POSKOTA.CO.ID - YouTuber dan edukator keuangan, Timothy Ronald, memantik perhatian lewat videonya “Siapa yang sebenarnya mengontrol semua uang kita?”.
Timothy menyebut, masyarakat sering kali sibuk mempelajari cryptocurrency, investasi, bahkan instrumen pasar modal lainnya, tanpa benar-benar memahami fondasi utama dari sistem keuangan global.
Inilah awal dari eksplorasi panjang tentang dunia yang disebut sebagai "invisible hand" dalam sistem keuangan modern.
Menurut Raja Kripto Indonesia itu, sebelum membahas siapa yang mengontrol sistem keuangan, penting memahami terlebih dahulu apa itu uang.
Sebab, pada dasarnya, uang adalah representasi dari waktu dan tenaga manusia.
Baca Juga: 5 Quotes Bijak Timothy Ronald Bagi Orang Selalu Takut Gagal Meraih Kesuksesan
Apa Itu Uang?
Seperti dikutip dari kanal YouTube pribadi Timothy Ronald, secara formal, uang sering dijelaskan sebagai alat tukar dan penyimpan nilai (store of value). Namun, konsep dasar uang sejatinya lebih dalam dari itu.
Di zaman dulu, sistem barter digunakan sebelum uang muncul. Nilai sebuah barang atau jasa diukur dari waktu yang dibutuhkan untuk membuat atau menyediakan barang tersebut.
Contohnya, seseorang yang membuat tombak dari kayu membutuhkan waktu dan keterampilan, yang kemudian ditukar dengan makanan atau barang lain.
Konsep uang modern berkembang dari bentuk fisik seperti emas dan perak, hingga munculnya fiat money, uang kertas yang tidak didukung oleh aset fisik, melainkan oleh kepercayaan pada institusi penerbitnya.
Kata "fiat" sendiri berasal dari bahasa Latin yang berarti let it be done.
Artinya, pemerintah menyatakan “ini adalah uang” dan masyarakat secara kolektif menerimanya sebagai medium transaksi.
Sebagian besar masyarakat tidak sadar bahwa uang kertas yang beredar hanya sekitar 4–8 persen dari total uang di dunia. Sisanya? Berupa angka digital di sistem perbankan.
Bahkan, untuk mencetak uang fisik pun, biaya produksinya jauh lebih rendah dari nilai nominalnya.
Di mana, mencetak satu lembar uang 10 dolar hanya membutuhkan biaya sekitar 3 sen.
Artinya, pemerintah "untung" sebesar 9,97 dolar dari tiap lembar uang yang dicetak.
Keuntungan ini disebut seigniorage dan secara tidak langsung menjadi pemasukan negara dari sistem moneter itu sendiri.
Baca Juga: Viral Jefri Nichol Rematch Adu Jotos Lawan El Rumi Bakal Disiarin di TV? Catat Jadwalnya Kapan
Siapa yang Mengontrol Sistem Keuangan?
Timothy menyoroti, penciptaan uang tidak lagi berada di tangan masyarakat atau negara sepenuhnya, melainkan dikendalikan oleh entitas super kuat bernama bank sentral.
Di Amerika, bank sentral dikenal sebagai Federal Reserve (The Fed). Lembaga ini lahir dari pertemuan rahasia enam tokoh paling berpengaruh di dunia keuangan pada Desember 1910 di Jekyll Island, AS.
Pertemuan itu menghasilkan Federal Reserve Act 1913, undang-undang yang memberikan The Fed kekuasaan mencetak uang, mengatur suku bunga, dan meminjamkan uang ke pemerintah.
Lebih mengejutkan lagi, The Fed bukan bagian dari pemerintah AS. Lembaga ini independen dan tidak bisa diaudit oleh otoritas legislatif atau eksekutif.
Dengan kata lain, mereka adalah penguasa moneter yang berdiri di atas hukum negara.
Dalam pemaparannya, Timothy menyoroti, peristiwa krisis finansial global 2008, yang menurutnya merupakan akibat langsung dari manipulasi kebijakan suku bunga oleh Federal Reserve.
Ketika terjadi bubble internet pada tahun 2000, suku bunga dipotong menjadi 1 persen untuk mendorong masyarakat mengambil utang.
Hasilnya lonjakan kredit perumahan, booming properti, lalu crash besar-besaran yang menghancurkan ekonomi global.
Ironisnya, solusi dari krisis itu adalah mencetak lebih banyak uang melalui mekanisme quantitative easing, sama seperti memadamkan api dengan bensin.
Krisis keuangan 2008 menjadi titik balik penting. Banyak ekonom menyalahkan bank-bank besar seperti Lehman Brothers, tetapi akar permasalahannya justru berasal dari Federal Reserve.
Pemangkasan suku bunga secara agresif oleh The Fed membuat masyarakat tergoda untuk mengambil utang besar-besaran, menciptakan gelembung harga properti yang akhirnya meledak.
Setelah krisis, pada 2009, muncul dokumen digital bernama whitepaper Bitcoin, ditulis oleh seseorang (atau kelompok) dengan nama samaran Satoshi Nakamoto.
Tujuannya, menciptakan sistem keuangan alternatif yang bebas dari manipulasi pemerintah dan bank sentral, dengan transparansi berbasis kode dan matematika.
Masyarakat yang sadar akan sistem tersebut tidak serta-merta harus melawan.
Namun, Timoty menyarankan untuk mampu mengambil keputusan finansial yang lebih cerdas, sadar risiko, dan tidak mudah terjebak dalam ilusi kekayaan semu.
DISCLAIMER: Tulisan ini dibuat untuk kepentingan edukasi publik dan mengangkat sudut pandang kritis terhadap sistem keuangan global.
Pembaca diimbau untuk menggunakan nalar sehat dan tidak menelan informasi mentah-mentah tanpa kajian.