Ilustrasi seorang pekerja sedang berjalan. (Sumber: PxHere)

EKONOMI

Lima Level Manusia dalam Kapitalisme Versi Timothy Ronald, Dari Pekerja hingga Filantropis

Minggu 13 Jul 2025, 11:58 WIB

POSKOTA.CO.ID – Pengusaha dan edukator finansial Timothy Ronald memaparkan pandangannya mengenai struktur sosial ekonomi dalam sistem kapitalisme melalui lima level perkembangan manusia.

Ia menguraikan bagaimana seseorang dapat bertransisi dari seorang pekerja hingga menjadi seorang filantropis yang berkontribusi besar bagi masyarakat.

“Pertanyaannya sekarang, lu di level mana dan mau enggak lu belajar untuk naik tangga?” ujar Timothy, dikutip oleh Poskota dari kanal YouTube Timothy Ronald pada Minggu, 13 Juli 2025.

Baca Juga: Kamu Punya Gaji UMR? Ini 4 Mindset Mengelolanya ala Timothy Ronald

Level 1: Pekerja

Pada tingkat pertama, Timothy menyebut kelompok ini sebagai penjual waktu. Mereka menukarkan tenaga dan waktu untuk penghasilan tetap yang cenderung rendah.

Kelompok ini mencakup pekerja seperti karyawan pabrik, office boy, admin, hingga kasir supermarket.

“Mereka bekerja dalam sistem, tapi tidak bisa melihat tangganya,” jelas Timothy.

Ia menekankan bahwa kelompok ini sangat rentan terhadap inflasi, pemutusan hubungan kerja (PHK), dan krisis ekonomi. Mereka bergantung sepenuhnya pada pemberi kerja dan merupakan kelompok pertama yang terdampak oleh disrupsi teknologi.

Baca Juga: 3 Prinsip Membangun Kekayaan Lewat Investasi, Timothy Ronald: ‘Rahasia Warren Buffet’

Level 2: Pekerja Terampil

Level kedua terdiri dari individu yang memiliki keahlian spesifik dan dibayar berdasarkan skill mereka. Contohnya meliputi desainer, programmer, konsultan, hingga freelancer.

Meski penghasilan lebih tinggi dibanding Level 1, mereka tetap menukar waktu untuk uang dan masih sangat bergantung pada klien atau pasar.

“Kalau kalian mau jadi pekerja terampil, carilah yang paling besar dibayarnya sama market,” ujar Timothy, menyoroti sektor keuangan dan teknik sebagai bidang paling menjanjikan.

Ia mencontohkan bahwa gaji intern di perusahaan hedge fund besar bisa mencapai USD 250.000 per tahun (sekitar Rp4 miliar).

Baca Juga: 8 Kriteria Penting dalam Menilai Aset Investasi Menurut Timothy Ronald

Level 3: Pengusaha

Di tahap ini, individu mulai membangun sistem. Mereka memanfaatkan leverage berupa tenaga kerja, modal, dan sumber daya lainnya untuk menciptakan mesin penghasil uang.

Menurut Timothy, para pengusaha memahami berbagai aspek mulai dari marketing, operasional, keuangan, hingga rekrutmen.

“Manusia mulai bangun mesin untuk mencetak uang,” jelasnya.

Namun, risiko yang dihadapi jauh lebih tinggi. Tidak semua pengusaha langsung sukses; pendapatan mereka bisa sangat bervariasi.

Meski demikian, potensi skala bisnis di level ini sangat besar.

Baca Juga: 3 Kunci Raih Kekayaan di Era Modern, Timothy Ronald: ‘Cuma Butuh Waktu 1 Tahun'

Level 4: Investor

Investor berada di puncak struktur kapitalisme. Mereka tidak lagi membangun sistem, melainkan memiliki sistem.

Pendapatan diperoleh secara pasif dari kepemilikan bisnis atau aset lainnya. Fokus utama mereka adalah pada pengelolaan risiko dan penilaian nilai perusahaan.

“Uang sudah bekerja di saat mereka tidur,” ujar Timothy.

Ia menyebut bahwa para investor adalah versi lanjutan dari pengusaha sukses.

Contohnya adalah Grup Salim yang membentuk First Pacific dan Grup Djarum yang memiliki portofolio investasi seperti BCA dan Polytron.

Baca Juga: Jangan Nunggu Tua Baru Kaya! Ini Strategi Sukses Muda Sebelum 30 Tahun ala Timothy Ronald

Level 5: Filantropis

Level tertinggi, menurut Timothy, adalah filantropis, individu yang telah lulus dari sistem kapitalisme dan mengembalikan kekayaannya demi kemanusiaan.

“Fungsinya untuk jadi kaya adalah untuk membagikan semuanya kembali,” kutip Timothy dari Andrew Carnegie, tokoh industri asal Amerika Serikat.

Beberapa contoh yang diangkat antara lain Bill Gates dengan Bill & Melinda Gates Foundation, George Soros, Warren Buffett, hingga Chris Hohn dari TCI Fund yang mendirikan yayasan untuk anak-anak global.

Tags:
finansialekonomiTimothy Ronaldkapitalisme

Muhamad Arip Apandi

Reporter

Muhamad Arip Apandi

Editor