Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, Anomali cuaca! BMKG ungkap penyebab kemarau basah 2025 dan daftar wilayah terdampak. Simak langkah antisipasi bencana hidrometeorologi (Sumber: X/@dwiko_rita)

Nasional

BMKG Prediksi Kemarau Basah hingga Oktober 2025, Ini Daerah Rawan Bencana Hidrometeorologi

Rabu 09 Jul 2025, 12:15 WIB

POSKOTA.CO.ID - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan terkait fenomena unik yang disebut kemarau basah.

Berbeda dengan musim kemarau pada umumnya, kondisi ini justru ditandai dengan tingginya intensitas hujan di berbagai wilayah Indonesia.

Fenomena ini diprediksi akan berlangsung hingga Oktober 2025, dengan curah hujan terus berada di atas normal. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang, yang dapat mengancam keselamatan masyarakat.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menegaskan bahwa pemerintah daerah dan masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan.

Baca Juga: Peringatan BMKG, Pemda Diminta Siaga! Potensi Banjir dan Hujan Lebat di Jawa Hingga Indonesia Timur Pekan Ini

"Hasil prediksi curah hujan bulanan BMKG menunjukkan bahwa anomali curah hujan sudah terjadi sejak Mei 2025 akan terus berlangsung, dengan kondisi curah hujan di atas normal terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia hingga Oktober 2025," jelasnya. Kondisi ini memerlukan antisipasi serius untuk meminimalisir dampak yang lebih luas.

Anomali Curah Hujan dan Penyebabnya

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa anomali cuaca ini telah terjadi sejak Mei 2025. "Hasil prediksi curah hujan bulanan BMKG menunjukkan bahwa anomali curah hujan sudah terjadi sejak Mei 2025 akan terus berlangsung, dengan kondisi curah hujan di atas normal terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia hingga Oktober 2025," ujarnya dalam rilis resmi BMKG, Rabu 9 Juli 2025

Fenomena ini dipicu oleh melemahnya Monsun Australia yang biasanya membawa udara kering. Selain itu, suhu permukaan laut di selatan Indonesia tetap hangat, memperkuat pembentukan awan hujan.

Faktor lain yang memperparah kondisi ini adalah aktivitas Gelombang Kelvin di pesisir utara Jawa, belokan angin di Jawa Barat dan Selatan, serta konvergensi angin yang meningkatkan pertumbuhan awan hujan.

Dampak pada Wilayah Wisata dan Padat Penduduk

BMKG mencatat, hingga akhir Juni 2025, hanya 30 persen Zona Musim (ZOM) yang memasuki musim kemarau, jauh di bawah rata-rata klimatologis sebesar 64 persen. Wilayah yang paling terdampak meliputi Lampung, Jawa, Bali, NTB, dan NTT.

Beberapa kejadian ekstrem telah terjadi dalam sepekan terakhir:

Baca Juga: Mengapa Curah Hujan Masih Tinggi di Sejumlah Wilayah? BMKG Ungkap Penyebab Anomali Cuaca

Peringatan untuk Pekan Mendatang

BMKG memprediksi cuaca ekstrem masih mengancam wilayah berikut pada 10-12 Juli 2025:

Upaya Mitigasi: Operasi Modifikasi Cuaca dan Koordinasi Darurat

Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG, Tri Handoko Seto, menyatakan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan BNPB, BPBD, dan Pemprov DKI Jakarta untuk melakukan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) guna mengurangi dampak hujan ekstrem. "OMC di DKI Jakarta dan Jawa Barat telah dimulai hari ini hingga 11 Juli, tergantung perkembangan cuaca," jelasnya.

Baca Juga: BMKG Lakukan Operasi Modifikasi Cuaca di Jabodetabek hingga 11 Juli

Imbauan untuk Masyarakat

BMKG mengingatkan masyarakat untuk:

Dengan proyeksi cuaca ekstrem yang masih akan berlanjut, kolaborasi antara pemerintah, instansi terkait, dan masyarakat menjadi kunci utama dalam menghadapi dampak kemarau basah ini.

Koordinasi yang intensif dan langkah antisipasi dini diharapkan dapat meminimalisir kerugian material maupun korban jiwa.

BMKG kembali mengingatkan seluruh lapisan masyarakat untuk tetap waspada dan selalu memantau perkembangan informasi cuaca terbaru.

"Kesiapsiagaan dan respons cepat terhadap peringatan dini bencana merupakan langkah terbaik untuk menjaga keselamatan bersama," pungkas Dwikorita menegaskan.

Tags:
cuaca ekstremanomali curah hujanprediksi curah hujanDwikorita KarnawatiKepala BMKGbanjirtanah longsorangin kencanghujanhidrometeorologikemarau basahBMKG

Aldi Harlanda Irawan

Reporter

Aldi Harlanda Irawan

Editor