Anak-anak saat bermain di genangan banjir, Cakung, Jakarta Timur, Rabu, 9 Juli 2025. (Sumber: Poskota/M. Tegar Jihad)

JAKARTA RAYA

Epidemiolog: Banjir Bukan Lagi Soal Genangan, tapi Ancaman Wabah

Rabu 09 Jul 2025, 09:51 WIB

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Epidemiolog sekaligus pengamat kesehatan Dicky Budiman menegaskan bahwa banjir yang melanda wilayah Jabodetabek dan sejumlah daerah lain bukan sekadar bencana musiman.

Kondisi ini berpotensi memicu krisis kesehatan masyarakat.

“Ini bukan hanya menjadi bencana musiman biasa. Tapi ini adalah potensi krisis kesehatan masyarakat yang harus diantisipasi sangat serius,” kata Dicky kepada Poskota, Rabu, 9 Juli 2025.

Ia menyoroti prediksi cuaca ekstrem dari BMKG serta curah hujan tinggi hingga Oktober sebagai pemicu risiko yang lebih besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Pengalaman di berbagai bencana menunjukkan bahwa banjir kerap memicu darurat kesehatan.

Baca Juga: Genangan Surut, Lalu Lintas di Jalan Ring Road Kembangan Kembali Lancar

“Banjir ini berpotensi memicu wabah penyakit dan memperparah akses layanan kesehatan. Kalau tidak ditangani secara sistemik, ini bisa memperburuk kondisi kelompok rentan,” ujarnya.

Dicky menjelaskan bahwa penyakit berbasis air dan sanitasi buruk, seperti diare akut, kolera, hepatitis A dan E, sangat rawan muncul.

“Risiko kesehatan yang mengancam masyarakat terdampak banjir itu terutama penyakit yang ditularkan melalui air dan sanitasi yang buruk,” jelasnya.

Penyakit yang ditularkan tikus seperti leptospirosis dan hantavirus juga meningkat, termasuk infeksi parasit karena warga berjalan tanpa alas kaki.

Baca Juga: Banjir 1 Meter di Pondok Aren Tangsel, 400 KK Terdampak

“Infeksi parasit seperti cacingan juga meningkat karena banyak warga yang tidak memakai alas kaki,” ucap Dicky.

Ia menambahkan, penyakit kulit seperti dermatitis, infeksi jamur, hingga kudis juga sering ditemukan. Begitu pula gangguan pernapasan seperti ISPA, pneumonia, hingga kambuhnya asma.

“Penyebaran penyakit pernapasan seperti COVID-19, influenza, bahkan TBC menjadi sangat mudah di pengungsian,” kata Dicky.

Genangan air juga meningkatkan potensi penyakit akibat nyamuk, seperti demam berdarah dan chikungunya.

Tak hanya fisik, Dicky juga mengingatkan risiko gangguan mental pada korban, terutama anak-anak dan mereka yang mengalami kehilangan.

Baca Juga: Warga Kembangan Jakbar Mengais Rezeki di Tengah Banjir lewat Jasa Angkut Motor, Sehari Dapat Rp1 Juta

“Ini aspek yang sering terlupakan,” ujarnya.

Pasien penyakit tidak menular seperti hipertensi dan gagal ginjal juga perlu perhatian karena mereka bisa kehilangan akses pengobatan rutin.

“Ini sangat berbahaya,” tegasnya.

Dicky menekankan pentingnya edukasi dasar: air matang untuk konsumsi, cuci tangan pakai sabun, hindari kontak langsung dengan air banjir, serta gunakan pakaian bersih dan alas tidur kering.

Jika muncul gejala demam, diare, sesak, atau luka bernanah, masyarakat diminta segera melapor ke petugas medis.

Untuk pengungsi, Dicky menyarankan adanya penyemprotan disinfektan, larvasida, serta distribusi hygiene kit, termasuk sabun, popok, pembalut, dan disinfektan.

Baca Juga: Warga Terdampak Banjir di Kembangan Selatan Jakbar Khawatir Kesehatan Anak

“Siapkan zona isolasi di pengungsian untuk kasus-kasus bergejala. Dan jangan lupa, terus berikan literasi tentang gejala penyakit yang wajib dilaporkan,” jelasnya.

Ia juga mengingatkan pentingnya standar minimum pengungsian dari WHO: ruang 3,5–4,5 meter persegi per orang, toilet terpisah dengan rasio satu untuk 20 orang, dan ventilasi silang.

“Harus ada tempat khusus untuk lansia, balita, disabilitas, dan ibu hamil. Layanan kesehatan dasar juga wajib tersedia di lokasi pengungsian,” katanya.

Puskesmas dan klinik kelurahan diminta siapkan tim reaksi cepat dan klinik keliling, lengkap dengan alat diagnostik, obat-obatan, hingga makanan tambahan.

Rumah sakit juga diminta menyiapkan ruang isolasi dan rawat inap tambahan, termasuk stok vaksin.

“Kita harus siap menghadapi peningkatan kasus penyakit menular,” ujar Dicky.

Ia menekankan pentingnya pemantauan aktif gejala penyakit seperti demam berdarah dan leptospirosis, yang harus dikoordinasikan oleh dinas kesehatan bersama pemda.

“Sekali lagi, banjir ini bukan cuma soal genangan air. Ini ancaman kesehatan masyarakat dan perlu kolaborasi lintas sektor untuk mencegah krisis ganda, yaitu bencana alam dan wabah penyakit,” tutupnya. (cr-4) 

Tags:
krisis kesehatanJabodetabek bencanabanjir

Tim Poskota

Reporter

Fani Ferdiansyah

Editor