POSKOTA.CO.ID – “Kita itu sedang masuk ke era baru di mana semua berubah dengan sangat cepat,” ujar Timothy Ronald, seorang investor muda yang dikenal lewat platform edukasi finansial Ternak Uang dan Akademi Crypto.
Timothy menyoroti perubahan besar yang sedang terjadi dalam ekonomi global, perubahan yang didorong oleh kemajuan teknologi seperti artificial intelligence, metaverse, dan decentralized finance (DeFi).
Kita hidup di era baru: attention economy, di mana perhatian adalah mata uang utama. Dalam dunia ini, figur publik seperti Kylie Jenner, Mr. Beast, hingga Conor McGregor berhasil mengubah pengaruh sosial mereka menjadi kekayaan miliaran dolar hanya dengan memanfaatkan sorotan publik.
Baca Juga: 3 Kunci Raih Kekayaan di Era Modern, Timothy Ronald: ‘Cuma Butuh Waktu 1 Tahun'
Kesempatan Generasi Muda
“Ini adalah era di mana anak umur 20-an tahun, bahkan teman-teman gua ada yang punya income lebih besar dari direktur bank ternama tanpa pengalaman kerja di korporat,” ungkap Timothy.
Perkembangan media sosial dan teknologi membuat peluang terbuka lebar, terutama bagi mereka yang paham bagaimana memanfaatkan atensi publik dan mengolahnya menjadi nilai ekonomi.
Ia pun mengisahkan bagaimana temannya berhasil mengubah Rp10 juta menjadi Rp1 miliar hanya dengan investasi disiplin di dunia kripto sejak 2020.
“Dia bukan orang pintar banget, gaji waktu itu di bawah Rp10 juta. Tapi dia konsisten dan disiplin,” katanya.
Baca Juga: Jangan Nunggu Tua Baru Kaya! Ini Strategi Sukses Muda Sebelum 30 Tahun ala Timothy Ronald
Investasi untuk Pemula: Mulai dari yang Mudah
Menurut Timothy, banyak orang gagal dalam investasi bukan karena bodoh, tapi karena memulai dari level kesulitan yang terlalu tinggi.
Misalnya, langsung terjun ke bisnis kos-kosan dengan utang atau menabung emas yang nilainya stagnan dalam 10 tahun terakhir.
“Gua ajarin kalian untuk cari yang difficulty gampang dulu,” tegasnya.
Baca Juga: 7 Aturan Hidup untuk Mencapai Kebebasan Finansial Menurut Timothy Ronald
Ia menekankan pentingnya mengevaluasi tiap jenis aset sebelum berinvestasi. Ada delapan parameter yang ia gunakan secara pribadi:
- Liquidity – Seberapa cepat aset bisa dikonversi menjadi uang tunai.
- Upside – Potensi pertumbuhan aset.
- Inflation Protection – Apakah aset melindungi dari inflasi.
- Scarcity – Kelangkaan aset.
- Barrier to Entry – Kemudahan akses bagi pemula.
- Diversification – Kemampuan untuk mendiversifikasi aset.
- Regular Income – Potensi pendapatan rutin.
- Transparency – Tingkat transparansi aset.
Baca Juga: Bongkar Rahasia Timothy Ronald Borong Bitcoin, Mulai dari Modal Rp1,4M Tumbuh Menjadi Rp2,2 miliar
Evaluasi Objektif Aset
Timothy membandingkan berbagai aset umum seperti saham, obligasi, properti, emas, dan kripto menggunakan delapan parameter tadi.
Hasilnya, kripto unggul di banyak aspek penting terutama dalam hal likuiditas, potensi keuntungan (upside), proteksi inflasi, kelangkaan, dan transparansi.
Misalnya:
- Saham dinilai likuid dan bisa diversifikasi, namun kurang transparan dan tidak melindungi inflasi.
- Properti bisa memberi pendapatan rutin dan melindungi dari inflasi, tapi butuh modal besar.
- Emas mudah dibeli tapi nilainya stagnan dan tidak menghasilkan pendapatan.
Kripto, menurut Timothy, menggabungkan kekuatan semua aset: “Crypto itu punya proksi untuk melihat masa depan. AI, metaverse, DeFi—semua yang canggih masuk ke sini.”
Perpindahan Arah dan Talenta
Dua indikator penting yang membuat Timothy yakin dengan masa depan kripto adalah:
- Perpindahan talenta dari keuangan tradisional ke Web3, seperti eksekutif dari Goldman Sachs hingga JPMorgan.
- Masuknya modal besar, seperti dari Sequoia dan Andreessen Horowitz yang menggelontorkan dana triliunan ke proyek kripto.
“Ini kayak zaman dot com tahun 2000-an. Semua orang pinter dan uang masuk ke industri yang akan meledak,” ujarnya.
Baca Juga: 5 Prinsip Membangun Kekayaan Lintas Generasi dari Timothy Ronald
Attention Economy: Mesin Penghasil Uang Masa Kini
Timothy juga menyoroti peran besar attention economy dalam mendorong nilai kripto.
“Gambar monyet NFT itu bukan buat investasi, tapi buat pamer,” katanya blak-blakan.
Ia mencontohkan bagaimana social token dan identitas digital menjadi simbol status baru dalam dunia maya, mirip seperti Rolex di dunia nyata.
“Perusahaan paling besar seperti Apple, Google, Meta, YouTube itu hidup dari attention kalian,” tambahnya. Maka tak heran jika aset yang bergerak dalam ekosistem perhatian ini justru punya potensi paling besar di masa depan.