengingat biaya produksi film ini mencapai Rp6,7 miliar, namun hasilnya dinilai tidak memenuhi ekspektasi.
Kualitas animasi dianggap ketinggalan zaman, dan proses pengerjaan yang hanya satu bulan semakin memicu skeptisisme.
Baca Juga: Viral di Media Sosial, Apa Itu Performative Male dan Ini 5 Tandanya
Produser Toto Soegriwo menanggapi kritik dengan santai, bahkan menyebut viralnya isu ini menguntungkan. Sementara sutradara M. Ainun Ridho meminta pertimbangan bahwa studio mereka masih baru.
Namun, warganet tetap kecewa dan menjuluki film ini "Movie of the Year" secara sarkastik.
Kontroversi ini memicu pertanyaan tentang transparansi produksi film animasi di Indonesia, terutama ketika dana besar dikeluarkan namun hasilnya dinilai tidak maksimal.