POSKOTA.CO.ID - Nama Timothy Ronald kembali mencuat di jagat maya, kali ini bukan karena prestasi, melainkan lantaran dugaan keterlibatannya dalam praktik penipuan yang berkedok edukasi kripto.
Figur yang pernah viral berkat gaya hidup glamor dan pernyataan sensasional ini dituduh menjerat ribuan orang dalam sistem yang terkesan manipulatif melalui program pelatihan berbayar.
Modus yang Disorot Menjual Janji, Bukan Ilmu
Program bertajuk Akademi Crypto yang dipromosikan Timothy menawarkan kelas berbayar senilai hingga Rp17 juta per tahun.
Dalam pemasarannya, Timothy mengklaim bahwa peserta akan mendapatkan "rahasia sukses" menuju kebebasan finansial lewat investasi aset digital.
Baca Juga: Timothy Ronald Sebut Ngegym Aktivitas Bodoh, Dedi Mulyadi: Bisa Saya Bawa ke Barak Militer
Ia memperkenalkan dirinya sebagai "anak muda triliuner" dan menggunakan kisah keberhasilannya sebagai alat utama untuk menarik minat calon peserta.
Namun, sejumlah testimoni dari mantan peserta serta pandangan pengamat menilai materi kelas tersebut dangkal, sebagian besar bisa diakses secara gratis di internet, dan hanya berisi motivasi serta narasi personal Timothy.
“Cuma jual mimpi dan omong kosong. Nggak ada bimbingan nyata,” ungkap seorang peserta di platform X.
Indikasi Penipuan: Manipulasi Citra Demi Uang
Kecurigaan terhadap skema ini semakin kuat setelah sebuah podcast mengulas strategi bisnis Timothy. Gaya hidup mewahnya mobil mahal, rumah elit, dan saldo kripto miliaran dianggap sebagai bagian dari taktik pemasaran manipulatif untuk menciptakan citra palsu sebagai sosok sukses.
“Orang kaya sejati nggak jual harapan,” ucap narator dalam podcast tersebut. “Yang dia tawarkan cuma ilusi supaya kamu percaya dia pantas jadi mentor.”
Polanya menyerupai skema ponzi modern, di mana peserta dijanjikan keuntungan besar, namun isi yang diberikan tak sebanding dengan biaya dan ekspektasi.
Mengikuti Jejak Influencer Kripto Bermasalah
Model bisnis Timothy disebut-sebut serupa dengan yang dilakukan oleh Indra Kenz dan Doni Salmanan, dua nama yang kini dipenjara akibat kasus penipuan terkait investasi dan kripto.
Mereka pun memanfaatkan ketidaktahuan masyarakat soal aset digital untuk menjual ilusi "kaya instan", lengkap dengan gaya hidup palsu demi membangun kepercayaan.
“Polanya masih sama, hanya tampilannya yang beda,” kata pengamat investasi digital, Ahmad Suryana. “Kalau tidak segera ditindak, akan lebih banyak korban jatuh.”
Baca Juga: Kontroversi Timothy Ronald Soal Gym, Benarkah Penghasilan YouTube-nya Tembus Miliaran Rupiah?
Sikap Timothy: Diam Tapi Tetap Beraksi
Hingga saat ini, Timothy belum memberikan klarifikasi resmi atas tudingan tersebut. Ia justru tetap aktif di media sosial, mengunggah konten motivasi, promosi kelas baru, serta pamer harta.
Reaksi publik pun keras. Tagar seperti #TimothyScam, #CryptoTipuTipu, dan #EdukasiAtauIlusi ramai menghiasi lini masa. Beberapa komunitas kripto bahkan menyebutnya sebagai "penjual harapan palsu yang harus dihentikan."
Kurangnya Regulasi, Suburnya Penipuan Digital
Kasus ini mencerminkan lemahnya perlindungan konsumen terhadap praktik manipulatif di dunia digital, khususnya dalam bidang kripto dan edukasi non-formal yang belum diatur secara ketat.
Publik mendesak OJK dan Satgas Waspada Investasi segera mengambil tindakan sebelum lebih banyak korban tertipu.
“Saat influencer menjual mimpi palsu tanpa tanggung jawab, itu bukan edukasi itu penipuan,” tegas Yosep Hutagalung, pengacara perlindungan konsumen digital.
Fenomena menjual motivasi dan mimpi dalam kemasan edukasi kini menjadi tren baru penipuan modern.
Dan Timothy Ronald bisa jadi hanyalah salah satu dari banyak pelaku yang memanfaatkan ketimpangan informasi demi keuntungan pribadi.