POSKOTA.CO.ID – Investor sekaligus pengusaha Timothy Ronald menyoroti kesenjangan pemahaman finansial antara masyarakat kelas menengah ke bawah dengan para pelaku bisnis dan investor kelas atas.
Ia menyebut bahwa sistem keuangan, pendidikan, hingga budaya kerja di Indonesia telah membentuk generasi yang menurutnya “terjebak dalam ilusi” dan jauh dari pemahaman soal cara kerja uang yang sebenarnya.
“Kebanyakan orang miskin itu menghibur dirinya dengan cara dia nyalahin orang lain. Tapi itu cuma cara mereka semua untuk menghibur dirinya,” ujar Timothy, dikutip dari kanal YouTube miliknya.
Timothy Ronald menilai bahwa nasihat umum seperti sekolah yang rajin, kerja keras, lalu menabung adalah bagian dari “script” yang ditanamkan sejak kecil namun tidak relevan untuk membangun kekayaan secara signifikan di era modern.
“Lu sekolah yang rajin, cari nilai yang bagus, lalu nabung di celengan ayam. Itu adalah script yang ditanamkan ke lu sejak kecil.”
Ia berargumen bahwa sistem pendidikan dan kerja saat ini dirancang bukan untuk menciptakan orang kaya, tetapi untuk mempertahankan status quo, di mana masyarakat terus bekerja keras tanpa pernah mencapai kebebasan finansial.
“Sistem edukasi, sistem pekerjaan itu tidak pernah didesain untuk lu jadi kaya, tapi untuk lu jadi hamster yang lari di roda.”
Dalam penjelasannya, Ronald menekankan bahwa uang bagi orang kaya bukanlah tujuan akhir, melainkan alat untuk menciptakan lebih banyak nilai dan sistem.
Baca Juga: Timothy Ronald Soroti Mentalitas Pecundang dan Dorong Anak Muda Fokus pada Perubahan Diri
“Orang miskin itu kira, ‘Oh dapat uang ini kayak hadiah.’ Orang kaya lihat uang itu sebagai alat.”
Ia juga menyebut bahwa ketimbang menyimpan uang dalam rekening atau tabungan yang tergerus inflasi, orang-orang kaya mengalirkan uang mereka ke berbagai aset seperti properti, obligasi pemerintah luar negeri, venture capital, hingga proyek-proyek yang belum diketahui publik.
Ronald tidak segan mengkritik gerakan menabung saham yang menurutnya terlalu disederhanakan dan tidak disertai dengan pemahaman mendalam tentang mekanisme pasar.
“Orang miskin itu hanya tahunya 'Yuk nabung saham!'. Orang kaya itu yang bikin emitennya, mereka yang bikin perusahaannya, mereka yang listing di bursa.”
Ia menekankan bahwa pemilik perusahaan yang mencatatkan saham di pasar modal adalah pihak yang paling banyak meraup keuntungan, bukan investor ritel.
Menurut Ronald, perbedaan paling nyata antara orang kaya dan miskin adalah pada akses dan nilai terhadap informasi. Ia menyebut banyak orang kaya rela menghabiskan ratusan juta hingga miliaran rupiah hanya untuk membeli informasi atau koneksi strategis.
“Orang kaya itu rela buang duit hanya untuk mendapatkan koneksi. Lu bilang ke gua di sini, 'Warren Buffet mau makan sama gua.' Rp30 miliar gua bayar cash sekarang buat makan siang doang ya.”
Ia juga menyebut platform seperti Real Vision dan Bloomberg Terminal sebagai contoh bagaimana informasi bernilai sangat tinggi di dunia finansial tingkat lanjut.
Ronald menyoroti bahwa banyak orang enggan belajar atau berinvestasi karena takut rugi. Padahal, menurutnya, ketakutan itu justru menjauhkan mereka dari peluang.
“Lu udah dikasih informasinya pun, dikasih untuk nyontek informasi pun lu masih skeptis.”
“Lu yang bikin kerangkengnya, lu yang masuk sendiri, lu yang gembok sendiri.”