Suka Duka Pedagang Bendera di Bekasi, Didi Tinggalkan Cirebon dengan Membawa Harapan

Senin 04 Agu 2025, 21:32 WIB
Didi Supriadi, 30 tahun, warga Cirebon, Jawa Barat, yang mengadu nasib setiap tahunnya ke Kota Bekasi menjelang hari kemerdekaan Republik Indonesia. (Sumber: POSKOTA | Foto: Nurpini Aulia Rapika)

Didi Supriadi, 30 tahun, warga Cirebon, Jawa Barat, yang mengadu nasib setiap tahunnya ke Kota Bekasi menjelang hari kemerdekaan Republik Indonesia. (Sumber: POSKOTA | Foto: Nurpini Aulia Rapika)

Ia menyebut, dahulu dirinya bisa memperoleh omzet hingga puluhan juta rupiah selama dua minggu menjelang 17 Agustus. Namun kini, pendapatannya hanya separuh dari angka tersebut.

“Tahun 2022 itu omzet paling besar saya. Waktu itu, orang-orang masih banyak yang beli langsung. Tapi sekarang, dapat 50 persennya aja udah syukur. Ibarat kerja pabrik sebulan, gitu,” ucapnya lirih.

Didi menjual berbagai jenis perlengkapan, mulai dari bendera merah putih dengan ukuran beragam, umbul-umbul, hingga tiang bambu. Untuk bendera ukuran 90 cm hingga 120 cm, ia mematok harga mulai dari Rp30.000. Sedangkan ukuran terbesar, yakni 180 cm, bisa mencapai Rp100.000.

Baca Juga: Pedagang Bendera di Bekasi Bingung Banyak yang Mencari Bendera One Piece

“Yang paling banyak dibeli itu bendera ukuran nomor 2, sekitar 120 cm. Ada juga RT-RT yang beli umbul-umbul dalam jumlah banyak. Bambu juga saya jual. Itu mah laku terus, soalnya di online jarang ada,” tuturnya sambil tersenyum kecil.

Didi mengaku, meski tantangan utama saat ini berasal dari dominasi pasar online, ia masih kerap menemui pembeli-pembeli unik. Ada yang menawar harga sangat rendah, ada juga yang langsung membeli tanpa banyak tanya.

“Kadang ada juga yang rewel banget nawarnya. Tapi ya sudah biasa, saya juga ngerti kondisi orang beda-beda. Tapi kalau pembeli yang baik, satu kali nawar udah jadi,” katanya sambil tertawa kecil.

Setiap harinya, Didi berjualan dari pukul 6 pagi hingga menjelang maghrib. Ia hanya berhenti sebentar untuk istirahat makan dan salat. Baginya, setiap menit di lapak adalah kesempatan untuk mendapatkan rezeki.

“Minimal sampai maghrib lah. Soalnya makin malam makin sepi. Sekarang sih yang masih lumayan laku ya tiang bambu. Kalau bendera, banyak saingan sama yang online,” ujarnya.

Meski harus bersaing ketat dan mengalami penurunan omzet, Didi belum berpikir untuk menyerah. Ia tetap akan datang setiap tahun ke Bekasi, selama masih ada yang membutuhkan jasanya. (CR-3)


Berita Terkait


News Update