Potret Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. (Sumber: Ist.)

Internasional

Pengamat Timur Tengah Ungkap Alasan Kenapa Israel Menyerang Iran, Ada Kepentingan Terselubung Netanyahu

Rabu 25 Jun 2025, 11:35 WIB

POSKOTA.CO.IDIsrael melancarkan serangan rudal terhadap Iran pada Senin, 23 Juni 2025, menargetkan sejumlah fasilitas strategis di wilayah terkait.

Serangan ini memicu respons balasan dari Iran, yang menyerang Israel sehingga memperparah ketegangan di Timur Tengah.

Pengamat menyebut serangan Israel ini didorong oleh tekanan politik domestik Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Menurut pengamat Timur Tengah Faisal Assegaf, serangan Israel ke Iran merupakan strategi Netanyahu untuk mengalihkan perhatian dari kegagalan operasi militer di Gaza.

Baca Juga: Dampak Serangan AS ke Iran: Proses Evakuasi WNI Alami Kendala

“Dalam konteks politik domestik, Netanyahu ini butuh perang. Di Gaza, dia gagal membebaskan sandera, melenyapkan Hamas, atau mendemiliterisasi Gaza,” ujar Assegaf, dikutip oleh Poskota dari kanal YouTube Abraham Samad SPEAK UP pada Rabu, 25 Juni 2025.

Ia menambahkan bahwa tekanan domestik, termasuk unjuk rasa besar-besaran di Tel Aviv yang menuntut gencatan senjata dan pengunduran diri Netanyahu, serta kasus korupsi yang menjeratnya, mendorong eskalasi konflik baru.

“Salah satunya perang untuk membuat rakyat seolah-olah merasa negara Israel ini sedang terancam eksistensinya, makanya perang itu yang harus. Netanyahu membutuhkan perang baru itu sendiri agar proses hukum yang menjerat dirinya, kasus yang menjerat dirinya bisa ditunda atau diulur-ulur," kata Faisal.

Serangan Israel, yang dilakukan berdasarkan data intelijen Mossad, menewaskan enam komandan senior Iran dalam waktu 30 menit. Assegaf menjelaskan bahwa Mossad telah lama beroperasi di Iran, termasuk sabotase fasilitas nuklir di Natanz, Arak, dan Isfahan sejak 2010.

Baca Juga: Proses Evakuasi 86 WNI di Iran Terkendala, Ini Penyebabnya

“Jadi para petinggi militer dan politik Iran itu sudah diikuti Mossad berbulan-bulan sebelum akhirnya Netanyahu memerintahkan penyerangan pada Senin,” ungkapnya.

Iran, yang telah menghadapi sanksi AS sejak Revolusi Islam 1979, merespons dengan serangan balasan yang mengejutkan. “Iran bukan milisi, melainkan negara dengan mekanisme kaderisasi yang kuat.

Tidak ada kekosongan kekuasaan meski petingginya tewas,” kata Assegaf. Serangan Iran menghantam Tel Aviv dan Haifa, dua kota strategis Israel.

Dua hari setelah serangan Iran, Netanyahu meminta bantuan Amerika Serikat, yang segera memberikan dukungan meski tanpa persetujuan Kongres AS.

Baca Juga: Iran Umumkan Akhir Perang 12 Hari Melawan Israel, Ini Pernyataan Resminya

“Dan Amerika membuktikan kesetiaannya kepada Israel. Ini aneh ya, ketika tidak didukung oleh Kongres, tidak ada persetujuan Kongres, tidak didukung oleh mayoritas rakyat Amerika, ternyata Trump memberikan pembelaan kepada Netanyahu,” ujar Assegaf.

Ia juga menyebut serangan AS ke Iran sebagai “simbolik”, mengingat bom yang dijatuhkan tidak mampu menembus kedalaman reaktor Fordo, yang terletak 840 meter di bawah tanah, dibandingkan bunker Hizbullah yang hancur pada September 2024.

Konflik ini meningkatkan ketegangan regional, dengan Iran dan Israel saling tuding bertanggung jawab atas eskalasi.

Pengamat memperingatkan bahwa langkah Netanyahu dapat memperburuk citra Israel di mata dunia, yang sudah terpukul akibat agresi militer di Gaza.

Tags:
NetanyahuTimur TengahIranIsrael

Muhamad Arip Apandi

Reporter

Muhamad Arip Apandi

Editor