Namun, dalam budaya timur yang menjunjung tinggi nilai keluarga dan keturunan, pilihan ini kerap menimbulkan polemik. Tidak jarang pasangan childfree mendapat tekanan dari keluarga atau masyarakat sekitar karena dianggap tidak mengikuti “kodrat” atau kewajiban sosial.
Populasi Global dan Dampaknya pada Pilihan Pribadi
Salah satu alasan yang disampaikan oleh Stephanie dan Asher adalah kekhawatiran mereka terhadap populasi dunia yang sudah sangat tinggi. Data dari World Population Prospects 2022 menunjukkan bahwa penduduk dunia telah melebihi 8 miliar jiwa. Peningkatan populasi ini disertai dengan tantangan besar: perubahan iklim, polusi, keterbatasan sumber daya air dan pangan, serta tekanan terhadap sistem pendidikan dan kesehatan.
Dalam konteks ini, pilihan childfree dilihat oleh sebagian orang sebagai bentuk tanggung jawab sosial terhadap bumi. Meskipun masih menjadi topik kontroversial, keputusan semacam ini mulai mendapatkan pemahaman di kalangan yang lebih luas seiring meningkatnya kesadaran terhadap isu-isu global.
Perspektif Psikologi dan Sosial Terhadap Pasangan Childfree
Dari sudut pandang psikologis, keputusan untuk childfree tidak berarti seseorang menolak keintiman keluarga atau memiliki kehidupan sosial yang tidak lengkap. Sebaliknya, banyak pasangan childfree yang tetap menjalani hubungan keluarga harmonis, aktif dalam kegiatan sosial, bahkan menjadi figur inspiratif dalam bidang masing-masing.
Banyak studi juga menunjukkan bahwa kepuasan hidup pasangan childfree bisa sebanding, bahkan lebih tinggi dalam beberapa aspek dibandingkan pasangan dengan anak, terutama ketika keputusan tersebut diambil dengan pertimbangan matang.
Namun, penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa keputusan ini bukan sekadar gaya hidup semata, melainkan pilihan yang dilandasi oleh kesadaran, nilai, dan visi masa depan yang berbeda dari norma mayoritas.
Dukungan Publik dan Respons Netizen
Keputusan Stephanie Poetri ini memicu diskusi di berbagai platform media sosial. Sebagian besar netizen memberikan dukungan, memuji keberanian Stephanie dan Asher dalam mengambil keputusan yang tidak populer. Banyak pula yang mengapresiasi keterbukaan Titi DJ sebagai orang tua yang tidak memaksakan kehendak kepada anak-anaknya.
Namun, tidak sedikit pula komentar bernada skeptis atau menyayangkan keputusan tersebut, terutama dari kelompok masyarakat yang memandang keturunan sebagai warisan penting dalam keluarga.
Baca Juga: 7 Kota Terbaik di Indonesia untuk Ditinggali Saat Masa Pensiun yang Nyaman dan Tenang
Apakah Childfree Menjadi Tren Masa Depan?
Tren childfree diprediksi akan terus meningkat, terutama di negara-negara dengan tingkat urbanisasi tinggi, keterbukaan informasi, dan krisis lingkungan yang semakin nyata. Di Indonesia sendiri, meskipun masih dianggap tabu oleh sebagian kalangan, diskusi tentang hak reproduksi dan pilihan gaya hidup semakin mendapatkan tempat.
Kehadiran figur publik seperti Stephanie Poetri yang secara terbuka menyatakan pilihannya ini bisa menjadi titik awal untuk pembicaraan yang lebih luas mengenai hak untuk menentukan arah hidup masing-masing tanpa tekanan sosial yang berlebihan.
Keputusan Stephanie Poetri dan Asher Novkov untuk menjalani hidup tanpa anak adalah refleksi dari dinamika nilai-nilai modern, kesadaran global, dan kebebasan individu dalam merancang masa depan.