BANDUNG, POSKOTA.CO.ID – Pemprov Jawa Barat menilai sektor peternakan domba dan kambing memiliki potensi ekonomi besar yang belum tergarap secara maksimal.
Hal ini disampaikan dalam acara pengukuhan pengurus baru Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia (HPDKI) Jawa Barat periode 2025–2030.
Kepala Biro Perekonomian Setda Provinsi Jawa Barat, Budi Kurnia, menegaskan bahwa kebutuhan ternak di Jawa Barat sangat tinggi, namun belum diimbangi dengan peningkatan kualitas dan produktivitas peternak lokal.
"Populasi domba-kambing kita di bawah 10 juta ekor. Padahal, Jabar punya 53 juta penduduk. Market besar! Kalau peternak tahu cara meningkatkan kualitas, nilai ekonominya bisa tinggi," ujar Budi di Bandung, Kamis, 31 Juli 2025.
Baca Juga: DPRD Kota Bandung Ajak Stakeholder Kerjasama Capaian Target RPJMD
Menurutnya, tradisi beternak domba dan kambing yang sudah mengakar sejak lama di Jawa Barat harus mulai diarahkan pada pola usaha berbasis ekonomi.
Peternak lokal didorong untuk meningkatkan kapasitas produksi, efisiensi usaha, dan nilai tambah produk ternak.
Ia juga menyoroti bahwa kebutuhan hewan ternak di Jawa Barat tidak hanya untuk konsumsi harian, tapi juga untuk kebutuhan berbasis syariat seperti akikah dan kurban.
"Akikah anak laki-laki dua kambing. Semua orang tua lakukan itu, artinya pasar besar dan stabil," kata Budi.
Pemerintah provinsi pun telah menjalin berbagai kerja sama dengan HPDKI, termasuk dalam hal edukasi peternak dan program Tabungan Kurban.
Namun, menurut Budi, penguatan distribusi dan manajemen produksi menjadi tantangan yang harus dijawab oleh pengurus baru HPDKI.
"Selamat untuk pengurus baru HPDKI. Kami tunggu gebrakannya," tuturnya.
Baca Juga: Hasil Pengumuman PMB ISBI Bandung 2025, Cek Sekarang di Sini
Sementara itu, Ketua HPDKI Jabar terpilih, Denni Mulyadi, menyampaikan bahwa sektor peternakan bukan hanya soal ekonomi, melainkan juga bagian dari identitas masyarakat Sunda.
"Tentu harapannya, tradisi beternak domba jangan sampai luntur. Dulu nuntun domba itu seharga mobil. Simbol status sosial, kebanggaan urang Sunda. Nah itu yang harus dijaga," kata Denni.
Denni menambahkan, masuknya daging impor dengan harga lebih murah menjadi tantangan besar bagi eksistensi domba lokal. Ia khawatir hal itu bisa memicu persaingan harga yang tidak sehat.
"Ini sangat bahaya. Jangan sampai domba lokal beradu harga. Jangan sampai domba sayur disembelih jadi daging murah. Kondisi ini yang harus dicegah," tegasnya.
Ia pun mendorong pemerintah agar memberikan insentif kepada peternak lokal agar tetap mampu bersaing dan meningkatkan produktivitas.
"Harus ada insentif supaya peternak tidak mati. Kita kelola bareng," ujar Denni.
Lebih jauh, ia menegaskan bahwa pengembangan peternakan harus berjalan seimbang antara aspek budaya, pertanian, dan agribisnis.
"Semua harus jalan seimbang demi ketahanan pangan. Bahkan ini bisa jadi nilai ibadah," pungkasnya.