Kopi Pagi: Koperasi untuk Kita (Sumber: Poskota)

Kopi Pagi

Kopi Pagi: Koperasi untuk Kita

Kamis 10 Jul 2025, 07:37 WIB

"Berbeda dengan sistem kapitalisme, ekonomi gotong-royong adalah sistem yang tidak menumpuk kekayaan kepada perseorangan. Tetapi, yang lebih penting, pembagian kekayaan secara merata,“ kata Harmoko.

Tidak bisa dipungkiri situasi global saat ini kian tidak menentu. Ketidakpastian ekonomi dunia semakin mengkhawatirkan. Begitu juga situasi geopolitik yang berpotensi kian menghadirkan konflik berkepanjangan.

Semua ini tak cukup diantisipasi dan diwaspadai, tetapi yang terpenting adalah mencari solusi menghadapi situasi dengan kekuatan sendiri.

Merumuskan solusi agar dampak buruk tidak terjadi. Menentukan kebijakan dalam segala sektor kehidupan, utamanya ekonomi agar terhindar dari serbuan awan kegelapan dan ketidakpastian.

Baca Juga: Kopi Pagi: Kembali Kepada Konstitusi Negara

Satu kebijakan telah digulirkan dengan memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2025 pada kisaran angka 4,7 - 5 % dari yang dipatok sebelumnya, 5,2 %.

Ini bukan pertanda pesimisme mencapai target pertumbuhan, tetapi salah satu bentuk penyesuaian menghadapi situasi global, adanya perlambatan ekonomi dunia yang mematok pertumbuhan pada angka 2,3 %.

Di sisi lain, kita sama-sama tahu bahwa pertumbuhan ekonomi yang adil dan merata sangat diperlukan untuk mewujudkan masyarakat adil dan sejahtera sebagaimana tujuan negeri ini didirikan.

Sementara kita tahu juga, para pendiri bangsa sudah memilih bahwa sistem ekonomi koperasi memiliki peran strategis dalam membangun perekonomian nasional yang berbasis kerakyatan dan kegotong-royongan.

Mengapa berkiblat kepada koperasi? Jawabnya karena pertumbuhan ekonomi bisa saja tidak  dinikmati mayoritas masyarakat, melainkan oleh segelintir atau sekelompok orang saja.

Koperasi dinilai mampu merespons perkembangan zaman, terlebih pada situasi global sekarang ini.

Perserikatan Bangsa Bangsa(PBB) sendiri telah menetapkan “Koperasi Membangun Dunia Lebih Baik”, sebagai tema utama Tahun Koperasi Internasional pada tahun 2025 ini.

Tema ini menegaskan bahwa koperasi berperan menjawab tantangan global solusi yang lebih adil, inklusif dan berkelanjutan.

Kita tentu bangga dengan penetapan Hari Koperasi Internasional yang diperingati setiap Sabtu pekan pertama bulan Juli, yang tak jauh dengan peringatan Hari Koperasi Nasional di Indonesia pada 12 Juli.

Lebih - lebih peringatan Tahun Koperasi Internasional bertujuan meningkatkan kesadaran tentang kontribusi koperasi terhadap pembangunan sosial dan ekonomi. Mempromosikan nilai- nilai dan prinsip -prinsip koperasi di seluruh dunia.

Selain, memperkuat kemitraan antara gerakan koperasi dan berbagai pemangku kepentingan lainnya, termasuk lembaga pembangunan.

Momentum ini menjadi kian relevan di tengah meningkatnya krisis sosial, ekonomi dan lingkungan di berbagai belahan dunia.

Koperasi hadir sebagai alternatif nyata yang mengutamakan kepentingan anggota dan komunitas, bukan keuntungan pribadi semata.

Ini sejalan dengan kehendak Bung Hatta yang membuat gerakan ekonomi kerakyatan lewat koperasi atas keinginan memakmurkan rakyat berasas kekeluargaan dalam bentuk “usaha bersama”. 

Memajukan kesejahteraan anggota dan masyarakat, serta membangun ekonomi nasional adalah tujuan dibangunnya sebuah koperasi.

Baca Juga: Kopi Pagi: Politik Mencerahkan, Bukan Melelahkan

Koperasi merupakan bentuk konkret sistem ekonomi gotong-royong. Dalam koperasi dituntut pemerataan kerja dan pembagian hasil, sehingga tak ada lagi ketimpangan.

Setiap orang bisa bekerja secara wajar serta mampu memenuhi kebutuhannya. Berbeda dengan sistem kapitalisme, ekonomi gotong-royong adalah sistem yang tidak menumpuk kekayaan kepada perseorangan. Tetapi, yang lebih penting, pembagian kekayaan secara merata, seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini.

Dengan adanya koperasi, kebutuhan anggotanya dapat diperoleh dengan mudah sehingga membuat kesejahteraan anggota meningkat dan secara langsung dapat memajukan kesejahteraan masyarakat dan perekonomian Indonesia.

Itulah gagasan koperasi yang kemudian menjadi landasan sistem perekonomian negeri kita yang berasaskan gotong royong dan kekeluargaan, sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 1.

Baca Juga: Kopi Pagi: Adil untuk Semua

Semangat inilah yang hendaknya lebih diaktualisasikan dalam aksi nyata, bukan sebatas retorika dan slogan belaka.

Dunia saja mendorong kontribusi koperasi dalam menghadapi berbagai tantangan global, tak hanya krisis sosial ekonomi, juga lingkungan, termasuk dinamika geopolitik terhadap dampak sosial ekonomi dan lingkungan.

Kita tentu mengapresiasi pemerintah yang terus bertekad memajukan koperasi. Rencana membangun 70 ribu koperasi Merah Putih di desa -desa bisa menjadi aksi nyata.

Diharapkan kehadiran Kopdes (koperasi desa) Merah Putih sekaligus dapat membranding dengan mewujudkan koperasi era kini, menarik minat kaum muda mengelola dan membentuk koperasi.

Mewujudkan koperasi yang tangguh karena dikelola oleh tenaga muda handal dan profesional. Ini  untuk menjawab tantangan koperasi masa depan yang terkendala karena minimnya SDM profesional, selain masalah permodalan dan pemasaran produk koperasi.

Kita berharap Kopdes Merah Putih bukan menjadi pesaing, apalagi mematikan usaha rumahan yang sudah ada. Justru, kian menguatkan usaha keluarga yang sudah ada. Menjadi kekuatan tangguh menghadang gerak langkah rentenir yang selama ini meresahkan masyarakat.

Menjadi alternatif menghindari jeratan rentenir melalui penguatan modal kerja dengan bunga ringan dan bersahabat bagi usaha rumahan, keluarga dan usaha kecil lainnya.

Tak kalah pentingnya jangan sampai pembentukan koperasi terafiliasi kepentingan politik tertentu, baik oleh para pengurusnya, jenis usahanya maupun target yang hendak dicapai.

Kepentingan utama koperasi adalah menggerakkan perekonomian desa, meningkatkan kesejahteraan rakyat secara adil dan merata tanpa kecuali.

Selamat Harkopnas ke-78. "Koperasi Maju Indonesia Adil Makmur." (Azisoko)

Tags:
Kopi PagiHarmokokoperasi

Tim Poskota

Reporter

Fani Ferdiansyah

Editor