Viral! Timothy Ronald Sebut Gym Tidak Efisien, Netizen Pertanyakan Logika dan Niatannya (Sumber: Instagram/@timothyronald)

HIBURAN

Pernyataan Kontroversial Timothy Ronald: 'Gym Itu Aktivitas Paling Bego', Ini Penjelasan Lengkapnya

Rabu 30 Jul 2025, 12:43 WIB

POSKOTA.CO.ID - Opini yang dahulu hanya menjadi percakapan terbatas kini menjelma jadi sorotan publik. Hal ini terjadi pada Timothy Ronald, content creator dan edukator finansial yang dikenal dengan gaya bicaranya yang blak-blakan dan penuh analogi ekstrem.

Dalam sebuah sesi live streaming bersama kreator Bigmo, Timothy melontarkan opini yang menyulut perdebatan: "Aktivitas gym adalah salah satu kegiatan paling goblok dan bego," katanya. Pernyataan itu pun langsung menjadi viral dan menimbulkan reaksi keras dari netizen.

Namun, sebelum menjatuhkan vonis terhadap sosok yang dikenal cerdas ini, ada baiknya kita melihat lebih jauh: Apakah ini sekadar sensasi atau cerminan pergeseran cara berpikir masyarakat?

Baca Juga: Siapa Mantan Artis Cilik yang Menikah Sesama Jenis di Luar Negeri? Netizen Penasaran dengan Sosoknya

Konteks Ucapan Timothy: Gaya Komunikasi vs Substansi

Timothy secara eksplisit mengatakan bahwa kritiknya terhadap gym bukan terkait aspek kesehatan fisik, melainkan dari sisi stimulasi mental. Menurutnya, aktivitas seperti berlari masih memberi ruang untuk berpikir dan meresapi proses, sementara nge-gym dalam konteks angkat beban yang repetitif ia nilai kosong secara mental.

Ia juga menyampaikan bahwa pendapat ini berdasarkan pengalaman temannya yang rutin nge-gym namun merasa tidak mengalami perkembangan kognitif atau mental yang signifikan.

Frasa "otaknya kosong" adalah bahasa sarkastik yang digunakan Timothy untuk menggambarkan monotoninya kegiatan tersebut menurutnya.

Namun apakah valid menilai aktivitas fisik hanya dari satu dimensi?

Reaksi Netizen

Potongan klip siaran tersebut dengan cepat menyebar di TikTok dan X (dulu Twitter), memicu komentar dari berbagai kalangan.

“Buset si Ade Rai denger ini gimana?” tulis akun Babyloverss, menyindir pandangan Timothy terhadap binaragawan Indonesia.

"Ade Rai pinter lo,” sambung akun tokosmart.simohilir, mengindikasikan bahwa banyak atlet gym yang juga memiliki kecerdasan tinggi.

“Ni orang beneran ber-IQ tinggi gak sih?” komentar akun xxgrxx, memperlihatkan ketidaksepahaman terhadap logika Timothy.

Reaksi netizen ini memperlihatkan dua hal: tingginya ekspektasi publik terhadap figur populer, serta mudahnya opini pribadi disalahartikan saat disampaikan tanpa konteks penuh.

Pernyataan Timothy sebenarnya membuka ruang diskusi menarik: Apakah semua aktivitas fisik memang harus memberi stimulasi mental? Bukankah banyak orang melakukan gym justru untuk menenangkan pikiran, bukan menstimulasi otak?

Sebagai manusia, kita kerap memproyeksikan pengalaman pribadi menjadi kebenaran umum. Mungkin bagi Timothy—yang terbiasa dengan aktivitas berpikir, menganalisis, dan berdiskusi kegiatan gym terasa stagnan. Namun bagi sebagian orang lain, repetisi dalam gym justru memberi ketenangan, disiplin, dan rasa kontrol diri.

Ini bukan soal benar atau salah, tapi soal cara kita melihat keberagaman aktivitas manusia dan menerima bahwa tidak semua orang memaknai hal yang sama dengan cara yang identik.

Budaya Cancel dan Sensitivitas Opini di Era Media Sosial

Fenomena ini memperlihatkan bagaimana publik cenderung cepat bereaksi dan membentuk opini tanpa menggali konteks utuh. Pernyataan Timothy bisa dianggap sebagai opini personal, bukan bentuk ajakan atau kampanye anti-olahraga.

Namun di media sosial, diksi yang tajam seringkali dianggap sebagai serangan langsung. Dalam budaya digital, batas antara satire, opini, dan hate speech menjadi semakin kabur. Ini menciptakan ekosistem di mana figur publik harus selalu berjalan di atas tali tipis, menjaga narasi agar tidak disalahartikan.

Gym dan Stimulasi Mental, Apakah Tidak Ada Koneksi?

Berbagai penelitian membuktikan bahwa olahraga, termasuk gym, berdampak positif terhadap kesehatan mental. Menurut Harvard Health Publishing, latihan fisik dapat meningkatkan produksi endorfin, hormon kebahagiaan yang membantu mengurangi stres dan kecemasan.

Namun memang benar, jenis olahraga yang memberikan stimulasi kognitif lebih kuat biasanya adalah olahraga kompetitif atau berbasis strategi seperti tenis, catur fisik (e.g. bouldering), atau martial arts.

Jadi, dari sisi saintifik, gym memang bukan aktivitas yang dominan secara intelektual, tapi bukan berarti tidak berguna secara mental.

Mengapa Opini Ini Viral? Peran Gaya Komunikasi dan Persona Digital

Timothy dikenal dengan gaya komunikasi yang "bold" dan tanpa filter. Bagi sebagian orang, ini menyegarkan dan jujur. Tapi bagi sebagian lainnya, ini bisa dianggap kasar atau meremehkan. Inilah risiko dari persona digital yang kuat di mana setiap kata bisa menjadi bahan bakar kontroversi.

Pernyataan seperti “orang pinter pasti nggak suka gym” tentu problematik karena bersifat generalisasi. Ini menjadi titik lemah dalam argumennya, walau ia mencoba menegaskan bahwa ini bukan soal kesehatan, tapi preferensi personal.

Baca Juga: Siapa Mantan Artis Cilik yang Menikah Sesama Jenis di Luar Negeri? Netizen Penasaran dengan Sosoknya

Refleksi Akhir: Perlukah Semua Opini Dipublikasikan?

Momen ini menjadi bahan renungan kita semua terutama di zaman ketika semua orang bisa siaran langsung, membuat konten, dan menyampaikan opini ke publik luas.

Sebagai manusia, kita berhak punya pendapat. Namun ketika pendapat itu disampaikan di ruang publik, harus ada tanggung jawab sosial yang menyertainya.

Dan sebagai audiens, kita juga perlu belajar menyikapi opini dengan bijak. Tidak semua hal harus diserang atau dibela. Beberapa cukup diamati, dipahami, lalu dicerna dengan tenang.

Opini Timothy Ronald mungkin terdengar kasar, bahkan ofensif bagi sebagian orang. Namun, jika dibedah lebih dalam, itu hanyalah potongan kecil dari keragaman cara manusia memandang dunia. Yang penting bukan pada benar atau salahnya pendapat, tapi bagaimana kita mampu menciptakan dialog yang sehat dan mengedukasi, bukan sekadar cancel culture yang merusak.

Tags:
kesehatan mentalreaksi netizenaktivitas gymopini kontroversialTimothy Ronald

Yusuf Sidiq Khoiruman

Reporter

Yusuf Sidiq Khoiruman

Editor