Contohnya, saat punya dana lebih, sebagian orang mungkin memilih mencicil smartphone mahal demi terlihat keren. Namun, orang kaya justru berpikir“Bagaimana kalau uang ini saya gunakan untuk membeli saham Apple, bukan iPhone-nya?”
“Orang kaya rela menunda kesenangan sesaat demi menciptakan pohon investasi yang suatu saat bisa mereka nikmati hasilnya. Barang mewah dibeli bukan untuk validasi sosial, tapi dari hasil keuntungan bukan dari modal pokok,” ucap Timothy.
Baca Juga: Tips Investasi Kripto Ala Timothy Ronald untuk Pemula, Ini Kesalahan Fatal dan Cara Menghindarinya
Punya Rencana Keuangan Jangka Panjang
Ciri khas orang kaya lainnya adalah selalu punya perencanaan finansial. Mereka tahu ke mana arah hidupnya dalam 5, 10 bahkan 50 tahun ke depan. Termasuk soal bisnis apakah akan dijual, diwariskan, atau diwaralabakan.
Mereka merancang langkah-langkah keuangan dengan rinci seperti alokasi aset, perlindungan kekayaan, hingga pendidikan anak dan pensiun.
Sebaliknya, banyak orang hidup tanpa rencana. Penghasilan habis begitu saja tanpa tahu ke mana arahnya. Tidak ada alokasi dana darurat, tidak ada perencanaan pendidikan anak, bahkan makan malam pun kadang tanpa persiapan.
Akibatnya? Stres finansial dan konflik rumah tangga pun tak terhindarkan.
Baca Juga: 7 Tips Memulai Investasi untuk Pemula, Bisa dari Modal Kecil
“Perencanaan bukan hanya soal uang, tapi tentang arah hidup. Ketika kita tahu tujuan, maka uang akan punya peran yang jelas yaitu sebagai kendaraan menuju masa depan yang kita inginkan,” tutur Timothy.
Haus Belajar, Bukan Sok Pintar
Orang kaya umumnya adalah pembelajar sepanjang hayat. Mereka rela menghabiskan waktu dan uang untuk membaca buku, mengikuti seminar, belajar dari mentor, bahkan membayar jutaan hingga miliaran untuk upgrade pengetahuan.
Bagi mereka, investasi terbaik adalah investasi pada ilmu dan pengembangan diri.
Sementara itu, orang dengan pola pikir miskin sering kali bersikap sebaliknya semisal sok tahu, skeptis terhadap pelatihan, dan malas belajar.