Suamirah, 65 tahun, wanita kelahiran Yogyakarta yang memilih mengabdi di pelosok Kabupaten Bekasi. Rambutnya yang kian memutih tak mengikis semangatnya mengabdi di dunia pendidikan. (Sumber: Poskota/Nurpini Aulia Rapika)

JAKARTA RAYA

Empat Dekade Mengajar, Suamirah Tak Pernah Lelah Menyemai Ilmu di Pelosok Bekasi

Selasa 15 Jul 2025, 06:44 WIB

TAMBELANG, POSKOTA.CO.ID – Di usia 65 tahun, Suamirah masih aktif mengabdi di dunia pendidikan.

Rambut yang mulai memutih tak menyurutkan semangatnya untuk terus menyalakan pelita ilmu, terutama bagi anak-anak di wilayah terpencil Kabupaten Bekasi.

“Saya datang ke Bekasi sekitar tahun 1978. Tujuan saya cuma satu, ingin memajukan pendidikan,” kenangnya saat ditemui di SDIT Ash-Sholihah, Tambelang, tempat ia kini menjadi pengawas internal, Senin, 14 Juli 2025.

Empat dekade silam, infrastruktur masih terbatas, dan pendidikan belum menjadi prioritas. Suamirah tak gentar.

Ia bahkan pernah merangkap guru semua kelas karena minimnya tenaga pengajar.

“Saat saya menjadi kepala sekolah di SD Balong Asem tahun 1992, jumlah muridnya sudah seratusan, tapi gurunya cuma dua. Saya yang awalnya menjadi Kepala Sekolah, harus ikut merangkap menjadi guru kelas,” tuturnya sambil tersenyum.

Baca Juga: MPLS Dikemas Menyenangkan, Sekolah di Bekasi Ini Ajak Siswa Beradaptasi Lewat Senam

Tak hanya mengajar, ia juga memperkenalkan budaya lokal seperti gamelan topeng agar siswa mengenal nilai-nilai tradisi. Beberapa kali ditempatkan di sekolah sepi murid dan minim fasilitas, ia memilih bertahan.

“Saya pernah dipindahkan ke sekolah yang tidak kondusif, gurunya tidak kompak, siswanya sedikit. Tapi saya jalani dengan ikhlas. Alhamdulillah, lama-lama bisa bangkit,” katanya.

Suamirah pernah mengabdi di berbagai kecamatan seperti Tambelang, Sukawangi, hingga Tambun Utara. Meski pensiun pada 2020, ia masih dipercaya yayasan swasta menjadi pengawas internal.

Baca Juga: Buruh di Bekasi Luka Ditebas Celurit saat Lawan Dua Begal

“Selama saya masih sehat, saya mau terus bermanfaat. Kalau ilmu ini bisa jadi ladang ibadah, kenapa harus disia-siakan?” ujarnya.

Ia menekankan, keberkahan mengajar bukan dari tunjangan atau sertifikasi, melainkan dari ketulusan hati.

“Kalau sekarang banyak tunjangan, banyak sertifikasi. Tapi justru semangatnya yang harus diingatkan. Jangan cuma mengejar materi, tapi niatkan sebagai ibadah,” pesannya.

Untuk para guru honorer, ia menyemangati agar tak berhenti berjuang.

“Yang penting jangan menyerah. Terus belajar, ikut PPG, P3K, dan jangan pernah berhenti mencintai dunia pendidikan. Karena bangsa ini akan rusak kalau akhlaknya rusak. Dan akhlak itu kan dibentuk dari pendidikan,” ucapnya tegas.

Lebih dari empat dekade mengabdi, Suamirah membuktikan bahwa kekuatan pendidikan bukan pada gedung mewah atau kurikulum, melainkan pada ketulusan guru yang mencintai murid-muridnya. (cr-3) 

Tags:
gurupendidikan Kabupaten Bekasi

Tim Poskota

Reporter

Fani Ferdiansyah

Editor