POSKOTA.CO.ID - Timothy Ronald, seorang pengusaha muda dan investor aset kripto asal Indonesia, memperingatkan bahwa tahun 2030 kemungkinan akan menjadi masa paling sulit dalam sejarah modern.
Dalam video terbarunya di YouTube, ia membeberkan hasil riset dan pengamatannya selama 10 tahun terakhir terkait kondisi ekonomi global serta langkah konkret yang bisa diambil untuk bertahan.
Krisis Dimulai dari Sistem Keuangan yang Rapuh
Menurut Timothy, penyebab utama krisis mendatang adalah runtuhnya sistem keuangan global yang dibangun di atas praktik riba dan akumulasi utang besar-besaran, terutama di Amerika Serikat.
Ia menyoroti fakta bahwa utang AS telah mencapai titik kritis yang tak lagi berkelanjutan.
Baca Juga: Sosok Timothy Ronald, dari Penjual Sedotan hingga Jadi Raja Kripto Muda Indonesia
Negara-negara berkembang pun dinilai berisiko tinggi mengalami hiperinflasi serta penurunan tajam nilai mata uang mereka.
Dominasi Dolar Kian Melemah
Dolar Amerika, yang dahulu didukung oleh cadangan emas, kini hanya bergantung pada kekuatan militer.
Namun, dengan kemajuan teknologi seperti drone yang lebih efisien ketimbang senjata konvensional, fondasi ini mulai goyah.
Timothy menekankan bahwa negara seperti China dan Rusia telah berhenti membeli surat utang AS, sebuah langkah awal menuju proses dedolarisasi global.
AI dan AGI Akan Mengubah Dunia Kerja
Mengutip data dari McKinsey, Timothy menyebut bahwa sekitar 40% jenis pekerjaan akan tergantikan oleh kecerdasan buatan (AI).
Bahkan, kehadiran Artificial General Intelligence (AGI) diprediksi dapat menggeser hampir seluruh peran manusia dalam dunia kerja.
"AI bukan cuma alat bantu, tapi akan jadi partner berpikir. Siapa yang tidak memanfaatkannya akan tertinggal," ujarnya.
Dua Revolusi Besar: Uang dan Kecerdasan
Timothy menyatakan bahwa dunia kini tengah memasuki dua revolusi besar secara bersamaan:
- Cryptocurrency sebagai revolusi dalam sistem keuangan
- AI sebagai revolusi dalam cara manusia berpikir dan bekerja
- Ia memperingatkan bahwa tanpa adaptasi terhadap dua perubahan besar ini, individu berisiko menjadi korban dari perubahan zaman.
Mindset Bertahan: Pikir Terbalik (Invert Thinking)
Mengadopsi filosofi Charlie Munger, Timothy menyarankan pendekatan invert thinking yaitu dengan membayangkan semua cara untuk gagal, lalu secara sadar menghindarinya.
"Kalau mau bertahan di krisis, ubah cara berpikir. Mulai dari kebalikannya," katanya.
Baca Juga: 5 Peluang Usaha ala Timothy Ronald yang Menjanjikan di 2025, Jangan Sampai Kamu Tidak Tahu!
Langkah Antisipatif Hadapi Krisis 2030
Berikut langkah konkret yang dianjurkan Timothy untuk menghadapi tantangan global mendatang:
- Hindari konsumsi berita dan informasi yang bersifat propaganda
- Kembangkan kemampuan berpikir dan keterampilan baru
- Pelajari Austrian Economics serta sejarah uang dan sistem moneter
- Tingkatkan kontrol atas pikiran dan mental pribadi
"Masalah terbesar bukan di fisik, tapi di pikiran. Propaganda bisa jadi virus yang lebih mematikan," jelasnya.
Tindakan Nyata untuk Persiapan
Untuk mempersiapkan diri secara praktis, Timothy menyarankan:
- Menyimpan kekayaan dalam bentuk emas atau Bitcoin
- Mempelajari teknologi masa depan seperti AI, Web3, blockchain, dan kriptografi
- Membangun mental yang tangguh dan tidak mudah dipengaruhi
"Jangan biarkan pikiran kita dikuasai media. Kita yang harus kendalikan," tegasnya.
Krisis sebagai Titik Awal
Timothy menegaskan bahwa krisis 2030 bukan akhir dari segalanya, melainkan awal baru bagi mereka yang siap:
"2030 itu bukan kiamat. Itu reset besar untuk yang lengah. Tapi buat yang siap, ini awal kebangkitan."