POSKOTA.CO.ID – Investor Timothy Ronald menyampaikan pandangannya tentang karakteristik bisnis yang unggul, dengan menekankan bahwa kekuatan dalam menetapkan harga (pricing power) merupakan faktor penentu utama dalam menciptakan bisnis yang berkelanjutan dan menguntungkan.
“Bisnis itu adalah matematika sederhana, yaitu pricing dikali volume, harga dikali volume. Bisnis yang terbaik itu adalah bisnis yang harganya tinggi, ya, volumenya tinggi juga,” ujar Timothy, dikutip dari kanal YouTube miliknya.
Sebagai contoh, Timothy menyebut perhitungan sederhana dalam bisnis media: “Kayak tadi kan kita ngitung Bloomberg gampang, Rp300 juta per tahun dikali Rp325.000.”
Namun, menurutnya, aspek paling krusial dalam membangun bisnis jangka panjang adalah kemampuan untuk menetapkan harga yang tinggi tanpa mengorbankan permintaan.
Baca Juga: Biodata Lengkap Timothy Ronald yang Sebut Ngegym Aktivitas Bodoh, Dulu Jualan Sedotan
“Bisnis yang punya pricing power terkuat itu justru akan selalu menang, ya, karena pricing itu adalah segalanya menurut gua,” jelasnya.
“Gua lebih pilih ya bisnis yang pricing-nya lebih tinggi dan volume lebih rendah dibanding cuma yang volumenya tinggi, pricing-nya rendah. Ketika lu naikin sedikit, orang sudah enggak mau beli lagi produknya.”
Sebagai ilustrasi, Timothy mencontohkan merek-merek mewah global.
“LV itu tasnya kalau lu mau naikin Rp1 juta, orang juga enggak segitu pedulinya, ya. Dia bisa punya yang namanya pricing power,” ucapnya.
Baca Juga: Cara Belajar Sukses 10 Kali Lebih Cepat Versi Timothy Ronald, Dijamin Mindset Berubah!
Hal serupa juga berlaku untuk jam tangan mewah seperti Patek Philippe.
“Dia tidak perlu jual volume yang besar sekali karena dia jual di price point yang sangat tinggi. Dia jual jam itu harganya miliaran. Dia tidak perlu jualan ke segitu banyak orang,” ungkapnya.
Dalam menyampaikan pandangan tersebut, Timothy juga mengutip nasihat dari mentor bisnisnya.
“Lebih baik lu selalu bikin hotel bintang lima dibanding hotel bintang tiga karena itu ribetnya sama. Dia bilang ya, jadi jangan mau bikin hotel bintang tiga karena itu orangnya ribet juga gitu, sama kayak hotel bintang lima ribet juga. Tapi mendingan ribet yang kita dibayar banyak duit sama orang yang lebih sedikit.”