POSKOTA.CO.ID - Peristiwa memilukan ini terjadi pada hari Jumat, 21 Juni 2025, di Haji Lane, Singapura, salah satu destinasi wisata terkenal karena keunikan kafe dan suasananya yang semarak.
Saat itu, keluarga korban yang berasal dari Yogyakarta sedang duduk santai di luar sebuah kafe setelah membeli kopi, sambil menunggu waktu salat Jumat di Masjid Sultan.
Tanpa peringatan, seorang pria asing mendekati keluarga tersebut dan memukul kepala anak laki-laki mereka menggunakan botol wine atau bir hingga pecah. Serangan terjadi begitu cepat hingga tidak sempat dicegah oleh orangtua korban.
“Kejadian seperti kilat secara cepat tanpa bisa saya tangkis,” tulis Winda, ibu korban, dalam unggahan di akun media sosialnya @_winda_s.
Baca Juga: Sukses di Film 'Jalan Pulang', Luna Maya Rencanakan Resepsi Mewah di Italia Bersama Maxime Bouttier
Respons Spontan Keluarga dan Warga
Melihat anaknya diserang secara brutal, ayah korban bersama staf kafe dan warga sekitar langsung berusaha melumpuhkan pelaku. Dalam insiden ini, pelaku sempat mengancam akan mengeluarkan pisau dapur sepanjang 30 cm dari dalam tasnya. Untungnya, warga berhasil mencegah potensi bahaya lebih lanjut sebelum polisi datang dan mengamankan pria tersebut.
Pelaku diketahui tertawa setelah melakukan aksi penyerangan, menciptakan suasana horor yang tidak akan mudah dilupakan oleh saksi dan korban.
Identitas Pelaku dan Proses Hukum
Menurut dokumen resmi dari pengadilan Singapura, pelaku bernama Xu Chaoyu, warga negara Tiongkok berusia 26 tahun. Ia didakwa atas dua pelanggaran utama:
- Membawa senjata tajam (pisau dapur sepanjang 30 cm) di tempat umum.
- Melanggar aturan imigrasi karena overstayer (melebihi izin tinggal).
Hingga saat ini, belum ada informasi resmi apakah ia akan dijerat pasal tambahan terkait penyerangan terhadap anak warga negara asing. Kepolisian Singapura menyatakan bahwa proses penyelidikan masih berjalan.
Dampak Fisik dan Psikologis pada Korban
Korban sempat mengalami pusing hebat dan muntah di tempat kejadian. Keluarga segera membawanya ke KK Women’s and Children’s Hospital, salah satu rumah sakit terbaik di Singapura yang menangani kasus darurat anak. Pemeriksaan X-ray dilakukan untuk memastikan tidak ada cedera dalam pada kepala korban.
Beruntung, setelah beberapa hari perawatan intensif, kondisi fisik anak dinyatakan stabil. Namun, trauma psikologis tidak bisa dianggap sepele, terutama karena ini adalah liburan pertama anak tersebut ke luar negeri.
“Semoga trauma anak-anak saya dan suami akan mereda by time,” ujar Winda dalam unggahan lanjutan.
Reaksi Publik dan Media
Berita ini dengan cepat menjadi sorotan di berbagai media lokal dan internasional. Media seperti Shin Min Daily News dan Mothership.sg melaporkan kronologi kejadian secara rinci, menekankan pada respons cepat warga dalam menangani pelaku dan menyelamatkan korban.
Di Indonesia, media seperti Poskota.co.id dan komunitas online Thread ikut menyebarkan cerita Winda yang menyayat hati. Respons netizen pun sangat empatik, mendoakan kesembuhan korban dan menuntut agar pelaku dihukum seberat-beratnya.
Keamanan Wisatawan di Singapura Dipertanyakan
Singapura selama ini dikenal sebagai salah satu negara paling aman di dunia, dengan sistem hukum dan pengawasan publik yang sangat ketat. Namun, insiden ini menimbulkan kekhawatiran baru terkait keamanan wisatawan, terutama anak-anak.
Menurut data dari Numbeo Safety Index, Singapura menempati peringkat atas dalam hal keamanan, dengan skor 83,9 dari 100. Tapi seperti kasus ini tunjukkan, kejahatan bisa terjadi di mana saja dan kapan saja, bahkan di tempat yang dianggap aman.
Pelajaran dari Insiden: Kewaspadaan adalah Kunci
Kasus ini menyadarkan banyak keluarga akan pentingnya tetap waspada, bahkan saat sedang bersantai dalam suasana liburan. Beberapa hal yang dapat menjadi pelajaran dari insiden ini:
- Selalu waspada dengan lingkungan sekitar, terutama di tempat umum dan ramai.
- Ajarkan anak mengenali situasi bahaya dan apa yang harus dilakukan jika terjadi hal tak terduga.
- Siapkan nomor darurat lokal saat bepergian ke luar negeri.
- Rekam informasi identitas keluarga, termasuk paspor dan visa, agar mudah diakses saat situasi mendesak.
Apakah Ada Perlindungan Hukum untuk Korban WNA?
Dalam kasus ini, meski korban adalah warga negara asing, hukum Singapura tetap berlaku dan menempatkan prioritas pada keselamatan publik. Warga negara asing yang menjadi korban memiliki hak hukum untuk mendapatkan keadilan dan kompensasi, meskipun prosesnya sering kali harus melalui jalur hukum yang kompleks.
Sistem hukum Singapura memberikan ruang kepada korban untuk mengajukan laporan ke polisi, meminta bantuan dari konsulat, dan bahkan menuntut pelaku secara perdata dalam kasus tertentu.
Baca Juga: Pemprov Jakarta Uji Coba Sistem Pengelolaan Sampah Kolaboratif di 6 Kelurahan
Keluarga Kembali ke Indonesia dan Melanjutkan Proses Pemulihan
Setelah kondisi anak membaik, keluarga memutuskan untuk kembali ke Yogyakarta. Proses pemulihan fisik dan mental kini menjadi fokus utama mereka.
Dalam penutup unggahannya, Winda menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendoakan dan mendukung mereka selama masa sulit tersebut.
Kekerasan terhadap anak adalah tragedi yang mengguncang nurani siapa pun, terlebih jika terjadi dalam momen bahagia seperti liburan keluarga. Insiden yang menimpa bocah Indonesia di Singapura ini menjadi pengingat bahwa keamanan adalah tanggung jawab bersama, tak peduli seberapa maju sistem suatu negara.
Dukungan dari masyarakat, respons cepat aparat, serta perhatian media menjadi penopang utama dalam proses pemulihan korban dan keluarganya. Semoga insiden ini tidak hanya menjadi berita viral semata, tapi juga bahan refleksi bagi sistem keamanan global, serta ajakan bagi semua pihak untuk menciptakan lingkungan publik yang benar-benar aman bagi semua, tanpa kecuali.
Jika Anda atau keluarga menjadi korban kekerasan saat berlibur di luar negeri, segera hubungi kedutaan besar atau konsulat terdekat untuk bantuan hukum dan medis.