Kalimasada, sosok viral yang dulunya dikenal dari kabar kontroversial masa kecil, kini dikenal sebagai mitra Timothy Ronald di bidang edukasi kripto. (Sumber: TikTok/@kalimasada_official)

HIBURAN

Viral Balita 3 Tahun Diduga Merokok di Blitar, Ini Fakta di Balik Video Kalimasada

Jumat 01 Agu 2025, 07:08 WIB

POSKOTA.CO.ID -Nama Kalimasada kembali menggema di ruang digital setelah disebut secara eksplisit oleh investor muda dan konten kreator edukasi keuangan, Timothy Ronald, dalam sesi live streaming bersama Bigmo.

Bukan hanya sekadar sapaan atau trivia, Timothy membeberkan sebuah fakta mengejutkan yang membuat warganet tercekat Kalimasada dikabarkan sudah merokok sejak usia tiga tahun.

Pernyataan ini sontak menghebohkan publik, dan jejak digital Kalimasada pun kembali menjadi bahan perbincangan hangat, baik di TikTok maupun X (dulu Twitter).

Baca Juga: 4 Pencuri Motor Showroom di Serang Diringkus

Bukan Sekadar Kompilasi: Jejak Digital yang Sulit Terlacak

Timothy Ronald tidak hanya sekadar menyebut Kalimasada sebagai partner bisnisnya dalam Akademi Kripto, tapi juga mengungkap sisi masa kecil pria tersebut yang kontroversial. “Kalimasada tuh umur 3 tahun udah ngerokok. Asli, bukan rokok bohongan,” ucap Timothy yang kemudian disambut keterkejutan Bigmo.

Banyak warganet yang mengaku pernah mendengar kabar tersebut, bahkan sebelum Kalimasada dikenal sebagai pendiri Akademi Kripto. Beberapa menyebut bahwa berita ini sempat dimuat di Radar Blitar dalam bentuk cetak, bukan digital.

Namun sayangnya, banyak netizen gagal menemukan kembali sumber berita itu secara daring. Hal ini menjadi bukti bahwa banyak bagian dari jejak digital masyarakat Indonesia yang belum terdokumentasi secara online, terutama berita-berita lokal sebelum era digitalisasi masif.

Kalimasada dan Warisan Viralitas: Apakah Ia Bayi Perokok Termuda di Indonesia?

Muncul pertanyaan penting: apakah Kalimasada benar-benar menjadi bayi perokok termuda di Indonesia?

Hingga artikel ini ditulis, belum ada verifikasi atau data resmi dari otoritas seperti Komnas Perlindungan Anak atau KPAI. Namun, banyak media pada era 2000-an memang sempat memuat kasus serupa, seperti kasus bocah dari Sumatera Selatan yang juga sempat viral karena merokok sejak usia dini.

Kasus Kalimasada, jika memang benar terjadi, menjadi satu dari sekian narasi anak-anak Indonesia yang terjebak dalam konsumsi publik yang problematik, sebelum mereka bisa memahami privasi atau menyetujui eksposur.

Apa yang terjadi pada Kalimasada bukan sekadar potongan kisah masa lalu yang kembali muncul karena disebut oleh figur publik. Ini adalah contoh konkret bagaimana jejak digital baik yang nyata maupun berbasis ingatan kolektif—bisa kembali mencuat dan membentuk persepsi baru terhadap seseorang.

Kita patut bertanya: apakah etis menjadikan masa kecil seseorang sebagai bahan candaan atau perbincangan publik, bahkan setelah mereka berubah dan membangun reputasi baru?

Kalimasada hari ini bukan lagi "anak kecil perokok" seperti dalam narasi viral itu. Ia adalah seorang edukator di bidang keuangan digital, pendiri platform edukasi kripto, dan figur yang dihormati oleh komunitas muda yang ingin belajar investasi dan teknologi blockchain.

Menyingkap masa lalunya tentu sah dalam konteks jurnalistik dan penelusuran jejak digital. Tapi apakah kita juga memberi ruang yang cukup untuk mengenalnya secara utuh sebagai pribadi dewasa yang telah berkembang?

Kalimasada Hari Ini: Dari Viral ke Visioner

Kalimasada kini dikenal sebagai "Bro Kaka", co-founder dari Akademi Kripto bersama Timothy Ronald. Ia aktif membagikan wawasan seputar aset digital, blockchain, dan cara berpikir kritis soal keuangan masa depan.

Bersama Timothy, Kalimasada membentuk komunitas edukatif yang menjangkau ribuan anak muda Indonesia. Ia tak hanya dikenal karena kredibilitas intelektualnya, tetapi juga gaya penyampaian yang sederhana dan relatable.

Ia juga dikenal sebagai pribadi yang rendah hati dan terbuka. Banyak peserta kelas atau pengikut TikTok-nya menyebut bahwa Kalimasada mampu menjelaskan konsep kripto dengan bahasa manusia, bukan jargon teknis.

Kekosongan Digital dan Pentingnya Arsip Media Lokal

Polemik hilangnya berita soal masa kecil Kalimasada turut menyoroti pentingnya digitalisasi arsip media lokal. Jika benar berita itu pernah dimuat di Radar Blitar, maka ini menjadi pelajaran penting tentang bagaimana kita sebagai bangsa menyimpan ingatan kolektif kita.

Tanpa arsip digital, sejarah kecil dan besar mudah terlupakan, atau bahkan direkayasa. Netizen yang gagal menemukan artikel tersebut bukan karena malas mencari, tapi karena memang tidak semua media lokal memiliki sistem pencatatan daring yang kuat.

Ini menjadi pengingat bagi industri media untuk mulai berinvestasi dalam pengarsipan digital dan metadata berita, agar generasi mendatang tetap bisa mengakses informasi sejarah secara utuh.

Baca Juga: Hidup adalah Peperangan, Ini 5 Poin Penting dari Timothy Ronald

Siapa Kalimasada Sesungguhnya?

Apakah Kalimasada adalah bayi perokok yang viral? Atau pria dewasa dengan dedikasi tinggi untuk mendidik masyarakat soal kripto?

Jawabannya: keduanya mungkin benar. Tapi yang lebih penting adalah bagaimana kita memperlakukan narasi hidup seseorang.

Kita bisa saja tergelitik oleh kisah masa kecil yang sensasional, tapi kita juga punya tanggung jawab untuk memberi ruang pada seseorang agar tumbuh, berubah, dan didefinisikan ulang bukan dari masa lalunya, tetapi dari pilihan-pilihan hidupnya hari ini.

Tags:
Akademi KriptoJejak digital KalimasadaTimothy Ronald Bayi merokokKalimasada

Yusuf Sidiq Khoiruman

Reporter

Yusuf Sidiq Khoiruman

Editor