Sampah menumpuk di Pasar Panorama Lembang pada Senin, 21 Juli 2025, yang dikeluhkan warga dan pedagang. (Sumber: POSKOTA | Foto: Gatot Poedji Utomo)

Daerah

Sampah Menumpuk di Pasar Panorama Lembang, DLH KBB Dinilai Inkonsisten

Senin 21 Jul 2025, 20:09 WIB

BANDUNG BARAT, POSKOTA.CO.ID - Tumpukan sampah kembali jadi pemandangan sehari-hari bagi warga yang melintas di belakang Pasar Panorama Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Warga dan pedagang mengeluhkan kondisi yang makin parah. Selain menimbulkan bau tak sedap yang menyengat, keberadaan gunungan sampah itu dinilai membahayakan kesehatan dan kenyamanan para pengunjung pasar.

Sebetulnya, masalah ini sudah terjadi sejak lama. Kepala Pengelola Pasar Panorama Lembang dari PT Bangun Bina Persada, Joshua Adithya, blak-blakan menyebut biang keroknya adalah tidak konsistennya pengangkutan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) KBB.

“Sampai sekarang masih ada sisa 18 ritase sampah yang belum diangkut. Idealnya cukup satu rit per hari, tapi kenyataannya tidak,” ujar Joshua kepada wartawan, Senin 21 Juli 2025.

Baca Juga: DPRD KBB Desak Kuota Ritase ke TPA Sarimukti Ditambah untuk Atasi Masalah Sampah

Joshua menambahkan, DLH sempat menjanjikan pengangkutan dua rit per hari. Tapi fakta di lapangan jauh dari harapan. Karena kecewa, pihak pengelola pasar akhirnya menahan pembayaran retribusi sejak Mei 2025.

“Kami bukan tidak mau bayar, tapi kalau sampah tidak benar-benar diangkut, ya buat apa. Yang penting sekarang itu volume sampah berkurang dulu,” ucapnya.

Disisi lain, menurut dia, yang bikin miris itu, lokasi tumpukan sampah berada sangat dekat dengan lapak pedagang bahan pangan. Akibatnya, aroma busuk makin menjadi-jadi, apalagi saat siang hari.

"Warga khawatir, bau itu bisa mengkontaminasi dagangan dan memicu penyakit," ujarnya.

Kepala Terminal Panorama Lembang, H Gorik, tak menampik kondisi tersebut. Menurutnya, lokasi itu memang awalnya jadi tempat sementara untuk menampung sampah dari pasar. Tapi belakangan malah jadi tempat buang sampah rumah tangga oleh warga RW tetangga.

“Sejak itu, volumenya makin nggak karuan. Puncaknya terjadi usai Lebaran lalu, ketika pengangkutan libur seminggu. Sejak itu, sampah nggak pernah benar-benar bersih lagi,” ujar Gorik.

Dia mengatakan, pihaknya akan segera berkoordinasi dengan DLH dan pengelola pasar untuk mencari solusi permanen. Salah satunya dengan memisahkan lokasi buang sampah pasar dan warga agar tidak bertumpuk di satu titik.

Baca Juga: Bekasi Masuk 33 Kota Prioritas PSEL, Proyek Sampah jadi Listrik Segera Dimulai

Sementara itu, terbatasnya TPA Sarimukti, seakan jadi masalah yang makin pelik. Itu lantaran keterbatasan kapasitas TPA Sarimukti yang menjadi tempat akhir seluruh sampah Bandung Raya.

Meski zona perluasan 6,2 hektare telah dibuka sejak 20 Juni 2025, kuota pembuangan tetap dibatasi maksimal 1.200 ton per hari.

Saat ini, Kota Bandung jadi penyumbang terbesar dengan 140 rit per hari. Kemudian Kabupaten Bandung 40 rit, lalu Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat masing-masing 17 rit.

"Kondisi ini ikut mempengaruhi distribusi pengangkutan sampah dari pasar-pasar lokal seperti Panorama Lembang," tuturnya.

Tags:
Bandung BaratDLH KBBsampahPasar Panorama Lembang

Gatot Poedji Utomo

Reporter

Mohamad Taufik

Editor