POSKOTA.CO.ID - Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) 2025 kembali menegaskan komitmennya dalam membentuk pendidik yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga berkarakter Pancasila.
Salah satu instrumen kunci dalam mencapai tujuan ini adalah Post Test Filsafat Pendidikan Pancasila dan Nilai-nilainya (FPPN), yang dirancang untuk mengukur kesiapan calon guru dalam menghadapi tantangan pendidikan berbasis nilai.
Tes ini terbagi dalam tiga sesi (FPPN 1, 2, dan 3) dengan fokus pada penguatan kompetensi pedagogis dan pengamalan nilai-nilai luhur, dengan fokus pada:
- Hakikat manusia dan peran guru sebagai pendidik yang berintegritas.
- Implementasi nilai Pancasila dalam lingkungan sekolah.
- Strategi menghadapi dilema etika seperti kasus gratifikasi, inklusivitas, dan keadilan penilaian.
Baca Juga: Pendaftaran PPG Guru Tertentu Batch 3 Dibuka September 2025, Simak Syarat dan Jadwal Lengkapnya
Mulai dari penyelesaian konflik di kelas, penanaman kejujuran, hingga penyikapan dilema etika dalam pembelajaran, Post Test FPPN menjadi tolok ukur penting dalam mencetak guru profesional yang adaptif dan berintegritas.
Dalam pelaksanaannya, peserta PPG tidak hanya dituntut untuk menyelesaikan soal-soal teoritis, tetapi juga memberikan solusi praktis terhadap kasus-kasus nyata di lapangan.
Berikut analisis mendalam dari beberapa kasus ujian beserta solusi yang ditawarkan oleh para ahli pendidikan.
Studi Kasus dan Solusi
- Siswa Kesulitan Adaptasi: Perlunya Pendekatan Personal
Kasus: Rivael, siswa pindahan dari luar negeri, mengalami stres akademik karena perbedaan kurikulum. Ia menarik diri dan enggan mengerjakan tugas.
Solusi: Guru disarankan melakukan diskusi empatik untuk memahami akar masalah dan merancang rencana belajar individual.
- Kecurangan Akademik: Tegas tapi Tidak Menghakimi
Kasus: Bu Ani menemukan siswa menyontek berulang kali meski telah diperingatkan.
Solusi: Selain memberi sanksi edukatif (seperti pengurangan nilai), guru perlu mengadakan program bimbingan kejujuran berbasis refleksi.
Data Pendukung: Survei Kemdikbud 2024 menunjukkan 34 persen kasus ketidakjujuran siswa terjadi karena tekanan pencapaian nilai, bukan malas belajar.
- Konflik Nilai Pancasila dengan Lingkungan Sosial
Kasus: Siswa SD menganggap membuang sampah sembarangan adalah hal wajar karena meniru orang tua.
Solusi: Guru harus menggunakan metode role-play atau proyek lapangan (misal: membersihkan lingkungan sekolah) untuk internalisasi nilai.
- Dilema Guru: Antara Empati dan Keadilan
Kasus: Pak Wahyu bimbang memberi kelonggaran tugas untuk Ayu yang terlambat karena alasan keluarga, sementara siswa lain ditolak.
Solusi: Konsistensi aturan penting, tetapi guru bisa membuka ruang dialog kelas untuk mengevaluasi kebijakan deadline secara partisipatif.
Tantangan: AI, ADHD, dan Budaya Hadiah
Post Test FPPN 2025 juga menyoroti isu kekinian:
- Penyalahgunaan AI dalam ujian: Guru perlu mengajarkan etika teknologi melalui workshop.
- Siswa dengan ADHD: Dibutuhkan modifikasi aktivitas fisik dalam pembelajaran tanpa mengganggu konsentrasi kelas.
Budaya hadiah untuk guru: Kemdikbud mengingatkan bahwa gratifikasi sekecil apa pun dapat melanggar Peraturan Pemerintah No. 19/2025 tentang Kode Etik Guru.
Baca Juga: Tips Membuat Jurnal Pembelajaran Mendalam dan Asesmen PPG 2025
Guru sebagai Agen Perubahan
Post Test FPPN bukan sekadar ujian, tetapi cermin tantangan nyata di lapangan. Kunci jawaban yang disediakan harus dipahami sebagai panduan berpikir kritis, bukan solusi instan.
Bagi peserta PPG, materi ini dapat diakses lebih lengkap melalui Ruang GTK, dengan tetap mengedepankan orisinalitas jawaban.