POSKOTA.CO.ID - Peristiwa jatuhnya Juliana Marins, wisatawan asal Brasil, ke jurang di kawasan Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB), menyita perhatian luas dari masyarakat internasional.
Kritik berdatangan karena proses evakuasi dianggap lamban dan tidak efisien. Pemerintah Brasil dan warganya menyoroti berbagai kejanggalan, termasuk dugaan kelalaian pemandu, serta fakta bahwa jenazah korban belum dievakuasi meski sudah ditemukan tiga hari sebelumnya.
Pendakian yang Berujung Malapetaka
Juliana melakukan pendakian ke Gunung Rinjani menggunakan jasa tur lokal, menelusuri jalur Sembalun yang dikenal menantang namun memukau.
Dalam perjalanan menuju Danau Segara Anak, ia dilaporkan tertinggal karena kelelahan, namun tidak ada pengecekan atau pendampingan dari pemandu.
Baca Juga: Akun Instagram Juliana Marins Apa? Pendaki Asal Brasil yang Jatuh di Rinjani
Ia akhirnya benar-benar terpisah dari kelompok, dan diduga terjatuh ke jurang sedalam puluhan meter akibat tergelincir.
Minimnya Pengalaman, Diduga Jadi Faktor Risiko
Kesaksian menyebutkan Juliana tak memiliki pengalaman mendaki dan sepenuhnya mengandalkan pemandu. Namun, saat menghadapi medan sulit, ia justru dibiarkan tanpa pengawasan intensif, yang mungkin menyebabkan kecelakaan tragis tersebut.
Evakuasi Terhambat, Keluarga Meluapkan Kekesalan
Meski posisinya berhasil diketahui menggunakan drone thermal pada hari ketiga, proses evakuasi tertunda karena cuaca ekstrem dan medan yang sulit dijangkau. Vegetasi lebat dan kabut tebal makin mempersulit tim SAR.
Keluarga Juliana, terutama sang adik, menyuarakan kekecewaan lewat media sosial, menyebut pihak berwenang tidak menunjukkan tindakan nyata selama tiga hari sejak korban ditemukan. Unggahan ini viral dan memicu reaksi luas di kalangan netizen Brasil.
Baca Juga: Wisatawan Asal Brazil yang Jatuh di Rinjani Berhasil DItemukan Tim Sar
Kecaman Global di Media Sosial Indonesia
Akun-akun media sosial milik tokoh publik dan instansi pemerintah Indonesia dibanjiri komentar berisi seruan “SOS Juliana” serta permintaan bantuan.
Tagar dan komentar berbahasa Portugis serta emoji bendera Brasil ramai menghiasi kolom komentar.
Beberapa seruan yang viral antara lain:
“Tolong selamatkan gadis Brasil itu!”
“Evakuasi Juliana dengan helikopter sekarang!”
“Kami butuh jawaban, Prabowo!”
Mereka mendesak Indonesia untuk segera bertindak dan mempertanggungjawabkan insiden ini.
Tindak Lanjut Pemerintah Indonesia
Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) memastikan telah melakukan koordinasi dengan berbagai pihak.
Kementerian Pariwisata menyatakan akan mengevaluasi sistem keselamatan dalam wisata petualangan, terutama di kawasan konservasi.
Kedutaan Besar Brasil di Jakarta juga memantau langsung proses evakuasi dan repatriasi jenazah Juliana.
Respons Netizen Lokal: Medan Rinjani Bukan Hal Sepele
Di sisi lain, warganet Indonesia menanggapi kritik dari luar negeri dengan penjelasan mengenai kondisi ekstrem di Gunung Rinjani.
Mereka menegaskan bahwa medan yang curam, kabut tebal, dan cuaca buruk bukanlah hal yang mudah ditaklukkan.
Sebagian menjelaskan bahwa proses evakuasi menggunakan drone atau helikopter memerlukan spesifikasi teknis tinggi dan tetap tergantung cuaca.
Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni juga telah turun tangan, berkoordinasi dengan Basarnas dan pejabat daerah.
Bahkan dukungan helikopter dari PT Amman Mineral Nusa Tenggara telah dikerahkan, meskipun tantangan cuaca tetap menjadi kendala utama.