Patung Jenderal Sudirman (Sumber: Pinterest/debronzes)

Daerah

Mengenal Monumen Patung Jenderal Sudirman di Jakarta: Simbol Kepahlawanan dan Perjuangan

Sabtu 05 Jul 2025, 19:35 WIB

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Monumen Patung Jenderal Sudirman adalah sebuah tugu peringatan yang dibangun untuk menghormati dan mengenang jasa Panglima Besar Sudirman, pahlawan nasional Indonesia yang berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan.

Terletak di Jalan Jenderal Sudirman, Setia Budi, Jakarta Selatan, patung ini menjadi simbol kepemimpinan, keteguhan, dan semangat patriotik.

Diresmikan pada 16 Agustus 2003, monumen ini memiliki tinggi total 12 meter, dengan patung perunggu setinggi 6,5 meter dan tiang penyangga 5,5 meter. Karya seniman Edi Sunaryo ini menggambarkan Jenderal Sudirman dalam seragam TNI lengkap, dengan sikap menghormat yang melambangkan dedikasinya kepada bangsa.

Ekspresi wajahnya yang tegas mencerminkan keteguhan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, termasuk saat memimpin gerilya melawan Belanda meski dalam kondisi sakit.

Baca Juga: Sejarah Pasar Tanah Abang: Pusat Grosir yang Jadi Saksi Pendudukan Belanda di Indonesia

Monumen ini bukan hanya sekadar penghargaan atas jasa pahlawan, tetapi juga berfungsi sebagai pengingat bagi generasi muda akan nilai-nilai perjuangan dan cinta tanah air.

Letaknya yang strategis di pusat Jakarta menjadikannya salah satu ikon sejarah yang sering dikunjungi dalam acara kenegaraan maupun ziarah sejarah.

Dengan desain yang penuh makna, Monumen Patung Jenderal Sudirman menjadi warisan budaya yang mengabadikan semangat kepahlawanan dan nasionalisme bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dilansir dari channel TNT History pada Sabtu, 5 Juli 2025. Simak selengkapnya.

Patung Jenderal Sudirman: Monumen Kebanggaan Jakarta

Patung Jenderal Sudirman di Setia Budi, Jakarta Selatan, merupakan salah satu monumen penting yang dibangun untuk menghormati salah satu pahlawan terbesar dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.

Jenderal Sudirman dikenal sebagai Panglima Besar pertama Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang memimpin perlawanan bersenjata melawan penjajah Belanda pasca-Proklamasi Kemerdekaan 1945.

Patung ini menjadi simbol pengabdian tanpa lelah, kepemimpinan, dan semangat patriotik dalam mempertahankan kedaulatan Indonesia. Meski dalam kondisi kesehatan yang buruk akibat tuberkulosis, Jenderal Sudirman tetap memimpin gerilya melawan Agresi Militer Belanda II pada 1948.

Kisahnya sebagai komandan yang terus berjuang meski harus digendong atau ditandu telah menjadi legenda dan inspirasi bagi bangsa Indonesia.

Sejarah Pembangunan Patung Jenderal Sudirman

Rencana pembangunan patung ini muncul pada September 2001, sebagai hasil dari sayembara patung pahlawan yang digelar pada 1999. Biaya pembangunannya sebesar Rp6,6 miliar berasal dari swasta, bukan APBD DKI Jakarta.

Sebagai kompensasi, pengusaha pendana mendapat dua titik iklan di lokasi strategis Dukuh Atas.

Awalnya, patung ini direncanakan diresmikan pada 22 Juni 2003 bertepatan dengan HUT ke-476 DKI Jakarta, namun baru diresmikan pada 16 Agustus 2003 oleh Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso, didampingi Kepala Dinas Pertamanan DKI Maurits Napitupulu dan keluarga Jenderal Sudirman, Hanung Faini.

Baca Juga: Sejarah dan Asal Usul Jakarta: Dari Sunda Kelapa hingga Kota Metropolitan

Desain dan Makna Simbolik Patung

Patung setinggi 12 meter ini dirancang oleh seniman asal Bandung, Edi Sunaryo. Terbuat dari perunggu seberat 4 ton, patung ini menggambarkan Jenderal Sudirman dalam seragam lengkap TNI, berdiri tegak dengan tangan kanan terangkat sebagai bentuk penghormatan.

Sikap ini melambangkan rasa hormat kepada bangsa dan negara, serta peran besar TNI dalam menjaga kedaulatan Indonesia.

Ekspresi wajahnya yang tegas mencerminkan semangat juang dan komitmen tinggi terhadap kemerdekaan. Posisinya yang menghadap Jalan Jenderal Sudirman memperkuat ikon sejarah di jantung ibu kota.

Kilasan Perjalanan Jenderal Sudirman

Lahir di Purbalingga, Jawa Tengah, pada 24 Januari 1916, Sudirman sejak muda telah menunjukkan jiwa kepemimpinan dan nasionalisme yang tinggi.

Ia bergabung dengan PETA (Pembela Tanah Air) di masa pendudukan Jepang dan diangkat sebagai Panglima Besar TNI pada usia 29 tahun.

Perannya dalam memimpin gerilya melawan Belanda (1948-1949) dalam kondisi sakit parah menjadi bukti keteguhan hatinya.

Perjuangannya berbuah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda pada 1949. Sayangnya, ia wafat pada 29 Januari 1950, tak lama setelah pengakuan tersebut.

Makna Patung bagi Masyarakat

Patung Jenderal Sudirman bukan sekadar monumen, melainkan pengingat akan semangat juang dan keteguhan dalam membela tanah air. Keberadaannya di pusat Jakarta menjadi simbol bahwa nilai-nilai kepahlawanan harus terus hidup dalam setiap generasi.

Lokasi ini kerap menjadi tempat ziarah sejarah, lokasi upacara Hari Kemerdekaan, hingga latar acara kenegaraan.

Patung Jenderal Sudirman adalah kebanggaan bangsa, mengabadikan semangat pantang menyerah dan pengorbanan seorang pahlawan.

Keberadaannya mengingatkan kita akan nilai-nilai luhur perjuangan yang harus terus dijaga.

Tags:
Jalan Jenderal Sudirmanperjuangan kemerdekaanpahlawan nasional Indonesiapahlawan nasional Panglima Besar SudirmanPatung Jenderal SudirmanMonumen Patung Jenderal Sudirman

Insan Sujadi

Reporter

Insan Sujadi

Editor