Ilustrasi Gen Z dan fenomena FOMO dalam investasi. (Sumber: chatgpt)

EKONOMI

Gen Z dan Investasi Saham: FOMO Mengintai, Peluang atau Bumerang?

Rabu 23 Jul 2025, 12:17 WIB

POSKOTA.CO.ID - Generasi Z atau Gen Z atau juga dikenal sebagai generasi digital lahir antara 1997-2012 dan kini menjadi sorotan utama di dunia investasi, khususnya saham. Dengan akses informasi yang nyaris tanpa batas, mereka menjelajahi pasar modal dengan kecepatan yang tak pernah ada sebelumnya.

Namun, di balik antusiasme ini, terselip sebuah fenomena yang patut diwaspadai, yakni FOMO (Fear of Missing Out).

Ini bukan sekadar rasa takut ketinggalan tren, melainkan dorongan emosional yang seringkali memicu keputusan investasi impulsif.

Bayangkan skenarionya, Anda membuka media sosial, dan tiba-tiba lini masa Anda dibanjiri kisah sukses teman atau influencer yang meraup keuntungan fantastis dari saham dalam semalam.

Baca Juga: Tak Perlu Modal Besar! Ini 6 Rahasia Investasi Sukses untuk Pemula Menurut Timothy Ronald

Tanpa disadari, dorongan untuk "ikut-ikutan" mulai muncul. Inilah inti dari FOMO di dunia saham. Banyak Gen Z yang tergoda untuk ikut membeli saham tertentu hanya karena melihat "cuan" menggiurkan, tanpa dibekali analisis mendalam.

Mereka merasa akan kehilangan "kesempatan emas" jika tidak segera bergabung, padahal investasi saham jauh lebih dari sekadar ikut-ikutan tren.

Media Sosial Jadi Pedang Bermata Dua bagi Investor Gen Z

Kehadiran media sosial seperti TikTok, Instagram, dan Twitter menjadi pendorong utama fenomena FOMO ini. Platform-platform ini kerap menjadi panggung untuk memamerkan keberhasilan finansial, baik dari saham maupun kripto (cryptocurrency), seringkali tanpa disertai edukasi yang memadai tentang risiko yang menyertainya.

Alhasil, terciptalah persepsi keliru bahwa pasar saham adalah jalan pintas menuju kekayaan instan, bukan instrumen investasi jangka panjang yang memerlukan strategi dan kesabaran.

Baca Juga: Bingung Mulai Investasi? Ini 3 Buku Favorit Timothy Ronald yang Bisa Jadi Panduan Awal

Di satu sisi, meningkatnya minat Gen Z terhadap saham adalah angin segar. Ini menunjukkan kesadaran finansial yang tumbuh sejak dini, berpotensi menggeser budaya konsumtif.

Namun, di sisi lain, jika tidak dibarengi dengan literasi keuangan yang mumpuni, FOMO bisa menjadi bumerang.

Tidak sedikit investor pemula yang terjebak membeli saham saat harganya melambung tinggi akibat tren, lalu panik dan menjualnya saat harga anjlok, berakhir dengan kerugian besar.

Baca Juga: 3 Prinsip Investasi untuk Membangun Kekayaan Menurut Timothy Ronald

Dampak Psikologis dan Ancaman Investasi Ilegal

Ilustrasi dampak FOMO dalam investasi. (Sumber: chatgpt)

Mengutip dari laman Universitas Abdul Chalim, FOMO tidak hanya menguras dompet tetapi juga memicu efek psikologis yang serius. Rasa takut ketinggalan membuat investor terus-menerus memantau pergerakan pasar, terpaku pada saran yang belum tentu kompeten, dan membuat keputusan berdasarkan emosi.

Akibatnya, tujuan investasi jangka panjang menjadi kabur, dan proses belajar investasi yang sehat pun terganggu. Stres dan kecemasan berlebihan bisa menjadi teman setia bagi mereka yang terjebak dalam pusaran FOMO.

Lebih jauh lagi, perilaku FOMO juga turut menyuburkan maraknya investasi ilegal di Indonesia. Kemudahan akses digital dimanfaatkan oleh oknum tak bertanggung jawab untuk membuat aplikasi, website, dan penawaran palsu melalui media sosial.

Banyak korban, khususnya Gen Z, yang mudah tergiur dengan iming-iming bunga tinggi tanpa memahami risiko yang ada. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, kerugian masyarakat akibat investasi ilegal sejak 2018 hingga 2022 telah mencapai angka fantastis, yakni Rp126 triliun.

Baca Juga: 3 Kunci Kaya ala Timothy Ronald: Manfaatkan Teknologi hingga Investasi Masa Depan

Literasi dan Inklusi Keuangan untuk Gen Z

Melihat dominasi investor muda di pasar modal Indonesia per Agustus 2023, investor individu berusia di bawah 30 tahun mencapai 57,04 persen dari total investor.

Pentingnya literasi dan inklusi keuangan menjadi sangat krusial. Literasi keuangan membekali individu dengan pengetahuan, keterampilan, dan kepercayaan diri untuk membuat keputusan keuangan yang cerdas.

Sementara itu, inklusi keuangan memastikan akses terhadap produk dan layanan jasa keuangan formal.

Untuk mengatasi jebakan FOMO, berbagai pihak perlu berperan aktif pemerintah, lembaga keuangan, dan pelaku pasar harus lebih gencar menyebarkan edukasi keuangan yang disesuaikan dengan karakter Gen Z seperti visual, ringkas, dan "anti-ribet".

Baca Juga: 5 Langkah Investasi Cerdas ala Timothy Ronald yang Bisa Ditiru Anak Muda Zaman Sekarang

Di sisi lain, Gen Z sendiri perlu menanamkan mindset bahwa investasi adalah proses jangka panjang, bukan ajang spekulasi cepat kaya.

Berikut adalah beberapa langkah penting sebelum terjun ke dunia investasi:

Menghadapi era informasi serba cepat ini, Gen Z perlu belajar menyaring informasi, bersikap kritis, dan mengedepankan logika dalam setiap keputusan finansial.

Menghindari FOMO bukan berarti menutup diri dari peluang, melainkan membangun fondasi yang kuat agar dapat memanfaatkan peluang dengan cara yang lebih bijak dan berkelanjutan.

Disclaimer: Artikel ini hanya berupa informasi umum terkait fenomena Fear of Missing Out (FOMO) di kalangan investor muda dan bukan ajakan untuk berinvestasi baik itu saham, cryptocurrency atau instrumen lainnya. Semua keputusan terjun dalam dunia investasi bukan tanggung jawab redaksi Poskota.

Tags:
sahamliterasi keuangankriptocryptocurrency Investor Gen ZFear of Missing OutFOMOinvestasiGen Z

Muhammad Dzikrillah Tauzirie

Reporter

Muhammad Dzikrillah Tauzirie

Editor